Ting ... ting ... ting
Akhirnya suara bel yang sedari tadi ditunggu oleh seluruh warga sekolah berbunyi. Para murid sibuk merapikan alat tulis mereka, guru yang mengajar di jam terakhir pun membereskan barang-barangnya yang ada di meja khusus guru.
"Silakan berdoa." Setelah dirasa semuanya sudah beres guru itu pun menyuruh siswa-siswinya untuk berdoa dulu sebelum pulang.
Salah seorang siswa maju ke depan kelas untuk memimpin doa pulang. "Teman-teman mari kita berdoa menurut agama dan kepercayaannya masing-masing ...," ucap siswa itu, lalu kembali melanjutkan, "berdoa ... mulai."
Kurang lebih dua menit mereka mengucapkan doa sebelum pulang, sampai sang pemimpin doa berucap, "Berdoa selesai."
Berdoa pun selesai, sang ketua kelas memberi instruksi kepada teman-temannya untuk mengucapkan salam kepada guru tersebut. Setelah itu, sang guru keluar diikuti beberapa murid yang juga langsung keluar dari kelas.
Dio yang tadi belum sempat membereskan semua alat tulisnya pun segera membereskannya, cowok itu terlihat sangat buru-buru. Setelah selesai Dio pun segera keluar kelas dengan tergesa-gesa.
Aktifitas Dio yang tergesa-gesa tadi, tak luput dari pandangan seseorang yang masih berada di dalam kelas. Orang itu sedikit heran melihat Dio yang sangat tergesa-gesa tadi. Tak mau berlama-lama di kelas, ia pun segera keluar juga dari kelas.
***
Ester baru saja menginjakkan kaki di koridor sekolah, sampai tiba-tiba seseorang menarik tangannya dengan paksa.
"Dio, lepasin!" ucap Ester berusaha melepaskan tangannya dari Dio. Seberapa keras Ester mencoba untuk melepaskan tangannya, ia selalu gagal karena Dio semakin mengeratkan genggamannya.
"Ikut aku." Dio terus menarik Ester sampai di halaman belakang sekolah yang sepi.
Di tempat ini jika sedang jam sekolah saja sudah sepi, apalagi sekarang hampir seluruh warga sekolah sudah pulang, makin sepilah tempat ini.
"Lepas!" Akhirnya Ester berhasil melepaskan genggaman tangan Dio yang memaksanya tadi. Genggaman Dio tadi cukup erat, membuat Ester merasakan sakit di pergelangan tangannya, ia pun mengusap-usap bagian yang sakit itu dengan tangan yang lain.
Dio terdiam menatap Ester yang berada di hadapannya itu. Matanya turun ke arah tangan Ester. Tatapan Dio yang tadi serius berubah menjadi tatapan iba.
"Ester, maafin aku ... a-aku nggak sengaja," ucap Dio dengan suara lirih. Ia mencoba untuk meraih tangan Ester, tapi cewek itu langsung menjauhkan tangannya dari Dio.
"Ada apa?" tanya Ester tidak mau berbasa-basi lagi dengan Dio. Ester takut jika berlama-lama dengan Dio, perasaannya akan berubah kembali.
Dio menghela napas sejenak, lalu berkata, "Kamu kenapa selalu ngehindar dari aku?"
"Ada apa?" Ester kembali mengulang pertanyaannya.
"Oke, kali ini kamu jangan menghindar ... aku mau jelasin semuanya ke kamu."
Terjadi keheningan untuk beberapa saat, hanya suara dedaunan yang saling bergesekkan karena tertiup angin. Dio masih menatap Ester, sementara Ester sedari tadi tidak pernah membalas tatapan Dio.
"Maaf ... maaf kalau aku buat kamu kecewa ...," gumam Dio. Cowok itu masih menatap Ester, dan Ester masih melihat ke arah lain.
![](https://img.wattpad.com/cover/95300761-288-k437630.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alcander (End)
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Alcander, seorang remaja laki-laki yang sempat berpenampilan culun, membuat hampir semua teman satu sekolahnya mencibir dirinya, tapi Alcander tidak pernah mempedulikan itu. Alcander, seorang remaja laki-laki yang selal...