Tiga

5.1K 312 27
                                    

Follow my IG: @vieren.cia (Follback? DM aja 😄)

***

Bosan, satu kata yang saat ini Alcan rasakan, dia bingung harus melakukan apa, pergi keluar bersama teman?

Alcan terkekeh mengingat pikirannya tadi, untuk apa dia pergi keluar bersama teman, kalau teman saja dia tidak punya.

Mungkin kalian akan berpikir jika Alcan adalah seorang ansos dan itu benar. Alcan lebih nyaman dengan kesendiriannya, itu sudah biasa baginya, membuat Alcan menjadi orang yang introvert.

Alcan segera meraih ponselnya saat terdengar bunyi ponselnya itu, dan ternyata ada pesan dari grup kelasnya, dia hanya membaca tanpa mau membalas pesan yang dikirim oleh salah satu temannya.

Jika kalian melihat isi ponsel Alcan, pasti kalian akan berpikir jika Alcan ini jadul banget, karena isi ponselnya hanya aplikasi LINE itupun isi chatnya hanya dari grup kelas dan chat dari Ester kemarin malam. Tidak ada aplikasi lain seperti Instagram, Twitter, dan yang lainnya, yang biasa digunakan anak muda zaman sekarang.

Alcan bangkit dari rebahannya, lalu meraih jaket berwarna army, setelah itu Alcan berjalan menuju meja belajarnya untuk meraih kunci motornya, mungkin berkeliling menggunakan motor akan mengurangi rasa bosannya.

***

Ester berjalan menelusuri jalanan yang terasa sangat sepi padahal waktu masih menunjukkan pukul setengah delapan malam. Mungkin karena tadi hujan, jadi orang-orang lebih senang berada dalam rumah, daripada harus jalan-jalan seperti yang dilakukan Ester sekarang.

Di seberang jalan Ester melihat kafe kopi yang terlihat sangat sepi juga, pengunjung yang datang bisa dihitung pakai jari.

Saat akan menyebrangi jalan, dari arah kanan terlihat motor yang sedang melaju ke arah Ester, dan anehnya Ester hanya diam di tengah jalan, kakinya terasa kaku.

"Aaaaaaa ...."

Ester berteriak saat motor itu semakin mendekat ke arahnya dan ia hanya diam di tempat, kakinya tarasa sulit untuk digerakkan.

***

Alcan melajukan motornya dengan kecepatan sedang di jalanan yang cukup sepi. Merasa tidak ada yang menarik di daerah sini, Alcan memacu motornya lebih cepat.

Di depan sana ada seorang gadis berdiri di tengah jalan, berteriak saat motor Alcan semakin mendekat.

Terdengar suara decitan antara ban motor dan aspal, saat Alcan memberhentikan motornya. Alcan bernapas lega, begitu juga dengan gadis yang tadi hampir Alcan tabrak.

Ester berhenti berteriak saat mendengar decitan itu, ia membuka matanya dan mengatur napasnya.

"Huufftt ...."

Ester mengusap dadanya yang terasa berdetak lebih cepat.

Sadar akan orang yang tadi hampir menabraknya, Ester mendongak melihat motor sport berwarna putih di depannya bersama dengan sang pengemudi yang masih memakai helm fullface-nya.

"Heh! Lo kalau nyetir motor tuh yang bener, dong!" protes Ester, menggebrak bagian depan motor berwarna putih itu.

Dibalik helm fullface-nya, Alcan kaget bukan main, melihat gadis yang hampir ditabraknya tadi itu Ester, teman sekolahnya, dan gadis yang sempat di gendongnya menuju UKS.

"Eh! Lo denger gue ngomong gak, sih?"

Ester semakin kesal saat pengendara motor itu tidak mendengar protesannya tadi, sedangkan Alcan baru menyadari betapa cerewetnya gadis cantik di hadapannya ini.

"Satu detik aja tadi lo telat ngerem, badan gue udah mental kali, lagian lo gak bisa naik motor, ya? Ohh ... gue tau pasti SIM lo nembak, kan, makanya lo gak bener ngendarain mot---"

Ucapan Ester yang cerewet tadi berhenti begitu saja saat sang pengendara motor itu membuka helmnya.

Alcan meringis mendengar omelan Ester dan tatapan Ester yang terbengong-bengong saat Alcan membuka helmnya.

"So-Sori gu-gue ...." Perkataan Alcan terpotong saat Ester tiba-tiba menarik wajahnya dan mengamati wajah Alcan dengan membolak-balikan kepala Alcan.

"Lo, be-beneran, Alcan?" tanya Ester tak percaya, masih memegangi wajah Alcan yang benar-benar berbeda dari biasaya.

Hari ini Alcan memang tampil berbeda, tidak ada Alcan si cupu yang selalu diejek dengan nama Alien, tidak ada poninya yang menutupi dahinya, yang ada adalah wajah tampan tanpa kacamata bulat seperti biasa, dan tatanan rambut Alcan yang terlihat berbeda.

"Oh, my ...."

Ester benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.

"Hmmm ... sorry, Es-ter, kita masih di tengah jalan."

Ester semakin tercengang mendengar suara Alcan, pasalnya baru kali ini dia mendengar suara Alcan, biasanya kan Alcan jarang bicara, dan Ester termasuk orang yang belum pernah sama sekali mendengar suara Alcan.

"Ok, kalau gitu lo parkirin motor lo, kita ngobrol di kafe itu," ucap Ester menunjuk ke arah kafe yang tadi akan dikunjunginya. Kemarahannya pada pengemudi yang hampir menabraknya meluap sudah.

***

Di sinilah Alcan sekarang, di dalam kafe dengan satu gelas cangkir cokelat panas di hadapannya. Alcan tidak menyukai kopi, berbeda dengan gadis yang ada di hadapannya saat ini.

"Jadi beneran lo Alcan? Si cowok cupu yang selalu dipanggil Alien sama Reno?"

Ester masih tidak percaya dengan Alcan yang gayanya sangat berbeda.

"Astaga! Gue masih gak nyangka ini lo, Al," ucap Ester dengan raut wajah yang tidak percaya.

Alcan menaikkan satu alisnya melihat tingkah Ester yang sangat berlebihan. 'Sampai segitunya?' gumam Alcan dalam hati, ia tak menyangka gayanya yang berbeda dari biasanya akan membuat efek sebesar ini pada diri Ester.

Ester berdehem untuk menetralkan kegugupannya. Jujur saja, selain kaget Ester juga jadi deg-degan berdekatan dengan Alcan saat ini. Entah apa yang membuat dirinya jadi gugup.

"Oke ... maaf, gue terlalu lebay, ya, ha-ha," ucapnya disambung kekehan.

"Kenapa ke sekolah lo gak kayak gini aja sih, Al? Pasti kan lo gak diejekin dan dicemooh sama yang lain," ucap Ester memasang wajah penasaran.

"Gue gak mau," jawab Alcan singkat.

Ester mendesah, tidak di chat, tidak ngobrol langsung, sama saja jawabannya selalu singkat, padat, dan tidak jelas.

"Ya, kenapa gak mau, padahal kan, sebenernya lo ... ekhmm ... ga-ganteng."

Ester merasa Alcan tidak menjawab pertanyaannya, ia mendongak menatap Alcan yang sedang meminum cokelat panasnya.

"Hmmm ... oke mungkin itu urusan lo, gue gak mau kepo lagi," ucap Ester mengangkat kedua tangannya.

Alcan mengangkat sudut bibirnya, senyuman tipis yang mampu membuat Ester meleleh seketika.

'Oh my God, gila ... gila senyum tipis gitu aja udah buat gue  deg-degan, oke, Ester lo harus tenangin diri lo. Gak usah lebay,' ucap Ester dalam hati.

Alcan mengerenyit bingung melihat Ester yang sesekali menarik napas dan mengipas-ngipaskan tangan ke arah wajahnya, padahal di sini ruangannya dingin, karena efek hujan tadi dan ada pendingin ruangannya.

"Lo kenapa?" tanya Alcan takutnya terjadi sesuatu pada Ester.

"Hah? Gak ... gu-gue gak apa-apa kok, he-he," ucap gadis itu gugup, lalu memasang cengirannya yang memperlihatkan gigi putih dan rapinya itu.

Alcan kembali tersenyum geli melihat kegugupan Ester, menurutnya ekspresi Ester saat ini sangat lucu.

"Aduh, Alcan tolong deh, lo jangan senyum kayak gitu."

"Kenapa?"

"Gue meleleh liat senyum lo."

ups ....

Bersambung ....

Alcander (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang