Tiga Puluh Tiga

2.4K 156 7
                                    

***


Alcan sedang duduk berdiri di dekat pembatas balkon kamarnya, pikirannya sedang melayang pada kejadian di mana seorang wanita datang ke rumahnya untuk menanyakan alamat.

Yang membuat Alcan bingung, adalah sikap Indah pada wanita itu. Indah sangat marah saat melihat wanita itu. Alcan merasakan ada sesuatu yang Indah tutupi darinya.

"Bengong mulu, Coy!"

Alcan tersentak kaget saat suara Alvan tiba-tiba masuk ke indera pendengarannya. Kebiasaan Alvan yang selalu muncul tanpa diduga. Alcan tetaplah Alcan, cowok pendiam yang tidak banyak bicara meskipun baru saja merasa terkejut.

"Lo lagi mikirin apa, sih, Can?" tanya Alvan saat memperhatikan raut wajah Alcan yang sedang memikirkan sesuatu.

"Gak," jawab Alcan singkat.

Alvan menghela napas sejenak. Selalu saja, setiap ditanya Alcan pasti akan menjawab tidak.

"Lo kalau ada masalah, cerita sama gue," ujar Alvan terdiam sejenak, "gue ini, kan Abang lo. Tugas gue mendengarkan lo curhat."

Alcan tidak membalas perkataan kakaknya itu, karena menurut Alcan itu tidak penting.

Lagi-lagi Alvan menghela napasnya, melihat Alcan yang kembali tidak menyahutnya.

Terjadi keheningan beberapa menit di antara Alcan dan Alvan. Sampai akhirnya Alcan bertanya, "Lo tau sesuatu?"

Alcan menautkan kedua alisnya, bingung. "Tau apa?"

"Tentang gue," jawab Alcan.

Alvan semakin bingung. "Apa sih? Gue galham, sumpah," ujarnya sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya.

Alcan membalikkan tubuhnya ke arah Alvan, lalu menatap kakaknya itu dengan tajam. Alcan berdesis, "Sesuatu tentang gue."

Alvan merasa ngeri melihat Alcan yang menatapnya seperti itu. Ia menelan ludahnya, merasa gugup. "Ya ... lo adek gue ... iya adek gue," jawab Alvan.

Alcan semakin menatap Alvan dengan tajam, sementara Alvan semakin takut dibuatnya.

"Udah nggak usah liatin gue kayak gitu, ntar lo suka lagi sama gue," ucap Alvan sambil mendorong wajah Alcan. "Gue mau mandi ah," lanjut sambil melenggang pergi.

***

E

ster berjalan di sekitar taman sekolah, seorang diri, sambil memakan permen lolipop yang baru dibelinya di kantin tadi. Tiba-tiba, matanya memincing ke arah salah satu bangku yang ada di taman sekolah.

"Itu ... Alcan," ucapnya setelah melihat seorang laki-laki yang sedang duduk sendirian di sana. Dengan langkah pasti, Ester menghampiri Alcan.

Setelah sampai di dekat laki-laki itu, Ester langsung duduk di sebelah Alcan. Sementara Alcan tidak menyadari kedatangan Ester.

"Alcan!" Ester menepuk bahu Alcan agak kencang, membuat Alcan tersentak kaget.

"Ester, lo ngapain di sini, hmm ... maksud gue, sejak kapan lo di sini?" tanya Alcan dengan raut wajahnya yang bingung.

Alcander (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang