Sembilan

4.2K 251 1
                                    

***

Alcan berjalan menuju tepi lapangan. Napas Alcan tidak teratur, karena Alcan baru saja melakukan olahraga. Alcan membuka kacamata bulatnya, matanya terasa perih akibat keringat yang memasuki matanya.

Alcan tersentak saat tiba-tiba ada orang yang mengambil alih kacamatanya. Alcan melirik ke samping, dan mendapati Ester yang memegang kacamatanya, dan tersenyum manis ke arah Alcan.

Seperti biasa, Ester meraih tissu yang selalu tersedia di kantung pakaiannya, lalu membersihkan lensa kacatama Alcan.

Alcan tersenyum melihat aksi Ester. Entah kenapa Alcan merasakan kenyamanan jika berada di dekat Ester.

"Alcan."

Alcan refleks menengok ke arah Ester, saat itu juga Ester memakaikan kembali kacamata Alcan. Ester tersenyum saat kacamata itu sudah bertengger di wajah Alcan.

"Thanks," gumam Alcan tersenyum menatap Ester. Tanpa Alcan ketahui senyumannya itu membuat jantung Ester berdetak tak karuan.

"Hmmm ... gue balik ke kelas dulu, ya." Tidak mau terlihat salah tingkah di depan Alcan, Ester memutuskan untuk pergi. Sementara Alcan terkekeh melihat wajah Ester yang memerah, dan Ester yang salah tingkah.

***

Seharian ini Alcan merasa risih, para siswi yang biasanya hanya bersikap acuh tak acuh kepada Alcan, sekarang malah mendekati Alcan secara terang-terangan.

Itu semua akibat penampilan Alcan yang berubah 99,99%, yang biasanya berpenampilan culun, sekarang berpenampilan sangat cool meskipun kacamata bulatnya masih Alcan pakai, tapi penampilan Alcan saat ini sangat keren. Seharusnya Alcan bersyukur berkat Alvan, ia bisa jadi pusat perhatian seperti saat ini. Tapi sayang, Alcan tidak suka menjadi pusat perhatian.

Tadinya Alcan ingin merubah penampilannya lagi seperti semula. Tapi, sepertinya Alcan harus membersihkan rambutnya di rumah nanti dengan menggunakan shampo karena jika hanya menggunakan air saja rambut Alcan tidak akan terlalu bersih dari pomade yang tadi di pakaikan oleh Alvan.

"Hai, Al!"

Ester tiba-tiba datang dan langsung mengamit tangan Alcan. Ester merasa muak melihat para siswi itu terus mendekati Alcan ketika penampilan Alcan sudah berubah seperti sekarang. Jika Alcan berpenampilan culun, mereka menjauhi. Dasar manusia inginnya selalu yang lebih.

"Jadi kan, pulang bareng sama gue?" tanya Ester mengedip-ngedipkan matanya memberi kode pada Alcan. Agar Alcan mengiyakan ucapan Ester, dan membuat para siswi itu iri pada Ester. Bukannya hanya itu, Ester juga membantu Alcan agar segera keluar dari kerubungan para siswi kurang belaian ini.

Alcan menautkan kedua alisnya bingung melihat Ester yang mengedipkan matanya seperti itu. Alcan bukan tipe cowok yang peka ternyata.

"Oke jadi, yuk. Bye cabs." Ester melambaikan tangannya ke arah siswi-siswi yang tadi mengerubungi Alcan, dan Ester tersenyum penuh kemenangan pada mereka setelah melihat ekspresi mereka yang kesal.

Sebelum sampai di gerbang sekolah, Ester tiba-tiba menghempaskan lengan Alcan begitu saja, membuat Alcan menaikkan kedua alisnya bingung.

Ester bersendikep dada, menatap Alcan dengan kesal. "Kenapa?" tanya Alcan dengan satu alis terangkat.

Bukannya menjawab, Ester malah mengerucutkan bibirnya, membuat Alcan semakin bingung. Ekspresi yang ditunjukkan itu membuat Alcan terkekeh kecil. Menurutnya Ester sangat menggemaskan.

Alcan sedikit menurunkan kepalanya, agar wajahnya bisa sejajar dengan wajah Ester. Aksi Alcan tersebut refleks membuat Ester sedikit memundurkan wajahnya.

Alcander (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang