Lima

4.4K 262 2
                                    

***

"Suratnya tolong berikan kepada orang tua dan di tanda tangani ya!" ucap bu Beta sebagai guru fisika di kelas Alcan. Bu Beta baru saja membagikan surat izin orang tua, karena siswa-siswi kelas dua belas SMA Garuda Nusantara akan mengadakan take and give di suatu desa sekitar daerah Jawa Barat.

"Mengerti semuanya?" tanya bu Beta yang langsung dijawab semua murid dengan serentak.

"Mengerti Buuu ...!"

Alcan menatap surat izin orang tua itu dengan tatapan nanar. Tidak mungkin ia meminta izin pada orang tuanya. Percuma.

"Baik kita lanjutkan pelajaran fisika kita."

Mendengar suara bu Beta, Alcan langsung melipat surat itu dan memasukkannya ke dalam tas, lalu kembali fokus pada guru yang sedang menerangkan materi.

***

"Alcan!!"

Merasa ada yang memanggil namanya, Alcan membalikkan badan dan melihat Ester setengah berlari ke arahnya.

"Hai, pulang sama siapa?"

Itu adalah pertanyaan bodoh yang baru pertama kali Ester tanyakan. Padahal Ester tahu, jika Alcan selalu pulang sendiri. Ester memukul-mukul kepalanya sendiri.

Alcan terkekeh melihat tingkah Ester yang merutuki dirinya sendiri. Ester berhenti memukul-mukul kepalanya saat tangannya ditarik oleh Alcan, dan pandangan mereka bertemu saat itu juga.

"Jangan dipukulin, kasian kepala lo, " ucap Alcan dengan lembutnya serta senyum yang selalu membuat kesehatan jantung Ester terganggu.

Ester langsung melepaskan tangannya dari genggaman Alcan, karena Ester tidak mau tervonis penyakit jantung yang diakibatkan Alcan. Kan, kasian kalau Alcan disalahkan sebagai penyebab Ester sakit jantung.

"Ya udah, kalau gitu mau pulang bareng gue?" tawar Ester, berharap Alcan mau pulang bersamanya, "gue bawa mobil kok," lanjutnya.

Alcan menggelng. "Gak usah, Ter, gue pulang sendiri aja," tolak Alcan secara halus. Senyum manis hilang begitu saja dari wajah Ester, setelah mendengar penolakan Alcan.

Alcan merasa tidak enak hati saat melihat raut wajah Ester yang berubah menjadi sedih. "Lain kali aja ya, gue pulang sama lo," ucap Alcan mencoba menghibur Ester. Gadis itu kembali mengembangkan senyumnya.

"Janji, ya?" ucap Ester dengan mata bulatnya yang berbinar. Alcan mengangguk dan tersenyum.

"Assiikk ...!"

Ester melompat-lompat kecil seraya bertepuk tangan, layaknya anak kecil yang baru saja dibelikan mainan.

"Kalau gitu, gue duluan ya, bye Alcan!"

Setelah berpamitan, Ester melangkah dengan sedikit melompat ke arah parkiran mobil. Alcan menggelengkan kepalanya sambil terkekeh.

Setelah itu, Alcan kembali melanjutkan langkahnya ke arah gerbang sekolah dan menunggu angkutan umum yang lewat di halte depan sekolah.

***

Alcan tidak bisa tidur setelah packing untuk keperluan besok. Padahal besok Alcan harus sudah kumpul di sekolah tepat pukul enam pagi.

Alcan berjalan menuju meja belajarnya, mengambil surat izin orang tua yang dibagikan bu Beta tadi. Mau tidak mau Alcan harus memberikannya kepada orang tuanya. Alcan berjalan keluar kamar, tepat setelah Alcan baru keluar dari kamarnya, dan menutup pintu, saat itu juga sang mama lewat.

Alcander (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang