Tiga Puluh Tujuh

2.3K 126 1
                                    

Ester baru saja sampai di rumah, ia melemparkan tasnya ke ranjang, lalu merebahkan diri di sana. Tatapannya mengarah lurus ke langit-langit kamarnya yang ditempeli stiker berbagai macam benda langit, stiker itu akan menyala jika ruangan dalam keadaan gelap. Ya ... sticker glow in the dark.

Sebuah senyuman terbit di wajah manis gadis itu. Hal yang membuatnya tersenyum, yaitu perkataan Alcan tadi saat di lapangan basket indoor sekolahnya.

"Kalau gue nembak lo ... gimana?"

Perkataan itulah yang sekarang dipikirkan oleh Ester. Entah kenapa perkataan itu membuat jantung Ester berdetak lebih cepat dan membuat Ester menjadi salah tingkah. Jadi, tadi saat Alcan mengatakan itu, Ester langsung berlari meninggalkan Alcan.

Dia sadar, bahwa dirinya sudah jatuh ke dalam pesona seorang Alcander. Dari awal Ester mengenal laki-laki itu, Ester sudah mulai menyimpan rasa untuk Alcan, tapi Ester selalu menyanggahnya dalam hati karena Ester sadar di lubuk hatinya yang terdalam masih ada nama seseorang.

Tok ... tok ... tok

"Siapa?" Ester langsung bangun dari rebahannya ketika suara ketukan pintu kamarnya terdengar.

"Ini Bibi, Non," jawab sebuah suara dibalik pintu kamar Ester.

"Masuk aja, Bi, nggak dikunci, kok."

Dengan perlahan pintu berwarna putih itu terbuka, menampilkan sosok wanita berdaster dengan rambut yang dicepol.

"Ada apa, Bi?" tanya Ester, lalu berjalan menghampiri asisten rumah tangganya itu.

"Hmm ... anu, Non, i-itu di bawah a-ada ...."

"Ada apa, Bi?" Ester menautkan kedua alisnya bingung.

"A-ada yang anu, hmm ... nya-nyariin, Non."

"Siapa?" tanya Ester lagi semakin penasaran.

"Cowok, Non."

Mendengar jawaban asisten itu, Ester terdiam sejenak, lalu senyuman manis kembali terbit di wajah cantik Ester.

"Jangan-jangan ...," gumam Ester yang tidak didengar oleh asisten rumah tangganya itu.

"Apa, Non?"

"Ah ... nggak, Bi. Ya udah, bilangin ke dia tunggu sebentar ya, Ester ganti baju dulu." Tanpa menunggu jawaban dari asisten rumah tangganya itu, Ester langsung masuk kembali ke kamarnya untuk segera mengganti baju seragamnya dengan baju santai, tapi sopan karena Ester akan menemui seseorang yang sedang menunggunya di bawah.

***

"Tadi saya melihat ada seorang pria, penampilannya seperti preman. Pria itu menghampiri mas Alcan dan memaksanya untuk ikut bersama dengan pria itu," jelas seseorang dengan pakaian serba hitam.

Andra yang mendengar laporan itu langsung menautkan kedua alisnya. Memikirkan, siapa pria yang menghampiri Alcan tadi dan memaksa anak itu untuk ikut.

"Lalu?" tanya Andra menatap orang suruhannya itu.

"Pria itu sedikit memaksa agar mas Alcan ikut dengannya, tapi mas Alcan tetap kekeuh tidak mau ikut, sampai teman-teman mas Alcan datang, dan pria itu pergi, Tuan." Andra mengangguk mendengarkan penjelasan itu.

Sempat terlintas di benak Andra, jika teman-teman Alcan tidak datang, apa mungkin pria itu akan semakin memaksa Alcan dan membawa Alcan pergi?

"Baiklah, kamu boleh keluar," titah Andra kepada suruhannya itu.

"Baik, Tuan." Pria dengan pakaian serba hitam itu pun keluar dari ruangan Andra. Pria itu orang suruhan Andra untuk menjaga Alcan, sang istrilah yang memintanya, karena Indah takut jika seseorang mengambil Alcan. Dan benar saja, seorang pria asing telah menemui Alcan dan meminta anak itu untuk mengikutinya.

Alcander (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang