9

4.1K 41 1
                                    

SIAN HWA, merasa hatinya tertusuk mendengar ini. Ia semenjak kecil dipelihara dan diaku anak oleh seorang tokoh Ang bi tin! Baiknya kakek ini tidak tahu bahwa dia adalah puteri dari Panglima Bucuci, pemimpin Ang tin yang terkenal! Ngo jiauw eng yang diceritakan kakek itu hanya anak buah saja dari ayah angkatnya !

"Dan kuburan yang bundar ini, lopek?"

"Aku sendiri tidak kenal orangnya, siocia. Hanya aku mendengar dan orang lain bahwa ini adalah kuburan seorang kauwsu (guru silat)"

Pucatlah muka Sian Hwa mendengar ucapan ini. Tanpa disadarinya ia melangkah maju dan memegang tangan kakek itu. "Lopek, lekas katakan. Siapakah nama guru silat itu?"

Kakek itu terheran heran dan setelah berpikir pikir sejenak ia berkata.

"Namanya aku sendiripun tidak tahu. Hanya aku pernah mendengar bahwa ia disebut Can kauwsu dan menjadi sahabat baik dari perwira Song Hak Gi, dan...."

Akan tetapi Sian Hwa tak menunggu lagi sampai kakek itu selesai bicara. Saking terharunya, gadis ini menjatuhkan diri dan berlutut di depan kuburan yang berbentuk bundar itu dan tak dapat ditahan lagi air matanya membanjir keluar dari sepasang matanya, mengalir turun di sepanjang pipi nya. Ia menggigit bibirnya agar jangan sampai mengeluarkan suara tangisan dan keluhan, akan tetapi hatinya menjerit jerit..

"Ayah ... !"

Kakek itu menjadi makin bingung melihat sikap nona yang berpakaian indah dan berwajah seperti bidadari ini. Juga beberapa orang pengunjung kuburan itu kini mulai dalang mendekati karena merekapun merasa heran siapakah gerangan nona yang menangis di depan dua kuburan yang selama ini tak pernah dikunjungi itu .

"Siocia, siapakah kau....? Apakah hubunganmu dengan mereka ini.....?" Kakek itu berlutut pula dan bertanya dengan suara halus, penuh hati kasihan.

Sian Hwa mengangkat mukanya dan menyusut air matanya dengan ujung lengan bajunya. Ketika ia melihat orang orang berkerumun mendekatinya, sambil memandang dengan mata penuh perhatian dan ikut terharu, ia lalu berkata,

"Cu wi sekalian harap tinggalkan aku. Tidak ada apa apa yang patut ditonton!" Ucapannya ini biarpun halus, akan tetapi mengandung perintah dan orang orang itu lalu mengundurkan diri dan meninggalkannya, kecuali kakek tadi.

"Lopek, dapatkah kau menceritakan kepadaku bagaimana tewasnya Can kauwsu ini dan di mana?"

Kakek itu menggeleng gelengkan kepalanya yang sudah beruban.

"Menyesal sekali, siocia. Hal ini sudah terjadi belasan tahun yang lalu dan selain aku seorang agaknya tidak ada yang mengenal perwira she Seng ini, apalagi mengenal Can kauwsu .Keadaan di kota Tong seng kwan sudah berubah banyak. Adapun Can kauwsu ini kabarnya tewas ketika membela perwira perwira yang diserang oleh Ang bi tin, akan tetapi oleh siapa aku sendiri tidak tahu. Tentu saja matinya di kota Tong seng kwan, karena semua korban yang terkubur di sini adalah korban korban yang tewas di kota itu."

"Dan keluarganya, lopek? Bagaimana dengan keluarga mereka dan khususnya keluarga Can kauwsu?"

Kembali kakek itu menggelengkan kepalanya sambil menghela napas.

"Seperti sudah kukatakan tadi, keluarga Song ciangkun telah dibasmi semua seperti juga keluarga para perwira lain. Aku sendiri tidak kenal siapa yang menjadi keluarga Can kauwsu, akan tetapi tak dapat salah lagi, keluarga merek a pun tentu telah binasa semua." Tiba tiba kakek itu memandang tajam kepada Sian Hwa. "Kecuali kalau kebetulan pada hari itu ada keluarganya yang berada di luar kota. Siocia, kau menaruh perhatian kepada dua keluarga Song dan Can, apakah kau masih keluarga mereka?"

Sebelum Sian Hwa dapat menjawab, terdengar ribut ribut dan nampak semua pengunjung kuburan itu berlari lari keluar melarikan diri dan tempat itu. Ketika Sian Hwa mengangkat kepala, ia melihat ayah tirinya mendatangi bersama Liem Swee dan Pat jiu Gram ong! Ia menjadi terkejut sekali dan cepat menjatuhkan diri berlutut di depan suhu nya yang memandang kepadanya dengan kening berkerut,

Pedang Sinar Emas ( Kim Kong Kiam )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang