"ANG BI TIN....! Ang bi tin....!"
Terdengar seruan berkali kali di dalam kota Tong seng kwan pada suatu senja yang sunyi.
Ketika seruan ini terdengar untuk pertama kali, keadaan menjadi geger. Orang orang berlarian dengan wajah pucat, pergi menyembunyikan diri, seperti anak anak ayam mendengar suara burung rajawali terbang di atas kepala.
Tak lama kemudian, kota Tun seng kwan menjadi sunyi dan mati, seakan akan tiada seorangpun penghuninya. Pintu pintu rumah tertutup rapat, bahkan banyak toko warung tidak sempat ditutup dan dibiarkan begitu snja, ditinggalkan oleh pemiliknya masing masing.
Dari rumah rumah yang ada anak kecilnya, tiap kali terdengar tangis anak anak, segera disusul oleh suara orang tua. "Sst, diam... suara ini terdengar amat gelisah dan mulut anak kecil itu lalu ditutup dengan tangan oleh orang tuanya.
"Ang bi tin..." kini sebutan ini hanya terdengar dalam bisikan saja seolah olah orang merasa takut kalau kalau menyebutnya saja akan mendatangkan bencana. Apa dan siapakah Ang bi tin?
Ang bi tin berarti Barisan Alis Merah yang pada masa cerita ini terjadi, merupakan segerombolan manusia iblis yang amat ditakuti.
"Ang bi tin, mereka muncul lagi. Kini siapakah yang hendak mereka jadikan korban ?"
Terdengar suara orang bicara di dalam suasana yang sunyi mencekam itu. Suara ini diucapkan dengan tenang oleh seorang laki laki yang berdiri di depan pintu rumahnya, ia berusia tigapuluh tahun lebih, berwajah sederhana dan tampan, beralis tebal dan hitam dan sepasang matanya menyatakan bahwa ia memiliki keberanian dan berhati juiur.
Inilah Song Hak Gi, bekas perwira yang kini telah mengundurkan diri setelah pemerintah boneka Goan tiauw berdiri. Dalam Keadaan amat miskin, Song Hai Gi kini tinggal di kota Tong Seng kwan bersama isterinya dan seorang putranya yang baru berusia enam tahun. Tadi ketika ia mendengar di sebtnya Ang bi tin oleh orang orang yang berlari larian, ia segera menyuruh isteri dan puterapya masuk ke dalam rumah.
Akan tetapi dia sendiri tidak bersembunyi, bahkan lalu diam diam menyiapkan peadangnya disembunyikan di bawah bajunya yang penuh tambalan. Dengan tenang akan tetapi agak pucat, bekas perwira she Song ini lalu berdiri di depan pintu rumahnya yang buruk dan kecil. Ia tidak akan merasa aneh apabila gerombolan Ang bi tin ini datang untuk menyerangnya. Sudah banyak bekas perwira yang benar benar berjiwa patriot yang tidak mau menjadi tentara boneka dari Kerajaan Goan tiauw yang tunggangi oleh Bangsa Mongol, dibunuh oleh gerombolan manusia iblis ini.
Song Hak Gi adalah orang gagah, ia tidak sudi untuk bersembunyi memperlihatkan rasa takutnya terhadap Ang bi tin yang diketahuinya terdiri orang orang Mongol dan kaki tangannya itu. Pula, ia juga sudah cukup maklum akan kelihaian Ang bi tin, bahwa gerombolan ini disokong sepenuhnya oleh pemerintah dan mempunyai banyak sekali kaki tangan dan mata mata. Biarpun ia bersembunyi, tetap saja mereka akan dapat mengetahui di mana tempat tinggalnya."Seandainya mereke benar datang mencariku, aku lebih suka mati dengan pedang di tangan dari pada mati disembelih seperti seekor babi, demikian bekas perwira yang gagah perkasa ini berkata di dalam hatinya.
Suasana yang amat sunyi itu lebih menggelisahkan hati daripada kalau ia benar benar melihat gerombolan itu muncul dengan golok besar mereka yang amat terkenal.
"Ibu, biarkan aku keluar," tiba tiba ia mendengar suara puteranya yang bening dan nyaring suaranya. Song Hak Gi tersenyum. Putera tunggal nya Song Bun Sam, amat disayanginya dan ia merasa bangga melihat puteranya memiliki keberanian.
"Jangan. Sam ji, ada Ang bi tin ... tidak takutkah kau?" bisik ibunya yang terdengar juga oleh bekas perwira itu.
"Aku tidak takut, bersama ayah aku tidak takut siapan pun juga," Bun Sam menjawab dengan tegas dan larilah anak itu keluar menyusul ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Sinar Emas ( Kim Kong Kiam )
Ficción GeneralSeorang Pendekar yang bernama Bun Sam yang bertualang bersama Suhengnya (kakak seperguruan) Yap Bouw yang merupakan bekas jenderal yang sangat tangguh dalam tugasnya untuk membasmi Pasukan Mongol yang bernama Ang-bi-tin yang ganas dan tidak segan me...