35

1.9K 28 0
                                    

"BAGUS! Tepat sekali sumpahmu ini, karena memang pesanku ini terutama sekali mengenai Kim kong kiam. Kau tahu, pedang ini sesungguhnya bukanlah Kim kong kiam yang aseli, ini hanya tiruan. Adapun pedangku yang aseli bersama kitab Kim kong Kiam sut yang kutulis, sengaja kusembunyikan di puncak menara Kim Hud tah di Gunung Kui san. Kelak, apabila kau benar benar memerlukan dua benda itu, kaulah orangnya yang kubolehkan mewarisinya, dan kau akan dapat mengambilnya dengan mempelihatkan suratku ini."

Sambil berkata demikian, kakek Song menyerahkan sebuah surat yang memang sudah dibuatnya sebelumnya. Surat itu menerangkan bahwa pembawanya boleh mengambil dua benda yang ia simpan di tempat itu.

Beng Han menerima surat bersampul itu sambil bercucuran air mata.

"Eh, mengapa kau menangis?"

"Suhu, mengapakah teecu yang suhu warisi semua ini? Apakah kelak tidak akan menimbulkan kemara han dari pihak keturunan suhu sendiri? Kim kong kiam adalah pedang pusaka keluarga Song, demikian pula ilmu silat pedang dari suhu adalah ilmu silat keturunan, bagaimana justeru teecu seorang luar yang suhu percaya?"

Diam diam kakek Song makin kagum kepada muridnya ini dan hatinya makin mantap.

"Bukan karena aku benci kepada anak cucuku, Beng Han. Sama sekali bukan Bahkan, terus terang saja, aku sengaja melakukan ini untuk.... kalau dapat, menolong dan menjaga keselamatan mereka. Sudahlah, kau tak perlu banyak bertanya dan penuhi saja pesanku. Andaikata kau betul betul telah memerlukan dua benda tersebut dan ingin mewarisinya, kau naiklah ke Kim Hud tah (Menara Bhuddha Emas) dan jangan kau turun kembali sebelum kau mempelajari ilmu pedang itu sampai sempurna betul. Kalau kau mengambil begitu saja dan membawa turun, kau akan celaka."

Beng Han mencatat dalam otaknya segala pesan suhunya ini dan menyatakan kesanggupannya untuk mentaati semua perintah kakek Song.
Hampir sebulan kemudian, dengan amat tiba tiba, penyakit yang diderita oleh kakek Song kambuh kembali secara hebat! Napasnya menjadi sesak, kepala berat, tubuh lemas dan kedua kaki lumpuh!

Melihat hal ini, orang seisi rumah kaget sekali dan air mata mulai bercucuran. Akan tetapi kakek Song sendiri tersenyum.

"Beng Han, kong kongmu itu memang orang luar biasa pandainya," katanya teringat akan ramalan Koai Thian Cu. Semenjak tukang gwamia itu datang, dua bulan hanya kurang tiga hari lagi! Tinggal tiga harikah usianya?

Thian te Kiam ong Song Bun Sam mengumpulkan anak cucunya. Di dalam kamarnya yang besar itu penuh dengan orang, semua memperlihatkan wajah muram dan berduka, kecuali si sakit sendiri! Di situ berkumpul Song Tek Hong dan isterinya, Ong Siang Cu serta puteri mereka, Song Bi Hui. Juga Song Siauw Yang dan suaminya Liem Pun Hui serta putera mereka, Liem Kong Hwat hadir. Tadinya Beng Han hendak meninggalkan kamar demi kesopanan tanpa diminta oleh siapa pun sehingga Tek Hong menjadi kagum dan memandangnya dengan terima kasih, akan tetapi kakek Song menahannya.

"Beng Han, kau juga muridku. Guru dan orang tua sederajat, murid dan anak juga setingkat. Maka kau tinggat saja disini mendengarkan pesan pesanku agar ketak kalau anak cucuku ada yang lupa, kau dapat mengingatkan mereka." Kakek Song berhenti sebentar untuk mengatur napasnya yang amat sukar keluarnya.

"Tek Hong, kau kelak yang mewakili aku mengawasi dan menjaga ketenteraman semua keluarga kita. Kau tahu bahwa dahulu aku telah banyak menanam permusuhan dengan orang orang kalangan hitam (penjahat). Tentu di antara mereka dan keturunan mereka banyak yang mendendam sakit hati. Oleh karena itu, kau dan semua kekeluarga harus selalu waspada dan hati hati. Ketahuilah bahwa Kim kong kiam juga selalu diincar incar orang, oleh karena itu, aku minta supaya pedang Kim kong kiam ini disimpan saja di Liok can, di rumah Siauw Yang,"

Kembali ia mengatur napas dan semua yang mendengarkan menjadi makin berduka.

"Aku tahu, ilmu kepandaian dari mantuku Siang Cu amat lihai. Alangkah baiknya kalau kalian mengadakan tukar menukar kepandaian sehingga kepandaian Bi Hui dan Kong Gwat bertambah, sungguhpun semacam saja kalau dipelajari dengan sempurna akan mengalahkan seratus macam yang tidak dipelajari secara baik. Sayang.... sayang aku tak dapat menyaksikan cucu cucuku menikah...."

Pedang Sinar Emas ( Kim Kong Kiam )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang