10

4.2K 45 2
                                    

"SUMOI, jangan kau berkeras hati. Tak percaya aku bahwa kau yang secantik ini akan berlaku kejam."

"Tutup mulutmu yang palsu itu!" Sian Hwa berkata marah. "Agaknya kau tidak ingat lagi betapa kau menggunduli rambutku, ya?"

Mendengar ini, Liem Swee menjadi pucat. "Kau masih marah, sumoi? Bukankah kau sendiri yang menghendaki untuk menjadi nikouw? Kau anggap aku bersalah dalam hal itu? Baiklah, aku minta ampun kepadamu." Setelah berkata demikian, pemuda yang sudah tergila gila itu lalu menjatuhkan diri berilutut di depan Sian Hwa!

Tetapi Sian Hwa mempergunakan kesempatan itu untuk melompat dan berlari pergi dari situ. Dahulu ilmu lari cepatnya lebih tinggi dari pemuda itu, maka kini ia hendak mempergunakan ilmunya untuk melarikan diri dari Liem Swee. Akan tetapi alangkah terkejutnya ketika sebentar saja Liem Swee telah dapat menyusulnya dan menghadang di depannya lagi. Ternyata bahwa selama dua tahun ini, kepandaiaan Liem Swee telah maju pesat sekali dan melampauinya.

"Sumoi, kasihanilah aku...."

Kini Sian Hwa betul betul marah. "Orang tak tahu diri! Ketahuilah, bahwa selama ini aku melatih ilmu silatku dan kalau perlu, aku akan dapat menghadapimu dengan pedang terhunus! Apakah kau menghendaki pertempuran untuk menentukan siapa yang akan menggeletak tak bernyawa di sini? Dulu aku tidak berani melawan karena kau adalah suhengku, akan tetapi sekarang, biarpun ayahmu sendiri datang, aku tidak akan mundur setapak dan akan kupertaruhkan nyawaku!" Mata gadis ini berapi api saking marahnya, sehingga Liem Swee menjadi ragu ragu.

"Sumoi, jangan begitu. Kalau kita bertempur, kau takkan menang akan tetapi, aku bersumpah takkan mau mempergunakan kekerasan terhadapmu. Sumoi, demi kebahagiaanmu, demi kebahagiaan kita, kasihanilah aku dan kasihanilah hidupmu sendiri. Apakah kau selamanya akan begini saja? Mari kita menghadap ayah dan..."

"Aha, di mana mana saja kujumpai laki laki hidung belang macam ini! Sungguh menjemukan sekali."

Tiba tiba terdengar suara yang nyaring dan keluarlah orangnya dari balik serumpun pohon kembang. Orangnya sesuai benar dengan suaranya yang nyaring dan jenaka, karena ia adalah seorang pemuda yang. berpakaian warna biru muda, berwajah tampan luar biasa bertubuh kecil berisi. Pemuda yang baru datang ini nampaknya jenaka dan periang sekali, terutama sepasang matanya yang bersinar sinar dan mulutnya yang tersenyum manis.

"Enci yang manis, apakah anak manja dari Jenderal ini mengganggumu?" pemuda tampan ini bertanya, sambil memandang kepada Sian Hwa.

Dara ini sedang marah, kini melihat lagak pemuda yang agaknya bahkan lebih kurang ajar dan pandangan matanya terlalu berani ini, maka ia menjadi marah. Ia hendak memaki akan tetapi didahului oleh Liem Swee yang berobah air mukanya melihat datangnya pemuda ini.

"Kau ... ? Gadis liar, agaknya kau sudah bosan hidup maka berani mencampuri urusanku!"

"Aha, benar benar galak putera Pat jiu Giam ong. Agaknya kepandaianmu sudah banyak maju maka kau berani berlagak di hadapanku."

Kini terbukalah mata Sian Hwa dan gadis ini memandang kepada "pemuda" itu dengan mata terbelalak. Tak pernah disangkanya bahwa "pemuda" ini sebetulnya seorang gadis. Kini teringatlah Sian Hwa siapa adanya gadis itu, ingatannya ini diyakinkan pula oleh seruan Liem Swee yang telah mencabut pedangnya.

"Sumoi, hayo kau bantu aku menangkap gadis liar ini. Dia adalah pembunuh dari Ngo jiauw eng Dia inilah gadis liar yang dahulu mengacau di atas rumah ayahmu!"
"Aku bukan sumoimu dan aku tidak perduli urusanmu!" jawab Sian Hwa dengan suara dingin. "Kalau berani, lawanlah sendiri!"

Gadis jenaka yang berpakaian seperti pemuda itu tentu saja pembaca sudah menerka siapa orang nya. Memang, dia adalah Yap Lan Giok, puteri dan Yap Bouw atau murid dari Mo bin Sin kun. Kini mendengar jawaban Sian Hwa, Lan Giok bertepuk tangan sambil tertawa geli.

Pedang Sinar Emas ( Kim Kong Kiam )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang