19

3.4K 28 0
                                    

YAP THIAN GIOK mengangguk anggutkan kepalanya.

"Tindakan nekad dan putus asa hanya dilakukan oleh orang orang yang bodoh dan tak berakal. Apakah untungnya kalau kau mengorbankan nyawa secara sia sia? Apakah dengan perbuatanmu itu, keadaan akan berobah dan keadaan rakyat akan menjadi baik? Apa kaukira dengan perbuatanmu itu kau akan dapat merobah pemerintah menjadi baik? Daripada melakukan usaha karena dorongan putus asa, lebih baik kau berusaha untuk dapat meringankan beban rakyat dan menolong mereka yang tertindas."

"Apakah daya seorang bodoh dan lemah seperti saya ini, taihiap?"

"Itulah, karena kau kurang ilmu. Setelah bertemu dengan aku, apa sukarnya kalau kau memang betul betul mau mencari kemajuan dan mau belajar ilmu?"

Tiba tiba wajah Pun Hui berseru gembira.

"Betul betulkah taihiap mau menerima teecu (saya) sebagai murid ?"

Yap Thian Giok tertawa. "Mau atau tidak, setelah melihat keadaanmu ini, aku terpaksa menerimamu. Kau sebatang kara seperti aku pula, semangatmu besar seperti seorang pendekar dan mengenai kegigihan seperti seorang pahlawan, sudah sepatutnya menjadi muridku."

Pun Hui lalu mengangguk anggukkan dan memberi hormat sambil berlutut.

"Suhu, teecu berterima kasih sekali Semoga teecu dapat menjadi murid yang baik."

"Pun Pui, ketahuilah. Yang kauangkat menjadi guru ini adalah Yap Thian Giok murid Sian hou san, yang di kalangan kang ouw dijuluki Sin pian. Selamanya aku melakukan perbuatan gagah sesuai dengan petunjuk dan pesan guruku. Oleh karena itu aku tidak ingin melihat kau kelak merusak namaku dan nama guruku, yakni Mo bin Sin kun. Nah, kau bersumpahlah bahwa kelak kau hanya akan mempergunakan ilmu kepanduan yang kaupelajari dariku demi kebaikan."

"Di depan suhu Yap Thian Giok, disaksikan oleh bumi dan langit, teeeu Liem Pun Hui bersumpah bahwa segala macam ilmu yang akan teecu pelajari, segala macam petunjuk yang akan teecu dengar dari suhu, akan teecu pergunakan untuk melakukan kebajikan dan kebaikan, membela yang lemah tertindas dan memberantas yang jahat dan tidak adil. Kalau teecu melanggar sumpah ini biarlah teecu tewas di ujung senjata orang gagah lain!"

Yap Thian Giok menjadi girang dan puas. Ia lalu membawa muridnya itu ke dalam sebuah hutan yang liar di sebelah barai kanal (terusan) yang menuju ke Peking, di sebelah selatan dari kota raja.
Setelah tiba di tengah tengah hutan itu, Thian Giok berkata.

"Pun Hui, aku hendak pergi ke Tit le untuk sebuah urusan penting. Kau tinggallah seorang diri di tengah hutan ini sambil melatih siulian (samadhi) dan mengatur pernapasan agar memperkuat dasar mu untuk kelak menerima latihan silat. Tentang makan dan minum, kau usahalah sendiri di dalam hutan ini. Sengaja aku tinggalkan kau untuk kira kira satu bulan sebagai ujian bagimu. Berani dan sanggupkah kau?"

Dengan wajah berseri Pun Hui menjawab,

"Suhu, teecu sudah bersumpah untuk mentaati segala macam petunjuk dari suhu. Menghadapi kematian teecu tidak takut, apalagi hanya untuk tinggal seorang diri di dalam hutan yang liar ini. Apa yang teecu takutkan?"

"Bagus! Itulah jawaban yang kuharapkan. Kalau datang binatang buas, kau naiklah ke pohon dan selanjutnya kau harus dapat menjaga diri sendiri."

"Jangan khawatir, suhu. Pergilah suhu dengan hati aman. Teecu sanggup menjaga diri sendiri."
Yap Thian Giok lalu memberi petunjuk petunjuk dan pelajaran tentang cara bersemadhi dan mengatur napas, kemudian ia tinggalkan muridnya itu, berlari cepat menuju ke Tit le untuk mencari Thian te Kiam ong Song Bun Sam, menyerahkan surat peninggalan dari mendiang Pangeran Kian Tiong.

Thian te Kiam ong dan isteri nya di rumahnya sedang gelisah. Berhari hari kedua suami isteri ini duduk termenung dan di rumah yang biasanya penuh dengan kegembiraan dan kebahagiaan itu kini nampak sunyi. Bahkan jarang sepasang suami sedikit isteri ini bercakap cakap, masing masing merenungi jalan pikirannya sendiri.

Pedang Sinar Emas ( Kim Kong Kiam )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang