SETELAH tiba di atas genteng, Liem Swee dan Kui To memandang ke sana ke mari akan tetapi tidak terlihat seorangpun di atas genteng. Mereka melompat ke bawah dan mengadakan pemeriksaan di sekitar rumah itu, akan tetapi tetap saja tidak dapat menemukan sesuatu yang mencurigakan.
"Aneh, apakah pendengaranku sudah rusak?" Kui To bersungut sungut.
"Mungkin yang kau dengar tadi seekor kucing, Gan suheng," kata Liem Swee.
"Biarpun seekor kucing, ke mana ia dapat menghilang?" Kui To masih saja merasa tidak puas. Akhirnya mereka kembali pulang ke rumah itu melalui pintu depan.
"Celaka, benar benar ada orang jahat masuk!" tiba tiba Liem Swee berseru keras dan wajahnya berobah. Kui To cepat menengok dan melihat penjaga rumah yang tua tadi kini telah meringkuk di pinggir pintu dalam keadaan kaku tertotok!
Kedua orang pemuda ini tidak memperdulikan penjaga itu, langsung menyerbu ke dalam rumah. Ketika mereka melompat masuk ke dalam kamar di mana mereka tadi menahan Lan Giok dan Sian Hwa, ternyata bahwa kedua orang tawanan itu telah lenyap tak meninggalkan bekas!
Bahkan tali sutera pengikat kaki tangan kedua orang dara itupun lenyap bersama orang orangnya. Terang buhwa penolong yang datang itu tentu membawa dua orang nona itu dalam keadaan masih terikat kaki tangannya!
Liem Swee, mengeluarkan suara makian kotor sedangkan Kui To lalu melompat keluar kamar kembali ia mengejar ke sana ke mari, akan tetapi tetap saja tidak terlihat sesuatu. Ketika ia kembali ke rumah itu, Liem Swee sedang berusaha membebaskan penjaga rumah dari totokan, namun tidak berhasil. Kui To menghampiri kakek itu dan setelah memeriksa, ia lalu mengangkat tubuh kakek yang kaku itu ke atas dan melemparkannya ke atas sampai tinggi.
Ketika tubuh tu melayang turun, ia lalu mengulurkan jari tangannya menotok ke arah punggung penjaga rumah itu yang segera menjerit dan mengaduh aduh, akan tetapi ia telah terlepas dari pengaruh totokan yang lihai.
"Hm, penyerangnya seorang yang ahli dalam ilmu Ki keng pat meh (Ilmu Membuka Pembuluh Darah), sehingga ia dapat menotok di balik jalan darah. Benar benar lihai!" katanya.
Ucapan ini belum seluruhnya menyatakan keheranan dan kekagumannya dan di dalam hatinya murid Lam hai Lo mo ini benar benar merasa kaget bukan main karena biarpun suhunya sendiri Ilmu Ki keng pat meh ini baru saja dipelajari dan belum sempurna sama sekali! Apalagi dia!
Akan tetapi, orang yang menolong dan orang tawanan itu ternyata pandai mempergunakan totokan yang berdasarkan Ki keng pat meh, sungguh merupakan lawan yang bukan main tangguhnya!
Akan tetapi Liem Swee yang biarpun sudah mendengar tentang ilmu itu namun belum pernah dapat mempelajari, kurang memperhatikan ucapan Kui To dan cepat mengajukan pertanyaan kepada penjaga rumah itu mengapa dia telah meringkuk di atas tanah dalam keadaan tertotok.
"Ampun, siauw ya (tuan muda). Entah apa yang terjadi dengan diri hamba. Agaknya kurasa hamba lupa membakar hio, setan penjaga bumi telah marah kepada hamba dan menjatuhkan hukumannya !" kata kakek itu dengan tubuh menggigil dan muka pucat, nyata sekali ia tampak takut bukan main.
"Jangan mengoceh!" Liem Swee membentak. "Lekas ceritakan siapa orangnya yang menyerang mu!"
"Ampun, siauw ya. Hamba sungguh sungguh tidak tahu. Tiba tiba saja ketika hamba berdiri di sini sambil ikut bergembira memikirkan kesenangan jiwi (tuan berdua), tahu tahu tubuh hamba terasa kaku dan panas dingin, pendangan mata berkunang kunang dan selanjutnya hamba tidak tahu apa apa lagi."
Liem Swee mendongkol sekali, aku tetapi Kui To segera menariknya ke dalam rumah.
"Tak perlu marah, Liem sute. Masih baik orang itu tidak mengganggu kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Sinar Emas ( Kim Kong Kiam )
Fiksi UmumSeorang Pendekar yang bernama Bun Sam yang bertualang bersama Suhengnya (kakak seperguruan) Yap Bouw yang merupakan bekas jenderal yang sangat tangguh dalam tugasnya untuk membasmi Pasukan Mongol yang bernama Ang-bi-tin yang ganas dan tidak segan me...