BIARPUN menurutkan kata hatinya, ia ingin sekali ke rumah penginapan di mana gadis baju merah itu menanti nantikan, namun demi kesopanan kepada tetangga yang dimintai tolong itu, Tek Hong terpaksa bercakap cakap lebih dulu dengan mereka sampai hari menjadi malam.
Kemudian ia berpamit dan dengan cepat ia kembali ke rumah penginapan. Ketika ia tiba di situ, ia melihat pemilik rumah penginapan, seorang setengah tua yang gemuk, tengah berdiri di depan rumah itu sambil menggeleng geleng kepala dan mulutnya terdengar bicara seorang diri.
"Sungguh aneh.... aneh sekali...!"
"Eh, Tung twako, mengapa kau berdiri di sini seorang diri?" Tek Hong menegurnya.
Pemilik rumah penginapan itu terkejut karena ia tidak mendengar kedatangan pemuda itu.
"Kau Song kongcu? Ah, kau terlambat, baru saja kawanmu pergi dari sini!"
"Pergi? Ke mana?" tanya Tek Hong kaget.
"Tidak tahu! Aku tahu akan keanehan watak orang orang kang ouw dan tentu saja aku tidak berani banyak bertanya. Hanya dia bilang bahwa dia tidak jadi bermalam di sini."
"Dia tidak meninggalkan pesan apa apa untukku?"
Pemilik rumah penginapan itu menggeleng kepala.
"Tidak sama sekali. Dia kelihatan marah marah dan jengkel sehingga aku tidak berani banyak bertanya. Aku tahu bahwa orang kang ouw seperti gadis itu kalau sudah marah, sekali menggaplok akan sanggup merenggut nyawaku," katanya sambil mengangguk anggukkan kepalanya, tanda bahwa dia sudah tahu betul akan watak orang-orang kang ouw karena dia sudah banyak bertemu dengan orang orang kang ouw yang bermalam di rumah penginapannya.
"Kau tidak tahu ke mana perginya?" tanya Tek Hong dengan bingung.
"Kaukira aku begitu bodoh, Song kongcu? Tidak percuma kau mengenal aku. Tadi ketika ia pergi, aku segera keluar dan aku melihat bayangannya cepat sekali berkelebat menuju ke timur."
Baru saja pemilik nmah makan menutup mulutnya, ia melihat bayangan di depannya berkelebat ke timur dan tahu tahu pemuda itu sudah lenyap dari depannya, ia menjulurkan lidahnya dan menggeleng gelengkan kepalanya.
"Aneh, seperti iblis iblis saja orang orang kang ouw itu," katanya berkali kali kepada diri sendiri.
Tek Hong cepat sekali berlari ke timur, mempergunakan kepandaiannya dan mengerahkan seluruh ginkangnya. Matanya dipasang tajam tajam untuk mencari di mana adanya gadis baju merah yang secara rahasia telah meninggalkannya itu.
Mengapa ia marah dan pergi, pikirnya bingung. Ah, kalau saja ia tadi tidak lama bercakap cakap dengan para tetangganya tentu ia masih dapat bertemu dengan gadis itu dan mungkin dapat menahan kepergiannya atau setidaknya dapat pergi bersama.
Ketika ia tiba di luar kota, ia melihat bayangan hitam berlari lari cepat keluar dan kota itu. Hatinya berdebar girang dan ia mempercepat larinya sambil berseru,
"Nona, tunggulah sebentar!"
Bayangan itu memang benar Siang Cu adanya. Tadi ketika Tek Hong pergi meninggalkannya di rumah penginapan, ia segera menyelidiki keadaan pemuda itu. Tanpa diketahui oleh siapapun juga, ia melompat ke luar dari jendelanya dan menyusul ke tempat tinggal Thian te Kiam ong yang dulu sudah dibakar oleh suhunya.
Di rumah tetangga Thian te Kiam ong, gadis ini melihat Tek Hong bercakap cakap dan ia segera mengintai dari atas genteng. Mendengar percakapan mereka, tahulah dia bahwa memang benar pemuda ini adalah Song Tek Hong putera dan Thian te Kiam ong musuh besarnya.
Dengan tubuh lemas dan tindakan limbung Siang Cu segera berlari kembali ke hotelnya. Di di dalam kamar, tak terasa pula ia menangis tersedu sedu, ia tertarik kepada pemuda ini, bukan rahasia lagi baginya bahwa ia suka kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Sinar Emas ( Kim Kong Kiam )
Fiksi UmumSeorang Pendekar yang bernama Bun Sam yang bertualang bersama Suhengnya (kakak seperguruan) Yap Bouw yang merupakan bekas jenderal yang sangat tangguh dalam tugasnya untuk membasmi Pasukan Mongol yang bernama Ang-bi-tin yang ganas dan tidak segan me...