16

5.1K 50 1
                                    

DI DEPAN dua gundukan tanah, yakni sebuah makam yang masih baru, dua orang nampak berlutut. Air mata mereka bercucuran dan di depan batu nisan dua makam ini nampak hio mengebut.

"Adik Lan Giok..." terdengar suara Sian Hwa dan Bun Sam, "Kami berdua mohon ampun darimu. Tenangkanlah arwahmu, adik Lan Giok. Kau tidak berkorban secara sia - sia. Kami ikut prihatin dan kamipun ikut berkorban. Kami takkan menjadi suami isteri di dunia ini, karena sesungguhnya aku telah menganggap bahwa Bun Sam adalah suamimu. Biarlah cintaku kepadanya kubuktikan dengan menjadi bujangnya, merawatnya, asal aku berada di sampingnya...."

"Sian.... sudahlah. Lan Giok sudah mengetahui isi hati kita. Sudah tahu akan sumpah kita bahwa kita hanya dapat menjadi suami isteri kalau mendapat pengampunan dari dia."

Pada saat itu, entah dari mana datangnya, tahu tahu sosok tubuh seorang wanita muncul di belakang makam itu. Bun Sam terkejut sekali karena hanya seorang dengan kepandaian luar biasa tingginya saja dapat datang di situ tanpa ia mendengar sama sekali. Dan keheranannya bertambah ketika ia melihat bahwa orang itu adalah seorang nyonya tua yang ia tidak kenal. Kalau yang muncul ini misalnya Mo bin Sin kun itu masih tidak mengherankan.

"Bun Sam, Sian Hwa, aku adalah nyonya Yap Bouw, ibu dari Lan Giok," kata wanita tua ini yang mukanya tidak begitu jelas karena memang hari masih pagi sekali dan matahari belum muncul.

Sian Hwa dan Bun Sam terheran heran. Tak disangkanya bahwa ibu dari Lan Giok bahkan memiliki kepandaian yang lebih tinggi dari Mo bin Sin kun. Gerakannya demikian ringan dan ketika bertindak maju, tidak terdengar sedikitpun juga tindakan kakinya,

"Jangan kaget aku datang. Ketahuilah, Lan Giok sudah lama memberi ampun kepada kalian. Lan Giok bukanlah seorang gadis kokati, bahkan kalau kalian berlaku seperti sekarang ini dan hidup menyiksa perasaan sendiri, Lan Giok akan kecewa, karena itu berarti pengorbanannya sia sia belaka. Jadilah suami isteri yang bahagia pula. Siapa tahu kalau kalau Thian mengirim dia berkumpul kembali dengan kalian"

Bun Sam dan Sian Hwa saling memandang dengan masih berlutut, kemudian Sian Hwa berkata.

"Bagaimana kami dapat tahu kalau Lan Giok benar benar mengampuni kami?"

Wanita itu berkata, "Kau mau bukti? Lihatlah ...." Wanita itu melambaikan tangannya dan tiba tiba muncullah di situ dua sosok bayangan lain, seorang gadis dan seorang kakek.

"Lan Giok...." seru Sian Hwa.

"Yap suheng...." Bun Sam berseru pula.

Keduanya berdiri dan menubruk dua bayangan itu, akan tetapi mereka hanya melihat Lan Giok tersenyum senyum dan berkata, "Aku ampunkan kalian!" Lalu lenyaplah bayangan tiga orang itu.

Bun Sam dan Sian Hwa bersembahyang terus sampai sehari di tempat itu, kemudian mereka pergi dengan perasaan penuh kebahagiaan, karena benar benar Lan Giok telah mengampuni mereka.

Hanya satu hal yang mereka herankan, yakni tentang ibu Lan Giok. Bukankah nyonya itu masih hidup di Oei san bersama Mo bin Sin kun?

Hal inipun menjadi terang ketika beberapa bulan kemudian, mereka mengunjungi puncak Oei san, mereka mendengar dari Thian Giok bahwa nyonya Yap Bouw itu telah meninggal dunia tepat pada saat mereka sembahyang di depan makam Lan Giok.

Demikianlah, Bun Sam dan Sian Hwa hidup penuh kebahagiaan sebagai suami isteri yang saling mencinta.

******************

Bertahun tahun lewat tanpa dirasakan oleh manusia, terutama oleh mereka yang hidup penuh madu asmara seperti Song Bun Sam dan isterinya itu. Kita tinggalkan mereka untuk menengok Kepulauan Couwsan.

Kepulauan Couwsan terletak di pantai timur Propinsi Cekiang. Melihat pulau pulau ini dari pantai daratan Tiongkok, nampak seakan akan sekelompok ikan mengambang di permukaan samudera.

Pedang Sinar Emas ( Kim Kong Kiam )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang