JANGANKAN Pun Hui yang tidak mempunyai kepandaian silat, sedangkan dua orang kakek pengemis, Bu beng Sin kai dan Sam thouw liok ciang kai yang sudah memiliki kepandaian tinggi, juga merasa silau menyaksikan pertandingan ini.
Mereka berdua maklum bahwa tingkat kepandaian puteri Thian te Kiam ong ini benar benar tinggi sekali dan andaikata mereka berdua diharuskan membantu suhu mereka, agaknya mereka tidak tahu harus bergerak bagaimana.
Melihat betapa sinar kuning emas itu amat kuat gerakannya, Bu beng Sin kai mulai merasa khawatir. Hanya Leng Li yang tingkat kepandaiannya dalam ilmu pedang sudah cukup tinggi dan agaknya hanya puteri suhunya itulah yang akan dapat membantu. Teringat akan hal ini, Bu beng Sin kai diam diam lalu berlari memasuki rumah untuk memberi tahu kepada Leng Li yang sampai demikian jauh belum juga muncul.
Akan tetapi, tidak lama kemudian Bu beng Sin kai berlari keluar kembali dengan wajah berubah seperti orang gelisah .
"Suhu, celaka...... nona Leng Li telah lari pergi.... !"Pada saat itu, Sin tung Lo kai tengah menyerang Siauw Yang dengan bernafsu, dan gerakan tongkatnya makin lama makin nekad. Agaknya orang tua ini merasa malu dan penasaran sekali karena sudah hampir seratus jurus, belum juga ia dapat mendesak nona muda ini, apalagi mengalahkannya!
Akan tetapi, ketika ia mendengar ucapan muridnya itu, tiba tiba ia melompat mundur dan menancapkan tongkatnya di atas tanah. Tongkat itu amblas sehingga tongkat ular itu kini hanya kelihatan kepalanya saja, seperti seekor ular yang bersembunyi di dalam tanah dan menjenguk keluar dari dalam lubangnya.
Siauw Yang juga tidak mau menyerang, dan menarik kembali pedangnya.
Napas nona ini agak terengah engah dan wajahnya yang merah itu basah oleh peluh. Pertempuran tadi benar benar melelahkan dan baginya merupakan pengalaman dan latihan yang amat berguna.
Kini ia memandang kepada Sin tung Lo kai yang mukanya berobah menjadi pucat sekali.
"Apa yang dibawanya?" tanyanya dengan suara parau tanpa menoleh kepada Bu beng Sin kai.
"Semua pakaian dan tongkatnya," jawab murid ini dengan perlahan, dan ia agak jerih menyaksikan suhunya demikian pucat.
"Dan apa yang ditinggalkannya?"
"Hanya sepotong surat ini, suhu," jawab Bu beng kai sambil mengeluarkan sehelai kertas dari saku bajunya.
"Baca!"
Bu beng Sin kai merasa ragu ragu dan memandang kepada Pun Hui dan Siauw Yang. Di depan orang orang luar bagaimana ia harus membaca surat itu?
Menyaksikan keraguan muridnya, Sin tung Lo kai yang sekarang menoleh kepadanya menjadi marah.
"Baca, kataku. Yang keras!"
Terpaksa Bu beng Sin kai membaca surat itu.
Ayah yang tercinta,
Anak terpaksa pergi karena tidak kuat menanggung rasa malu yang diakibatkan oleh tindakan ayah sendiri. Liem kongcu tidak bersalah, dia berhak menentukan jodohnya sendiri. Akan tetapi ayah telah menawarkan diriku terlalu murah dengan jalan memaksa maksa orang menjadi suamiku.
Selamat tinggal, ayah, jaga dirimu baik baik.
Anakmu yang puthauw (tidak berbakti),
Thio Leng Li.Setelah Bu beng Sio kai berhenti membaca, Sin tung Lo kai lalu menjatuhkan dirinya duduk di atas tanah, memukul kepala sendiri sambil berkata berkali kali.
"Ya, ya.... aku yang salah! Aku yang salah...!"
Kemudian ia menjambak jambak rambutnya dan menangis sambil menutupi muka dengan kedua tangannya!

KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Sinar Emas ( Kim Kong Kiam )
Ficción GeneralSeorang Pendekar yang bernama Bun Sam yang bertualang bersama Suhengnya (kakak seperguruan) Yap Bouw yang merupakan bekas jenderal yang sangat tangguh dalam tugasnya untuk membasmi Pasukan Mongol yang bernama Ang-bi-tin yang ganas dan tidak segan me...