31

1.5K 31 0
                                    

UCAPAN terakhir dari Lam-hai Lo-mo itu benar benar membuat kedua kakinya lemas dan tubuhnya gemetar sehingga kedudukan kakinya lemah dan terhuyung-huyung.

Namun nona perka­sa ini masih mencoba untuk menguatkan hati­nya.

Memang ia berhasil mengusur perasaan itu,akan tetapi terlambat baginya karena tiba-tiba tongkat di tangan Lam-hai Lo-mo sudah menyam­bar dan menotok jalan darab di lambungnya. Siauw Yang terlempar dan tak dapat bergerak lagi!

Lam- hai Lo-mo berjingkrak-jingkrak seperti orang gila. Ia menari-nari sambil melompat-lompat di sekitar tubub Siauw Yang, tertawa-tawa dan mengoceh kegirangan,

"Ha. ha, ha, ho, ho! Mereka roboh semua, musuh- musub besarku. Ha-ha-ha! Aku dapat menyembelihmu, dapat menghancurkan kepalamu dengan Sam hiat-ci hoat."

Kakek itu memungut pedang yang terlempar dari tangan Siauw Yang, menggerak- gerakkan pedang itu di dekat leher Siauw Yang untuk menakut-nakuti gadis yang jalan pikirannya masih sadar itu.

Namun tidak ada tanda sedikitpun di wajab yang cantik itu menyatakan bahwa gadis itu merasa ngeri atau takut. Kemudian Lam-hai Lo-mo menggerakkan tangannya hendak memberi pukulan Sam-hiat ci-hoat pada muka yang berkulit putih halus itu.

Akan tetapi, melihat wajah dan mata gadis itu, tiba-tiba Lam hai La mo menurunkan tangan­nya yang hendak memukul.

"Sayang kalau kau mati begitu saja," katanya mengerutkan kening, lalu ia tertawa tawa karena mendapatkan sebuab pikiran yang dianggapnya amat baik. "Aku akan memotong urat sarafmu yang menuju ke otak sehingga kau akan kehilangan ingatan, lupa akan keadaanmu sendiri. Sesudah itu, dengan hoat- sut (ilmu sihir) kau akan kujadikan boneka hidup dan kau akan kusuruh mencarinya dan membunuh Song Bun Sam dan isterinya. Ha, ha, ha, ini bagus sekali. Satu kali pukul men­dapat tiga ekor tikus !"

Kakek itu tertawa tawa dan menari-nari kegirangan dan kali ini benar-­benar Siauw Yang merasa takut dan gelisah sekali, la percaya bahwa kakek yang seperti siluman ini memang bisa membuktikan omongannya dan kalau sampai terjadi begitu, alangkah ngerinya !

Ia dapat nembayangkan betapa ia sebagai seorang yang kehilangan ingatan dan menjadi boneka hidup yang bergerak atas kekendak kakek itu, mencari dan membunuh ayah bundanya sendiri di luar ke­sadarannya !.

Sambil terkekeh-kekeh Lam-hai Lo-mo mulai memegang-megang dan meraba-raba kepala Siauw Yang. mencari-cari urat saraf yang akan dipotong­nya. Jari-jari tangan kiri meraba-raba jidat dan tengkuk sedangkan tangan kanan memegang pedang Kim-koag-kiam. Akhirnya ia menemukan urat yang akan dipotongnya, lalu pedangnya didekatkan pada kepala gadis itu. Akan tetapi gerakannya di­urungkan. dan kepada gadis itu ia berkata,

"Pedang ini akan melukai kulitmu dan orang tuamu akan mennruh curiga. Lebih baik aku menggunakan senjata yang lebih kecil agar jidatmu yang bagus itu tidak rusak kulitnya."

Sambil menyeringai kakek itu lalu memper­gunakan pedang untuk mengambil sepotong
dari tongkat bambunya. Kemudian ia meruncing­kan kulit bambu itu dan tangannya siap bergerak memotong urat syaraf di kepala Stauw Yang!

Kulit bambu diangkat, kepala dipegang dan.... Lam-Lai Lo-mo menggulingkan tubuhnya meng­gelundung pergi menjauhi Siuw Yang. hampir saja kepalanya tertembus oleh sebatang pedang yang melayang bagaikan seekor ular terbang yang me­nyambarnya.

"Lam-hat Lo Mo , keparat keji ! Masih belum kapok kau melakukan kekejian di alas dunia ini?" terdengar bentakan nyaring dan bukan main kagrt­nya Lam hat Lo mo karena ia melibat Thian-te Kiam ong Song Bun Sam berdiri mendekati Siauw Yang dan mengambil kembali pedangnya yang menancap puda batang pohon setelah gagal me­nembusi kepala Lam-bai Lo-mo.

Bagaimana ti;ba-tiba saja pendekar besar ini dapat datang disitu ?

Sebagaimana telah dituturkan di bagian depan, Song Bun Sam yang terluka oleh pukulan Sam-hiat-ci-hoat, beristirahat dan memulihkan kesehatannya di atas Pulau Sam liong-to, di-temani oleh isterinya Tiga hari kemudian, ia telah sembuh kembali.

Pedang Sinar Emas ( Kim Kong Kiam )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang