44 (TAMAT)

3.5K 44 5
                                    

"SELAMAT datang Liem loya, twa hujin, dan twa kongcu!" gadis gadis cantik itu berkali kali menyambut dengan kata kata merdu dan wajah berseri - seri.

Terutama sekali lirikan mata para gadis ini kalau ditujukan ke arah Kong Hwat, maka nampak sinar aneh yang membikin hati Siauw Yang berdebar.

Sekarang mata gadis gadis ini demikian liar dan genit, sungguh tidak sesuai dengan wajah mereka yang cantik lembut dan gerak gerik mereka yang halus.

"Kong Hwat, kita berada di manakah??!" tanya Siauw Yang hampir berteriak, dan muka nyonya ini berubah pucat, juga Pun Hui memandang wajah putranya dengan tangan terkepal. Kini baru kelihatan olehnya betapa muka puteranya itu kini menjadi pucat dan sepasang matanya kehilangan sinarnya yang dahulu, sebaliknya terganti oleh sinar yang kejam.

"Ini tempat tinggalku, ibu. Marilah, mari kita ke pondok dan di sana kita bicara panjang lebar. Mari ayah dan ibu kuperkenalkan dengan anak mantumu...."

"Anak mantu....? Kong Hwat, kau.... kau...."

Siauw Yang berkata gagap, dua titik air mata keluar dan meloncat di atas pipinya. Akan tetapi Kong Hwat tidak berkata apa apa lagi, melainkan menggandeng tangan ibunya dan diajaknya nyonya itu berjalan terus.

Pun Hui dengan hati berdebar tidak enak mengikuti dari belakang.Siauw Yang juga tidak mengeluarkan suara lagi karena di kanan kiri mereka terdapat begitu banyak orang, sungguh tidak enak kalau harus ribut ribut di sini. Nanti saja, pikirnya, akan kumaki habis habis bocah ini!

Tak lama kemudian mereka bertiga, diikuti oleh puluhan orang muda muda yang cantik dan tampan itu, tiba di depan sebuah gedung besar yang amat indah. Benar benar amat mengherankan kalau melihat gedung sepeti itu berada di tengah hutan. Gedung seperti istana ini pantasnya hanya berada di kota raja, menjadi tempat kediaman pangeran pangeran.


Di depan istana itu mereka disambut oleh tujuh orang kakek dan nenek tua yang membuat suami isteri ini terkejut sekali. Seorang di antara mereka itu bukan lain adalah Hek tok kwi yang pernah memimpin rombongan siuli dan siulam menyerbu Siang to Bhok Coan.

Yang mengejutkan hati Siauw Yang dan Pun Hui adalah keadaan tubuh dan air muka orang ini. Mereka itu rata rata sudah tua sekali dan muka mereka buruk buruk menakutkan.

Inilah mereka tujuh orang iblis yang biarpun hanya menjadi pelayan pelayan di Thian hwa kauw, namun mereka merupakan tokoh tokoh yang paling ditakuti. Hek tok kwi sudah diketahui kelihaiannya, dan enam orang lain juga terdiri dari orang orang tua yang tinggi ilmu kepandaiannya.

Mereka adalah lima orang kakek dan dua orang nenek.

Disamping Hek tok kwi adalah See thian mo (Iblis Dunia Barat), Thung thian mo (Iblis Dunia Timur), Pak thian mo (Iblis Dunia Utara), dan Lam thian mo (Iblis Dunia Selatan). Adapun dua orang nenek adalah Tok ciang Kui bo (Biang Iblis Bertangan Racun) dan Tok sim Kui bo (Biang Iblis Hati Beracun).

Biarpun mereka ini hanya pelayan pelayan dari Kauwcu (Ketua agama), namun dalam setiap gerakan, rombongan atau barisan siuli siulam selalu dikepalai oleh seorang di antara yang tujuh ini.

Tujuh orang tua ini menyambut kedatangan Liem Kong Hwat dengan penuh penghormatan, menjura dan hampir berbareng dari mulut mereka keluar kata kata sambutan.

"Selamat datang twa kongcu dan ayah bunda nya yang mulia. Kauwcu sudah menanti sejak tadi. Silahkan masuk,silahkan masuk...."

Kini rombongan siuli dan siulam yang tadi menyambut, telah berpencar dan berdiri di kanan kiri dengan tegak sementara tujuh orang kakek dan nenek ini menggantikan mereka mengiringkan Siauw Yang, Pun Hui dan Kong Hwat terus memasuki gedung yang seperti istana itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pedang Sinar Emas ( Kim Kong Kiam )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang