32

1.7K 29 0
                                    

Tek Hong dan Siang Cu siuman kembali Mereka masih lemah akan tetapi dapat bangun dan duduk.

Dengan heran mereka saling pandang, ter­senyum dan ketika mereka melihat Bun Sam, Sian Hwa dan Siauw Yang, keduanya mengeluarkan seruan tertahan Tadinya mereka mengira bahwa mereka telah berada di dalam alam baka dan tersenyum karena merasa berbahagia mendapatkan kekasih berada di dekatnya. Akan tetapi, kehadiran tiga orang itu menjadi bukti bahwa mereka masih hidup!

"Tek Hong......... kau baru saja bangun dari kematian!" kata Sian Hwa sambil merangkul anak-nya dengan tangan kanan dan merangkul Siang Cu dengan tangan kiri.

"Aku sudah tahu akan isi hati kalian. Sudah patut sekali kalian menjadi jodoh. Gwat Eng, kau puteri sahabat-sahabat kami , Pangeran Kian Tiong dan Puteri Lulee Kalau orang tuamu masib hidup......ah, alangkah senangnya hati mereka........."

Merdengar ini, Siang Cu merangkul Sian Hwa sambil menangis penuh keharuan hati.

"Memang mereka sudah sepatumya menjadi suami isteri ," kata Bun Sam. "Mari kita urus jenazah Lam-hai Lo mo dan Eng Kiat sepantasnya, dan cepat kernbali ke Tit-le."

Dibantu oleh para petani. dua jenazah itu di-kubur.

Dengan hati tenang Tek Hong dan Siang Cu mendengarkan penuturan Siauw Yang tentang segala hal yang telah terjadi. Siang Cu merasa amat bersukur.

Lam-hai Lo mo adalah gurunya, maka biarpun kedua orang tuanya telah terbunuh oleh kakek itu, namun ia selalu masih ragu- ragu untuk membalas dendam. Kini, Lam-hai Lorn- mo tewas karena perbuatan sendiri,musuh besarnya tewas dan ia tak usah membunuh guru sendiri.

Juga Eng Kiat telah tewas oleh Lam hai Lo mo sehingga ia tidak usah melanggar sumpahnya sendiri yang hendak melakukan pernikahan dengan pemuda itu. Dan yang lebih membahagiakan hatinya lagi, keluarga Song telah menerimanya dengan baik-baik sebagai calon isteri Tek Hong, pemuda yang me-mang dicinta dengan seluruh hatinya.

Setelab upacara penguburan jenazah-jenazah itu beres, Bun Sam berkata,

"Sekarang marilah kita cepat-cepat pulang ke Tit-le. Aku sudah mendengar tentang di bakar nya rumah kita, akan tetapi apa artinya hal sekecil itu? Kita bisa membuat lagi rumah kecil-kecilan dan yang paling penting, kita akan rayakan upacara perjodohan antara Tek Hong dan Gwat Eng."

Semua orang berseri wajahnya mendengar ini, apalagi Siang Cu dan Tek Hong yang menjadi merah mukanya dan tidak berani saling pandang secara langsung, melainkan saling kerling dengan pandang mata penuh arti.

Akan tetapi, tiba-tiba Siauw Yang menangis dan menutupi mukanya dengan kedua tangan. Bun Sam mengangkat alisnya, demikian pula Tek Hong .

"Ah, adikku yang manis, mengapa kau me­nangis?" tanya Tek Hong, Siauw Yang tidak menjawab. akan tetapi tangisnya makin menjadi.

"Siauw Yang. jargan seperti anak kecil. Kau menangis karena apakah?" tanya Bun Sam.

Sampai lama barulah Siauw Yang dapat menjawab. Ia menurunkan kedua langannya, bibirnya dipaksa tersenyum akan tetapi wajahnya pucat sekali.

"Tidak apa -apa, ayah. Aku hanya terlalu girang memikirkan bahwa Hong ko telah selamat dan musuh besar kita telah tewas"

Jawaban ini memuaskan hati Tek Hong dan Siang Cu, akan tetapi meragukan hati Bun Sam dan menggelisahkan hati Sian Hwa. lbu yang berpemandangan tajam ini dapai mengerti apa yang menjadi sebab maka puterinya menangis.

Maka ia lalu membawa Siauw Yang ke tempat sunyi dan bertanya,

"Sauw Yang, bagaimana hasilnya dengan perjalananmu mencari Liem-siucai?"

Pedang Sinar Emas ( Kim Kong Kiam )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang