SAMBIL terisak gadis ini lalu melangkah ke depan menghindari tubuh Bun Sam yang menghadang di depannya dan iapun lalu berlari lari sambil menangis.
Tetapi Bun Sam yang merasa penasaran, kecewa dan berduka itu sekali melompat saja kembali sudah menghadang di depannya dan kini pemuda itu memegang kedua pundak Sian Hwa. Ia memaksa gadis itu memandangnya dan dengan sinar mata tajam penuh selidik ia menatap wajah Sian Hwa.
"Katakanlah Sian Hwa. Tak usah panjang panjang, kau singkat saja. Kau mencintai padaku, ya atau tidak Kalau berat lidahmu bicara, kau menjawab dengan geleng atau angguk saja. Satu kali anggukan sudah cukup bagiku. Sian Hwa kasihanilah aku, tak tahukah kau betapa hatiku perih sekali menanti keputusan jawabanmu ini?"
Sian Hwa menggigit bibirnya yang menggigil seperti orang kedinginan. Ia menelan ludah beberapa kali sementara otaknya berpikir cepat. Kemudian ia berkata perlahan.
"Bun Sam, aku minta waktu. Tidak dapat ku jawab sekarang, Bun Sam. Kau.... kau berilah waktu sehari kepadaku. Besok pagi datanglah di kuil Sun pok thian dan di sana aku akan memberi jawabanku. Harap kau suka bersabar dan tidak memaksaku, Bun Sam...."
Pemuda ini nampak puas. la tidak ragu ragu lagi bahwa Sian Hwa pasti akan memberi jawaban yang sudah lama diidam idamkannya, yakni bahwa gadis itu mencintainya dan bersedia pergi bersamanya! Ia tahu betul bahwa gadis ini masih mencintainya dan tentu saja sebagai seorang gadis, malulah Sian Hwa untuk mengaku cinta di tengah jalan! Biarpun di situ tidak ada orang lain.
Ah, mengapa aku begini terburu nafsu dan bodoh sekali? Kembali timbul senyuman manis di bibir pemuda itu ketika ia melangkah ke samping, memberi jalan kepada Sian Hwa.
"Sian Hwa, pergilah. Aku takkan mengganggu mu, biarlah besok pagi aku datang mengunjungi mu di kuil Sian Hwa menatap wajah pemuda itu sampai lama. Ia tahu bahwa inilah pertemuan terakhir dan untuk akhir kalinya ia berkesempatan memandang wajah pemuda yang dicinta nya itu. Tak terasa pula ia memegang kedua tangan Bun Sam, bibirnya bergerak gerak tanpa mengeluarkan suara, kemudian ia melepaskan pegangannya dan berlari cepat menuju ke kuil!
Pada keesokan harinya, pagi pagi sekali Bun Sam berada di depan kuil. Ia mengenakan pakaian yang bersih dan merasa seakan akan seorang pemuda hendak mengajukan pinangan pada seorang gadis. Hatinya berdebar debar dan mukanya merah. Jengah dan malu juga ia, bukan terhadap Sian Hwa, melainkan terhadap para nikouw di dalam kuil itu!
Ia tidak mau masuk, karena tidak ingin membuat Sian Hwa merasa sungkan dan malu. Ia hendak menunggu saja di depan kuil, menanti gadis itu keluar. Tak ada kesabaran di dunia ini yang melebihi kesabaran hati seorang pemuda menanti kekasihnya. Akan tetapi, setelah berjam jam ia menanti dan matahari telah naik tinggi, belum juga nampak gadis idamannya itu keluar. Ia mulai merasa tak enak. Dilihatnya beberapa orang nikouw membersihkan halaman depan den asap hio mulai mengepul di meja sembahyang di ruang depan.
Akhirnya Bun Sam melangkah masuk ke ruang depan itu. Ia disambut oleh beberapa orang nikouw yang memandangnya dengan heran. Pemuda ini nampaknya tidak seperti orang hendak bersembahyang.
"Maafkan teecu kalau teecu mengganggu," kata pemuda itu setelah menjura dengan hormatnya. "Teecu mohon bertemu dengan nona Can Sian Hwa."
Nikouw nikouw itu memandang penuh perhatian. "Apakah sicu bernama Song Bun Sam?" tanya seorang di antara mereka, Bun Sam mengangguk membenarkan dan wajahnya berseri. Agaknya kekasihnya telah berpesan kepada para nikouw ini, pikirnya.
"Ketua kami telah berpesan agar supaya kalau sicu datang sicu suka menghadap dia di ruang tamu. Mari ikut dengan pinni."
Dengan hati dak dik duk Bun Sam mengikuti nikouw itu ke ruang tamu. Mengapa ia dipanggil oleh ketua kuil? Hatinya mulai tidak enak. Jangan jangan Sian Hwa mengambil keputusan untuk terus menjadi nikouw dan kini ketua itu hendak menasihatinya agar ia jangan mengganggu gadis itu lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Sinar Emas ( Kim Kong Kiam )
General FictionSeorang Pendekar yang bernama Bun Sam yang bertualang bersama Suhengnya (kakak seperguruan) Yap Bouw yang merupakan bekas jenderal yang sangat tangguh dalam tugasnya untuk membasmi Pasukan Mongol yang bernama Ang-bi-tin yang ganas dan tidak segan me...