39

2.1K 24 0
                                    

MELIHAT dua peti itu., Beng Han me­nangis. Juga Bi Hui menangis, mendorong tubuh Beng Han di depan meja sembahyang, Beng Han jatuh berlutut dan menangis di depan meja.

Bi Hui juga berlutut lalu menangis . Dilihat begitu saja narnpaknya dua orang ini sedang sama-sama ber­kabung ,me­nangis di depan dua peti mati suami isteri Song.

"Ayah dan ibu.......... anak telah membawa anjing ini.......... menghadap ayah dan ibu. ...... untuk mcngakui dosanya........ " Bi Hui berbisik.

Beng Han menangis keras dan berkata lantang,

"Suheng dan suci, siauwte Beng Han bersum­pah bahwa siauwte kelak pasti akan dapat me nangkap dan membalaskan dendarn suheng berdua kepada bangsat laki wanita jahanam itu."

Bi Hui berbangkit dan mernbentak marah. "Tutup mulut! Hayo kau lekas mengakui dosa-­dosa mu di depan ayah dan ibu ! "

"Cici Bi Hui, aku tidak berdosa " kata Beng Han, suaranya bercampur isak.

"Jangan coba menyangkal. Ataukah kau harus kusiksa lebih dulu?" Bi Hui menodongkan Ujung pedangnya di dada Beng Han. Ujung pedang itu menembus baju dan melukai kulit dada. Akan tetapi Beng Han tidak merasa takut.

"Tusuklah dan belek dadaku agar kau dapat melihat bahwa hatiku tidak keji seperti yang kausangka, cici. Aku benar- benar tidak pernah melakukan dosa itu. Aku sama sekali tidak mem bunuh suheng dan suci. Percayalah! "

"Mengapa pedang pendekmu berlumuran da -rah dan mengapa tubuh dan pakaianmu juga bcr lumuran darah.......ayah dan ibu?"

"Aku.......aku bergumul dengan pembunuh-pembunuh itu, aku kalah ...... terpelanting di lantai
yang penuh darah......"

Bi Hui tersenyum sindir,"Hemm, kau mau jadi jagoan, ya? Dan bagaimana kau dapat menjelas kan tentang bungkusan barang-barang berharga itu?"

"Itu..... itu aku tidak tahu, cici."

"Ouk!" Tubuh Beng Han terjengkang kena tendangan Bi Hui dan dari malut anak ita keluar darah.

"Hajo mengaku !"Bi Hui membentak. "Kalau tidak, hemm, kupenggal lehermu !

"Aku aku tidak memburuh merekaa ...... "

Beng Han terengah-engah, bernapas. Tendangan tadi hebat sekali dan telah mendatangkan luka di dalam dadanya.

"Kau tidak membunuh ? Habis siapa yang membunuh ayah d*n ibu irenurut pendapatmu?" Bi Hui mengejek.

'Pembunuhnya adalah........... Liem Kong Hwat......"

Bi Hui tersentak kaget, akan tetapi kemarahannya memuncak. Tangan kinnya bcrgerak, leher Beng Han kena dipukul dan bocah itu terpelanting tak dapat bangun lagi. la telah pingsan

"Guyur dia dengan air dingin!" seru Bi Hui tak puas melihat Beng Han menjadi pingsan ka­rena ia masih hendak bertanya.

Dua orang pelayan laki-laki itu mengambil air dan mengguyur kepala Beng Han , Anak itu siuman kembali, ke­palanya serasa berputaran, lehernya sakit sekali. Ia lalu berlutut lagi di depan peti-peti mati.

"Beng Han, manusia laknat Kau tentu ta­hu bahwa semua kata-katamu tadi tidak ada artinya. Kau sudah berlaku jahat dan melakukan pembunuhan mengapa harus membawa-bawa orang lain yang tidak berdosa?"

"Betul, cici- Aku tidak membohong. Pembunuh suheng dan suci adalah Liem Kong Hwat. Tak salah lagi."

"Keparat Japa percaya akan obrolanmu ? Melawan aku saja belum tentu dia menang, bagaima na dia bisa merobohkan ayah dan ibu ? Kau bohong !"

"Dia dibantu oleh...... oleh seorang siluman wanita, muda dan cantik, tetapi jahat...... siluman itulah yang mengalahkan suheng dan suci....."

"Kaulah silumannya ! Biar ada seribu orang siluman perempuan muda, tak mungkin dapat mengalahkan ayah dan ibu. Kalau kau yang berbuat selagi ayah dan ibu tidur pulas, itu sangat boleh jadi ! Kau masih tidak mau mengaku?"

Pedang Sinar Emas ( Kim Kong Kiam )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang