-*-*-*-
Di hari libur ini, sedari pagi hingga menjelang siang, kau tidak beranjak dari apartemenmu. Kau sedang terkena alergi suhu dingin, karena di luar suhu nya sudah mencapai minus 10 dan tubuhmu tidak tahan dengan cuaca seperti itu. Ditambah lagi semalam kau menghabiskan malammu di luar karena ada undangan farewell party temanmu yg akan melanjutkan kuliah di luar negeri. Sehingga kulit sekujur tubuhmu kemerah-merahan dan muncul bentolan-bentolan merah yang memalukan terutama di sekitar leher dan wajahmu, sehingga kau enggan untuk keluar bertemu dengan orang lain, meskipun kau bisa saja mengenakan masker dan turtleneck, namun kau tak cukup percaya diri bila belum meminum obat alergimu.
Pagi tadi setelah bangun tidur kau mengecek persediaan obatmu, dan ternyata sudah sebulan terakhir kau menghabiskannya. Akhirnya kau terpaksa menghubungi kekasihmu Kim Seok Jin.
" Oppa, sepulang latihan tolong belikan aku obat alergi biasanya yaa"
Kau mengirim Jin pesan, namun belum ada balasan darinya.
Setengah jam berlalu, kau mendengus kesal karena tak ada jawaban dan bahkan tak ada tanda bahwa pesanmu dibaca oleh Jin.
Kau menenggelamkan tubuhmu dalam balutan selimut tebal meskipun kau telah menghangatkan AC mu. Kau bermalas-malasan, tidur-tiduran di atas sofa, menonton drama terbaru kesukaanmu di ruang keluarga.Cup
Tiba-tiba kecupan hangat mendarat di keningmu.
"Yaak, sejak kapan kau datang? Kenapa tidak kau ketuk pintunya?!"
Kau terbangun kaget, Jin tertawa lepas sambil mengacak-acak rambutmu.
"Aku kan sudah tahu password apartemenmu, y/n-ah. Kau masih saja menganggap kekasihmu sendiri orang asing, hah?"
"Ya paling tidak kan kau bisa berteriak memanggilku dulu, jangan seperti pencuri! Menyusup rumah orang sembarangan!"
Kau mengoceh kesal tanpa jeda dengan mengerucutkan bibirmu.
"Aku memang seorang pencuri, Nona Lee y/n-ah. Pencuri hatimu."
Kedua tangan besar Jin mencubit pipimu dengan gemas.
Pipimu yang awalnya sudah kemerah-merahan, kini bertambah merah karena malu dengan gombalan kekasih tampanmu itu. Kau sudah setengah tahun berpacaran dengannya tapi kau selalu saja masih tersipu malu dan berdebar ketika dia menggodamu.
Jin menatapmu dalam, kau salah tingkah karenanya. Kau membenamkan dirimu dan menutupi mukamu dalam selimut, karena kau malu dengan mukamu yang sedang alergi."Mwo? Apa sih liat-liat?? Aku sedang alergi, sedang jelek jangan menatapku seperti itu." kau membuang muka.
"Ani, aniya. Kau tetap cantik".
Jin membuka selimut yang menutupi tubuhmu. Kemudian Jin menangkupkan kedua tangannya ke pipimu, menatapmu dalam, lalu mencium keningmu.
"Aku tidak peduli dengan kondisi fisikmu. Karena aku bukan hanya mencintai fisikmu, tapi terutama hatimu-lah yang kupilih, Chagi".
Jin menggeser posisi duduknya kemudian mendekatkan tubuhmu dengannya. Dia menarik tubuh kecilmu ke dalam dekapannya. Dada bidangnya berbalut sweater yang menambah rasa hangat dan nyaman untuk dipeluk. Wewangian maskulin namun terasa lembut mampu memabukkanmu, membuatmu ingin lelap dipelukannya. Kau membalas pelukannya dengan erat. Tangan Jin mengelus rambutmu.
" Tidak apa sayang, tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Aku tidak akan meninggalkanmu hanya karena kekuranganmu. Aku bisa menerima semuanya."
"Gomawo, Oppa."
Kau memejamkan matamu, menikmati momen sederhana nan indah ini di setiap detiknya.
"I love you, honey." ucap Jin dengan tulus.
"Nado saranghae, Chagi." balasmu.
Kau teringat sesuatu, lalu kau melepaskan pelukannya.
"Yaak, tadi kenapa kau tak membalas pesanku, hah?"
"Bahkan dibaca saja tidak?" lanjutmu.
Kau meninju pipinya pelan.
"Aah.. Itu aku sudah selesai latihan, kemudian aku melihat ada pesanmu masuk, tapi sudah terbaca tanpa aku buka pesanmu. Dan saat aku tahu kau sakit, aku jadi terburu-buru membelikanmu obat."
"Ish, paling tidak kau seharusnya membalasnya sebentar saja." kau kembali memasang wajah cemberutmu.
"Hey dengarkan dulu penjelasanku, pesanmu masuk tadi, saat aku sudah di luar studio. Dan aku terburu-buru karena ada kerumunan gadis-gadis remaja yang sedang ada di pinggir jalan. Aku khawatir mereka menyerbuku. Sedangkan aku sendirian tidak ditemani dengan bodyguard. Kau mau kekasihmu yang tampan ini diculik para fansnya, huh?" jelas Jin panjang lebar sambil memainkan tanganmu.
"Ish, kau menyerocos seperti seorang ahjumma."
"Tidak heran kalau teman-temanmu memanggilmu Mamih Jin." lanjutmu meledek.
"Lalu kenapa kau masih mencintaiku y/n?"
Kau hanya meliriknya dengan tatapan kesal, namun sebenarnya kau tersipu.
"Mana obat pesananku?" kau mengalihkan pembicaraan.
"Kau sudah makan?" Jin balik bertanya.
"Ne, sudah."
Jin bahkan tidak segera menyerahkan obatmu.
"Kalau begitu sebelum minum obat",
Jin menarik tubuhmu, lalu memegang dagumu dan perlahan menempelkan bibir seksinya dengan bibirmu. Dan memberikan kecupan singkat yang manis.
"harus kuberi sesuatu itu, agar cepat sembuh." lanjutnya.
"Hah, apa itu tadi?"
Wajahmu merah padam, kau berpura-pura tak mengerti apa yang baru saja terjadi, karena itu tadi adalah ciuman pertamamu dengan Jin dan ciuman pertamamu dengan seorang pria."Obat tambahan, sayang."
Kemudian Jin melanjutkan ciuman yang kedua. Kali ini kau mengikuti permainannya. Kau memejamkan matamu, memeluk lehernya, sedangkan Jin memeluk pinggangmu. Berawal dari lumatan-lumatan lembut, dan kau pun membalasnya. Hingga menjadi lumatan yang agresif.
Tanpa sadar tubuhmu diangkat oleh Jin, dan kau masih dalam pelukan dan ciumannya. Kemudian kau menyadari bahwa Jin membawamu ke suatu tempat, meninggalkan ruang keluarga. Namun matamu tetap terpejam, jantungmu berdebar keras, dan bertanya-tanya.'Apakah Jin akan membawaku ke kamar? Apakah aku akan bercinta sekarang di saat aku sedang alergi?'
Kemudian Jin mendudukkanmu di sebuah kursi dan melepas ciuman dan pelukanmu.
"Kau pasti lapar sekarang, aku akan membuatkanmu sesuatu, karena aku juga lapar. Aku sudah beli bahan makanan tadi sekalian membeli obatmu." Jin tersenyum dan sedikit menahan tawa ketika melihatmu masih canggung karena ciuman pertamamu tadi. Dan kau lebih terkejut ketika tahu bahwa Jin tidak membawamu ke kamar tetapi membawamu ke dapur, dan mendudukkanmu di kursi makan.
"Oppa, kau harus membayar ganti rugi, jantungku hampir copot!"
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Short Stories
FanfictionBagaimana rasanya jika kau menjadi bagian dari hidup mereka? Suka, senang, bahagia, terharu, hingga sedih dan memilukan.. Simak ceritanya..