Part 3

8.3K 595 113
                                    

Sudah direvisi.

Happy Reading💙

Jangan lupa follow detiknadi yaaa.

🌸🌸🌸

Kegiatan hari ini disibukkan dengan berjalan kesana-kemari untuk meminta tanda tangan panitia MOS. Mengingat ini adalah hari terakhir sekaligus pengumpulan tanda tangan seluruh panitia. Alika menghela napas pendek melihat buku di tangannya. Ia baru mendapatkan lima belas tanda tangan-yang isinya cowok semua-, kurang lima belas tanda tangan lagi. Kebanyakan dari mereka adalah panitia perempuan.

Berbagai macam hal telah ia lakukan, sesuai perintah panitia yang dimintai tanda tangan. Sang panitia baru akan bersedia jika peserta mau menuruti apa yang diinginkan. Tidak ada campur tangan Nino kali ini, Alika mewanti-wanti untuk tidak mengangguinya lagi.

Tiga sahabat itu-Alika, Gigi, dan Tasya sedang berjalan menuju kantin. Setelah kelelahan mencari tanda tangan, mereka memutuskan untuk membeli minum untuk membasahi kerongkongan yang terasa sangat haus. Ketiga gadis itu berjalan bersisian sambil mengobrol tentang sesuatu yang telah mereka lewati tadi.

"Gue tadi minta tanda tangan ke ketua osis. Masya Allah susahnya. Demi nenek gue yang giginya udah pada ompong, gue disuruh nyanyi dangdut di depan anak-anak lain tau enggak? Ngeselin banget najis." keluh Tasya.

Alika dan Gigi terkekeh, "Gue juga, masa di kasih uang 5000an, terus di suruh beliin dia susu sama roti pokoknya harus cukup. Lah lah. Lo pikir itu kantin punya emak gue apa? Dia kira 5000an cukup? Gila apa ya?" Sahut Gigi.

Alika lagi-lagi tetawa. anak-anak rambutnya bergoyang ketika ia memberi pergerakan. Ia juga sama seperti mereka. Ternyata MOS itu menyenangkan, tetapi ada enggaknya juga sih. Contohnya seperti, "Gue tadi minta tanda tangan gitu ke panitia cewek, cantik sih tapi rada sinis gitu kalau liat gue. Atau cuma perasaan gue doang apa ya? Nggak ngerti sumpah. Tapi dia tuh nyuruh gue joget-joget sambil nyanyi dangdut, trus ngeselinnya itu gue udah ngelakuin dan dia cuma bilang nanti ya tanda tangannya." sambil menirukan suara perempuan yang di maksud.

"Kak Clara bukan, Ka?" tebak Tasya.

"Semenjak lo nyanyi di panggung itu, haters cewek lo makin banyak ya, cuy?"

"Tapi 'kan gue nggak ada masalah sama Kak Clara."

"Ya mungkin dia iri karena suara lo bagus, dan..." Gigi menjeda kalimatnya, "gue sebenarnya males banget ngomongin ini tapi lo cantik, Ka. Sadar nggak sih panitia cowok pada caperin lo?"

"Enggak." Alika menggeleng, memasang tampang polos.

"Dih. Ngeselin banget muka lo." Alika dan Tasya tertawa mendengar gerutuan Gigi.

Ternyata mereka sudah mencapai pintu kantin. Serentak berhenti berjalan, pandangan matanya menelusuri kantin mencari apa yang menarik untuk meredakan haus mereka. Gigi menyarankan untuk mengambil tempat duduk dan menawarkan diri untuk memesan minuman. Sekembalinya Gigi, cerita mereka berlanjut. Entah salah atau tidak, Gigi merasa Clara yang dimaksud memang selalu mencuri pandang ke arah Alika sejak MOS berlangsung.

"Ada utang kali lo?" Tanya Tasya dengan kekehan.

"Idih, kenal aja enggak!" bantah Alika.

Tidak jauh dari tempat mereka duduk, dari pintu terlihat empat orang laki-laki baru saja memasuki kantin. Mereka terlihat menuju meja bagian ujung yang memang sedang kosong. Tiga di antaranya Alika ketahui sebagai anggota osis. Salah satunya adalah Elang. Pandangan mata Alika melirik kemana tempat Elang berdiri, teman-temannya terlihat asik bercanda membicarakan sesuatu entah apa itu. Alika mendapati Elang yang menoleh ke arahnya.

My Possessive Brother AffectsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang