Part 33

2.5K 178 10
                                    

Sudah direvisi.

🌸🌸

Bangun setengah jam lebih cepat dari waktu yang biasanya, membuat gadis itu mengerang kesal.

Demi apa pun, ini masih sangat subuh. Langit pun masih gelap. Tapi Alika sudah berniat bersiap-siap untuk berangkat sekolah.

Setelah menghabiskan waktu untuk mandi,  berpakaian dan shalat, Alika telah berdiri di depan meja rias dengan penampilan rapi. Rambutnya sudah tergerai indah. Mengoleskan bedak tipis pada wajah, lalu menyemprotkan cologne baby pada badan.

Menggunakan kesempatan ini untuk segera berangkat ke sekolah sebelum Nino melihatnya. Turun ke lantai dasar dengan menenteng tas, Alika melewati Bibi yang tengah terperanga melihat keberadaannya.

Untuk sepersekian detik, Bibi terbengong. Heran dengan keberadaan gadis yang ada di hadapannya. Lebih heran ketika melihat penampilan Alika yang telah siap untuk berangkat sekolah.

"Dek, kok udah rapi aja? Ini masih subuh." Tidak salah kalau Bibi saja bisa heran. Pasalnya, Alika tidak pernah berangkat sekolah sepagi ini.

Dengan tergesa, Alika memakai sepatu. "Iya, Bi. Aku buru-buru mau ngerjain tugas di perpus." ia meminum susu dan mencomot roti yang ada di meja.

"Aku pergi, ya, Bi? Kalau yang lain nanyain, Bibi tahu 'kan harus jawab apa?" tanya Alika membuat Bibi mengangguk.

"Oke kalau gitu. Assalamualaikum." Alika segera berlari keluar rumah demi mengejar bus sekolah yang datang 30 menit lebih cepat dari jam keberangkatan Alika ke sekolah biasanya.

Jangan tanyakan mengapa Alika se-nekat ini menembus subuh, melawan kedinginan berjalan menuju halte bus, jika bukan untuk menghindari ajakan kesekolah bareng dari Bagas. Alika sebenarnya tidak berniat menolak, tapi mendengar perkataan Bagas jika ada yg ingin di sampaikan sahabat Abangnya itu, membuat ia gelagapan sendiri.

Telinganya belum siap mendengarkan perkataan yang akan terlontar dari mulut laki-laki itu. Bukan besar kepala, Alika hanya takut kemungkinan yang ada di kepalanya itu benar terjadi.

Mentalnya belum siap jika harus dipaksakan mendengar sesuatu yang lagi-lagi bisa mematahkan hati. Jika ini terkait masalah permintaan Nino yang menurut Alika lebih mengarah pada pemaksaan.

Urusan nanti di sekolah ia menjelaskan pada Bagas.

Hampir tiga menit Alika duduk di halte, sebelum bus yang akan mengantar ke sekolah itu berhenti tepat di hadapannya. Beberapa orang yang mengantre di halte itu pun berbondong naik. Mungkin berebut tempat duduk agar tidak berakhir berdiri.

Alika kebagian tempat duduk di dekat jendela. Merapatkan cardigan yang ia kenakan pada badannya, berniat menghalau sedikit saja dingin dari pagi ini. Kabel headset dan juga ponsel dikeluarkan dari tas. Memasang pada telinga dan memutar lagu dari aplikasi Sportify.

Lagu dari Coldplay berjudul The Scientist mengalun lembut di telinga. Lagu ini mengingatkan Alika pada seorang anak laki-laki yang telah ia patahkan hatinya, yang sebenarnya tidak ingin Alika lakukan.

Tell me your secrets

And ask me your questions

Oh, lets go back to the start.

Sejenak, rasa sesak itu kembali menggerogoti. Bagaimana hari-hari yang dilalui, harus dibungkus dengan sebuah kebohongan dan senyum palsu yang apik. Tanpa ada seorang pun yang tahu, ia sedang bersandiwara.

Memainkan drama, memerankan karakter penipu nomor satu. Memerankan tokoh antagonis yang penuh kebohongan. Jahat, memang. Tapi itu yang dirasakannya sekarang.

My Possessive Brother AffectsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang