Sudah direvisi.
🌸🌸
"Sekarang jelasin ke gue." Tasya tidak bisa menahan lagi rasa penasarannya sejak beberapa jam yang lalu. Alhasil, setelah bel istirahat berbunyi, ia serta merta memberondong Alika dengan satu pertanyaan yang sejak tadi ada di kepalanya.
Alis Alika terangkat sebelah, gagal paham dengan apa yang Tasya maksud. "Apa?" tanyanya dengan wajah polos. "Soal pelajaran tadi?"
Tasya memperbaiki posisi duduknya yang letaknya di depan Alika. Ia membalik tubuhnya agar bisa berhadapan dengan kedua sahabatnya. Tasya menggeram frustasi. "Soal Elang. Kenapa lo cuekin dia?"
Alika memutar bola mata malas. "Ya gue harus apa gue tanya? Nyembah dia?"
"Bukan gitu, Ka. Lo 'kan dari awal emang deket sama Elang. Ya ganjil aja kalau lo tiba-tiba cuekin dia." ucap Gigi.
"NAH!" sahut Tasya dengan menjentikkan jari. "Itu yang gue maksud."
"Ah... Itu..." Alika manggut-manggut seolah apa yang mereka katakan itu adalah hal yang biasa. "Ya, gue pengen aja, gitu. Harus banget ya, act like we know each other?"
Tasya berdecak. "Emang kalian saling, kan? Lo bertingkah seolah lo nggak ada perasaan apa-apa sama Elang."
"Emang nggak ada." jawab Alika sambil memalingkan muka. Menatap kesembarang arah selain kedua sahabatnya.
Tasya dan Gigi membelalak. Menatap Alika dengan pandangan percaya dan tak percaya. Tasya membetulkan posisi duduknya dengan gemas. "Lo nggak bercanda, kan?" membuat Alika menoleh.
Alika menggeleng tegas. "Ngapain gue harus main-main soal perasaan?"
Terus yang gue lakuin ini apa?
"Lo beneran nggak ada perasaan sama kak Elang, Ka?" tanya Gigi memastikan. Pasalnya, mereka masih ingat sekali, beberapa waktu yang lalu Alika mengakui jika ia memiliki perasaan lebih terhadap Elang.
Lantas, bagaimana bisa perasaan itu berbalik secepat ini? Apakah Alika bercanda ketika mengatakan hal itu?
"Iya enggak."
"Terus, kenapa waktu itu lo bilang kalau lo suka sama kak Elang? Lo bohong?" sergah Tasya.
"Enggak. Tapi, perasaan bisa berubah, kan? Waktu itu, gue juga berpikir kalau gue suka sama Elang. Tapi ternyata, gue keliru. Gue sama sekali enggak punya perasaan untuk dia. Itu hanya ketertarikan sesaat. Nyatanya, saat ini perasaan gue biasa aja sama dia." Alika berucap sambil meremas erat pulpen di tangannya.
"Lo.. Lo beneran?"
"Even when you said you fall in love, doesn't mean you do." Alika mengangguk dengan senyuman."Maybe i'm wrong." tandas Alika membuat kedua sahabatnya menatap dengan kening berkerut dan bibir yang tiba-tiba bungkam. Tidak tahu harus merespon apa lagi.
Ada yang janggal dari ini semua. Tapi Tasya dan Gigi belum bisa menebak. Apa hal yang bisa membuat Alika melakukan ini?
Atau, apakah memang itu hanya ketertarikan sesaat dan Alika baru menyadari? Wajar, karena Alika belum pernah jatuh cinta. Jadi, bisa saja ia keliru mengenai definisi kagum, suka, sayang, dan cinta. Itu semua beda tipis, kan?
"Oh..." Tasya manggut-manggut, "Terserah lo sih, Ka. Tapi suatu saat jangan menyesal." ada nada peringatan dalam kalimat Tasya, "Karena yang gue lihat, Kak Elang sepertinya punya perasaan yang lebih untuk lo." lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Brother Affects
Teen Fiction(Follow dulu, sebagian part akan diprivate.) "For once, I would be selfish to ignore our feelings. Although it hurting me, Hurting you, Which means, Hurting us..."