Part 11

4.7K 302 11
                                    

Sudah direvisi.

🌸

"Alika!"

Suara seseorang yang memanggil namanya lantang membuat Alika menoleh, mencari pemilik suara. Pandangannya terhenti pada meja yang sedang dihuni Elang dan ketiga sahabatnya. Di sana, berdiri seorang cowok dengan cengiran lebar dan tangan melambai padanya. Jangan harap cowok itu Elang. Karena Elang tidak mungkin se-tidak tahu malu itu teriak di dalam kantin yang sedang ramai-ramainya.

Iya, yang teriak tadi adalah Alexi. Ia dengan sangat sok akrab melambaikan tangan kepada Alika memintanya untuk menghampiri. Alika menunjuk dirinya dengan tatapan 'Gue?'.

Gerakan mulut Alexi mengatakan Iya tanpa suara. Melambaikan tangannya kembali, meminta Alika segera menghampirinya. Alika, Gigi, dan Tasya saling melempar tatapan bingung, kemudian segera menuju meja yang ditempati Elang dan sahabat-sahabatnya.

"Kenapa ya, Kak?"

"Lo mau makan, 'kan? Gabung aja, yang lain penuh tuh." ucap Alexi, jari-jarinya menunjuk asal meja yang dihuni orang-orang di sebelah.

Alis Elang terangkat sebelah, kepalanya menggeleng-geleng. Ia tidak habis pikir mengapa Alexi seperti tidak punya urat malu dengan mengajak Alika bergabung. Meski tidak dipungkiri, Elang senang jika Alika bisa bergabung bersamanya. Dengan sengaja, Arkana menarik pergelangan tangan Alika untuk duduk di sebelah Elang.

"Duduk, Neng, jangan diri aja."

Melihat pergelangan tangan Alika yang digenggam Arkana, Elang melotot tidak terima. Menatap tajam tangan Arkana seolah bisa mengulitinya dengan sorot mata. Seolah tersadar, Arkana segera melepas pegangannya dan melempar cengiran kepada Elang.

"Tasya dan Gigi kalian juga duduk, jangan bengong."

"I-iya." Ucap dua gadis itu berbarengan. Mereka mengambil duduk di samping Alika. Diam-diam merasa gugup, harus terjebak di meja yang ditempati kakak-kakak kelasnya.

Mereka bertiga diam dan duduk dengan kaku. Meja panjang dengan kursi yang saling berhadap-hadapan. Di bagian kanan ada Gilang, Arkana, dan Alexi yang baru saja berpindah karena mempersilahkan ketiga perempuan itu duduk, dan di bagian kiri ada Elang yang segera bergeser agar duduknya tidak terlalu berdempetan.

"Pasti mau makan, ya?" tanya Alexi. Ia semangat sekali karena gadis yang baru saja dibicarakan kemarin, telah ada di depan mata. Pantas saja temannya suka pada Alika, gadis itu diam saja namun auranya kemana-mana. Apalagi saat Alika menjawab pertanyaannya dengan aggukan. Rambutnya bergerak-gerak. Cantik sekali Alika itu. Alexi berdecak kagum.

"Liat apa lo?" tanya Elang sewot. Masalahnya, pandangan mata Alexi terang-terangan menatap Alika. Dua jari Elang gatal untuk mencolok mata temannya itu.

Alexi tertawa kecil. "Pocecip amat." Sengaja mengucapkan kata-kata dengan cadel. Ia mengambil gelasnya yang tinggal setengah dan meminum es tehnya.

Tiga gadis yang ada di hadapan masih membisu. Diam-diam saling menyikut lengan. Mendadak lupa tujuan ke kantin karena gugup. Tidak menyangka akan satu meja dengan kakak kelas dua belas yang notabenenya terkenal di sekolah. Anggota osis dan anggota ekskul basket. Apalagi Elang adalah ketua basket, biasanya cowok-cowok basket itu tampan dan memang benar adanya.

Alika, Tasya, dan Gigi saat ini bisa merasakan, banyak pasang mata yang memperhatikannya dari jauh.

Karena duduk di samping Elang, Alika jadi gugup sendiri. Sebenarnya sudah biasa, tetapi kehadiran ketiga sahabat Elang ini membuat Alika kehilangan daya untuk berbicara. Sedari tadi jantungnya berdegup sangat cepat. Apalagi, Elang hanya terus memperhatikan gerak-gerik Alika, membuat jantungnya tambah jumpalitan.

My Possessive Brother AffectsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang