Sudah direvisi.
🌸
Suara deburan ombak yang saling berkejaran beserta angin sepoi-sepoi yang berhembus menyambut Alika dan Elang. Mereka berdua baru saja turun dari mobil dan disambut oleh kejernihan air laut yang dipandang dari kejauhan.
Alika memekik tertahan menutupi mulutnya dengan kedua tangan. Ia bak seorang anak kecil yang dipertemukan dengan berjuta boneka barbie beserta rumahnya. Ia kegirangan bisa mengunjungi pantai yang terletak di ujung kota ini.
Pantai ini masih asri dan bersih. Sepertinya belum banyak diketahui oleh orang-orang. Terbukti pada lingkungannya yang kelihatan masih terawat dengan baik. Jika saja sudah banyak yang menjamahnya, sudah dipastikan tempat ini jadi sasaran empuk anak-anak gaul yang katanya pengeksplor alam, namun masih tidak bisa mencintai alamnya dengan baik.
Sementara Elang. Lelaki itu sedang menikmati semilir angin yang menabrak wajahnya pelan. Sesekali ia menutup matanya dan tersenyum merasakan angin laut yang menggelitik wajahnya.
"Oh my god... This is so amazing..." ucap Alika sembari merentangkan tangan dan menutup matanya. Menghirup udara segar dari arah laut.
Kini giliran Elang yang menoleh ke arah Alika. Menikmati pemandangan yang menurutnya jauh lebih cantik dari pantai di hadapannya. Alika sangat cantik dengan balutan dress cotton berwarna peach selutut yang berlengan pendek, dan rambut panjangnya yang saat ini sedang digerai.
Rambut Alika beterbangan ditiup angin, membuat kecantikannya bertambah dari biasanya. Elang menikmati pemandangan yang tak biasa di hadapannya. Melihat Alika sebahagia ini membuatnya ikut merasakan kebahagiaan itu.
Tangan Alika terjatuh bebas di samping tubuhnya. Pandangannya masih tidak lepas dari keindahan pantai indah ini. "El? Kita boleh ke sana nggak?" tunjuk Alika pada hamparan pasir putih bersih di tepi pantai.
"Tentu. Yuk." ajak Elang. Ia menggenggam tangan Alika dan menariknya pelan. Ia berjalan satu langkah di depan Alika.
Alika yang berada di belakang hanya terdiam mengikuti. Fokusnya jatuh pada tangannya yang digenggam erat oleh Elang. Sekujur tubuhnya seperti dialiri aliran listrik bertegangan rendah. Tersengat dari tangan, menjalar ke seluruh tubuh dan berhenti pada satu titik. Jantungnya.
Jantungnya berdetak lebih cepat. Ia tersenyum-senyum sendiri menatap genggaman tangan itu. Alika memegang pipinya dengan satu tangannya yang bebas. "Duh pipi gue..." batinnya. Pipinya memanas. Alika blushing!
🌸🌸
Pasir putih yang bersih mengundang Elang untuk duduk di atasnya sembari memperhatikan Alika yang saat ini bertingkah seperti anak kecil yang baru bertemu dengan mainannya. Sejak sepuluh menit yang lalu, Alika sudah melepas sepatu dan tasnya untuk pergi bermain air di pinggir laut.
"El... Sini..." panggil Alika kepada Elang. Ia melambai-lambaikan tangannya dari jauh untuk mengajak Elang bergabung bersamanya. Senyumnya begitu lebar mengembang.
Elang tertawa kecil dan segera berdiri dari duduknya. Ia menepuk belakang celananya sebentar kemudian berjalan ke arah Alika yang masih melambaikan tangan kepadanya. Tertawa kecil saat langkah kakinya semakin dekat pada perempuan itu.
Perhatian Elang mengarah pada Alika yang memainkan kakinya di tepi pantai. Alika sengaja membiarkan kakinya di terpa air laut yang saling berkejaran. Elang berdiri di samping Alika dan mengikuti apa yang gadis itu lakukan.
"Lo suka pantai?" tanya Elang.
Alika mengangguk sambil merapikan rambutnya yang beterbangan. "Hmm.. Gue selalu suka sama pantai." ia menarik napas dalam, merasakan kesejukan dari angin pantai yang berhembus di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Brother Affects
Teen Fiction(Follow dulu, sebagian part akan diprivate.) "For once, I would be selfish to ignore our feelings. Although it hurting me, Hurting you, Which means, Hurting us..."