Sudah direvisi.
🌸
Suara sepatu yang menghentak-hentak cepat menggema di lorong koridor yang sudah hampir kosong. Satu menit lagi suara bel berbunyi, para murid sudah memasuki kelas masing-masing. Alika yang masih setengah berlari hampir mencapai pintu kelas. Nafasnya terengah-engah saat masuk ke dalam kelas dan belum menemukan guru di sana.
Langkah kakinya memelan, berjalan menuju meja barisan kedua. Di sana sudah ada Gigi yang duduk dan Tasya di bangku bagian depan. Beruntungnya, mereka kebagian satu kelas bersama. Alika meletakkan tasnya di atas meja. Mengeluarkan ponselnya dari saku mengecek pesan Bunda yang memberi tahu jika Ayah sudah menjemputnya. Ia membalas lalu meletakkan ponsel di samping tas.
"Tumben telat?" tanya Gigi
"Tadi mobil Bunda mogok." ucap Alika. Tangannya meraup seluruh bagian rambut yang terurai ke belakang untuk diikat. Ia merasa gerah setelah berlarian di koridor.
"Ooh.." Gigi menganggukkan kepala, "Udah dibenerin?"
"Belum. Masih tunggu Ayah tadi."
"Terus kesininya naik apa?"
Alika tidak langsung menjawab, Ia bingung harus menceritakan kepada teman-temannya atau tidak. Toh itu juga bukan hal yang penting menurut Alika. Dan pasti akan ada pertanyaan lanjutan dari mereka kalau Ia menjawab 'bareng Elang'.
"Dianter. Nanya mulu deh lo kayak lagi ujian." ucap Alika kesal.
"Yee judes amat bu." sergah Gigi
Tidak lama kemudian, guru mata pelajaran masuk. Mereka segera bersiap-siap untuk belajar. Alika pun seolah telah lupa dengan kejadian tadi. Ia telah sibuk dengan kegiatan belajarnya. Toh itu hanya nebeng.
🌸
Bel istirahat belum berbunyi tetapi guru sudah menutup pelajaran lima menit yang lalu. Suara riuh sudah memenuhi kelas. Ada yang teriak saat seseorang merebut bekalnya, ada yang memanggil temannya yang lain ke kantin, dan ada Alika yang sedang merapikan buku-buku untuk dimasukkan ke dalam tas.
"Kantin nggak?" tanya Gigi. Tangan kanannya memasukkan buku ke dalam laci.
Mendengar itu Alika mengangguk. Beralih tatap pada Tasya karena tak ada jawaban darinya. Melihat temannya diam saja, ia memberikan kode mata kepada Gigi apa yang sedang dilakukan sahabatnya itu.
"Sya?" tegur Gigi menyentuh lengan Tasya.
Tasya langsung tersadar dari lamunannya, "Hah? Lo ngomong apa?"
"Lo kenapa sih?" tanya Alika.
Tidak langsung dijawab. Tasya langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan, "Gue galau." ucapnya dengan lirih.
"Lah? Galau kenapa dah?" ucap Alika
"Hubungan gue tuh apa sih sama Raka?" tanya Tasya
"Lo-" jawaban Gigi menggantung. Ia juga sama bingungnya dengan Tasya, karena setahunya, Tasya dekat dengan Raka namun belum pernah diminta untuk jadi pacar.
"Kan! Kalian aja nggak tahu gue sama Raka itu apa!" ucap Tasya frustasi.
"Ya gimana ya, Sya. Lo aja nggak tau apalagi gue sama Gigi coba?" ujar Alika bingung.
"Nah itu dia! Bener tuh kata Lika!" seru Gigi.
Tasya cemberut.
"Gini deh, kan biasanya tuh lo yang paling bijak kalau masalah ginian, kenapa jadi tanya sama kita sih?" ucap Gigi. Alika bergumam tanda setuju. Di antara mereka bertiga, Tasya lah yang paling dewasa dalam hal pemikiran. Jadi kalau masalah seperti ini Tasya saja tidak tahu, bagaimana dengan Alika dan Gigi?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Brother Affects
Teen Fiction(Follow dulu, sebagian part akan diprivate.) "For once, I would be selfish to ignore our feelings. Although it hurting me, Hurting you, Which means, Hurting us..."