Sudah direvisi.
🌸
Hiruk-pikuk di lapangan futsal siang ini begitu kentara. Beberapa stan makanan dan minuman dari berbagai merek telah berbaris sepanjang pintu masuk, menjadi sponsor berjalannya acara.
SMA Harapan Bangsa kali ini sedang melaksanakan pertandingan futsal antar sekolah. Sekolah inilah yang jadi tuan rumah. Maka dari itu, sejak pagi tadi mereka disibukkan mengurus segala tetek bengek dalam pertandingan tersebut. Sekolah Harapan Bangsa menjadi tim yang main pada babak kedua.
Proses belajar-mengajar diliburkan untuk hari ini. Betapa mereka yang tidak memiliki andil apapun dalam pertandingan ini bersorak gembira. Namun semua warga sekolah tidak dibolehkan pulang. Mereka harus tetap berada di sekolah menonton jalannya pertandingan dan turut meramaikan dukungan kepada anggota futsal sekolah yang sedang tanding.
Satu jam lagi pertandingan di mulai, peserta dari sekolah lain pun telah berdatangan, membawa serta suporternya. Lapangan futsal SMA Harapan Bangsa telah disesaki oleh siswa-siswi dengan berbagai macam seragam.
Alika sedang menunggu teman-temannya bersiap menuju lapangan. Setelah sampai di sekolah tadi pagi, ia segera memasuki kelas untuk menyimpan tasnya. Teman-teman kelasnya -khususnya perempuan, telah berbincang mengenai pertandingan futsal yang akan dilaksanakan beberapa waktu kedepan.
Mereka sangat antusias pada pertandingan ini karena pemain futsal sekolah yang ganteng-ganteng. Dan yang lebih menguntungkan lagi, menurut kabar yang beredar pemain futsal dari SMA lawan juga 'cogan' alias cowok ganteng. Hm, nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?
Lima belas menit lagi pertandingan di mulai, teman-temannya sudah berkumpul semua. Lantas, bersiap untuk pergi ke lapangan.
"Udah mau mulai, nih" Kata Vita.
"Yaudah ayo!" seru Rere bersemangat. Ia menarik tangan teman-temannya.
"Pada duluan gih. Gue mau beli minum dulu. Kata Alika. Ia memberi kode mata pada Tasya bahwa air isotonik itu untuk Nino. Tasya mengerti. Ia mempersilahkan teman-temannya pergi lebih dulu, lalu berhenti pada stan minuman bersama Alika untuk membeli sebotol air.
"Belum pernah ketemu Elang?" tanya Tasya. Mereka berdiri di salah satu stan sponsor air isotonik.
"Belum. Gue nggak lihat dia dari tadi." Alika mengedarkan pandangannya sekali lagi. Suasana sangat ramai, namun yang ia cari tidak nampak batang hidungnya.
"Pasti nanti dia juga ikutan nonton. Saat yang tepat banget buat kasih tahu dia."
"Iya, gue juga mikirnya gitu. Nanti lah gue pikirin." Botol air sudah berada di tangannya. Ia mengeluarkan uang untuk membayar yang ia beli. Melanjutkan langkahnya memasuki lapangan.
🌸
Sebelum pertandingan dimulai, Alika yang duduk di pinggir lapangan menjadi perhatian Nino. Ia sudah menggunakan setelan jersey tim. Berjalan menghampiri Alika yang sedang duduk dengan teman-temannya.
Semua yang ada di sana memekik tertahan. Nino jalan dengan rambut yang acak-acakan, jam tangan hitam di lengan kirinya masih melingkar dan mungkin tidak akan dilepas. Saat ia berlari kecil menuju Alika, rambutnya beterbangan seperti iklan shampoo. Benar-benar sangat tampan, membuat cewek-cewek terpanah.
Rahang yang tegas dan bola mata hitam tajam itu berubah saat menatap Alika, penuh kasih sayang. Raut wajahnya menghangat. Menampilkan senyum yang dapat membuat gadis-gadis di sebelah Alika menahan nafas. Nino berubah menjadi sosok yang teduh. Angin yang berhembus di sekitar mereka menjadi sejuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Brother Affects
Teen Fiction(Follow dulu, sebagian part akan diprivate.) "For once, I would be selfish to ignore our feelings. Although it hurting me, Hurting you, Which means, Hurting us..."