Sudah direvisi.
🌸
Jam istirahat pertama telah berbunyi lima menit yang lalu. Alika dan kelima teman kelasnya sedang berkumpul di meja Alika dan satu deret di depannya. Mereka menyusun tempat strategis untuk memudahkan mereka saling berhadapan.
Keenam gadis itu sedang mengeluarkan bekal yang mereka bawa dari rumah. Sesuai perjanjian tadi malam, Rere, yang mengusulkan ide itu mewanti-wanti mereka semua agar tidak ada yang lupa membawa bekal.
Setelah kotak bekal mereka letakkan di atas meja dan membuka tutupnya, terhidang lah bekal-bekal menggugah selera dari kotak makan berwarna-warni itu.
Rere dan Vita dengan nasi goreng dan potongan sosis dan nugget-nya, Tita dengan nasi putih dan telur ceplok setengah matangnya, Tasya dengan omelette-nya, Gigi dengan sayur-sayuran rebusnya, dan Alika dengan sandwich-nya.
"Selamat makan..." ucap Rere menggebu.
Kurang dari lima menit bekal Alika lah yang paling laku. Alasannya simpel, bekal Alika sangat gampang untuk dicomot dan tidak perlu memakai sendok seperti yang lainnya. Dan Alika tidak akan marah untuk itu, karena alasan mereka membawa bekal adalah saling mencicipi masakan masing-masing.
Alika menatap berbinar pada kotak makannya yang hanya menyisakan satu sandwich untuknya, "Gimana girls? Masakan gue enak kan?" tanya Alika dengan bangga.
"Lumayan lah..." ucap Tita di sela-sela kunyahannya.
Decakan lolos dari bibir Alika, "Bilang aja lo pada iri kan karena masakan gue emang enak?"
Tasya yang telah menghabiskan satu potong bersuara, "Ini cuma sandwich, Ka, sandwich! Gue juga bisa kali bikin begini doang. Enggak ada yang luar biasa ah." ucap Tasya dengan tertawa kecil.
"Suka-suka gue dong. Yang penting habis juga kan sama kalian." Alika mencomot sandwich yang tinggal satu dan memakannya, "Ini cuma sandwich, Ka, sandwich!" cibir Alika meniru ucapan Tasya.
Semua yang ada di sana tertawa melihat tingkah Alika yang seakan tidak terima dengan komentar Tasya mengenai masakannya.
"Gue bilang juga apa, pasti kalian semua bawa makanan yang berat-berat." Gigi menggeser ke tengah meja kotak bekalnya yang berisi sayur-sayuran rebus, "Nih, buat penetralisir."
Kelima gadis yang sedang menyantap makanannya segera menghentikan tangan di udara dan menatap horor ke arah kotak bekal Gigi. Mereka mengabsen satu per satu isi kotak tersebut; wortel, kentang, buncis, toge, yang semua direbus dan beberapa potong timun segar.Mereka menggeleng serentak. "Enggak, enggak... Gue bukan kambing ya." tolak Vita yang makannya memang selalu seperti kuli.
"Gue juga bukan, Gi." cicit Tita
"Ah... Enggak asik, nih." Gigi meraih kembali kotak bekalnya, "Katanya cicip-cicipan, giliran gue pada nggak mau." kesalnya.
"Ya lo pikir aja deh, makanan kayak gitu enggak ada rasanya, Gigi sayang." ucap Alika.
Gigi bangkit dari duduknya, "Udah ah gue kesel. Mau beli minuman dingin dulu buat ngademin hati gue yang panas ini." ucapnya kemudian berlalu.
Semuanya melongo, "Lah? Ngambek?"
Alika yang tersadar buru-buru menutup kotak bekalnya dan memasukkannya ke laci meja. "Girls, gue nyusul ke kantin ya? Mau beli minum juga." ucapnya dengan cengiran.
Suasana kantin sangat ramai. Tentu saja, karena ini adalah jam istirahat pertama. Semua orang berbondong-bongong ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah meraung meminta jatah. Alika mengedarkan pandangannya ke arah kios yang menjual berbagai macam minuman dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Brother Affects
Teen Fiction(Follow dulu, sebagian part akan diprivate.) "For once, I would be selfish to ignore our feelings. Although it hurting me, Hurting you, Which means, Hurting us..."