Sudah direvisi.
🌸🌸
"Ciee... Yang udah jadian. Nonton bisa kali." goda Tasya. Bahunya digesekkan pada bahu Alika.
Sekembali Alika dari UKS, orang pertama yang ia temui adalah Tasya. Dan ya, ia bercerita semuanya pada sahabatnya itu. Diluar dari dirinya dan Elang yang berpelukan. Hal itu tidak seharusnya menjadi konsumsi orang lain, sekalipun itu sahabatnya sendiri. Biarkan Alika dan Elang yang tahu dan merasakannya.
Semoga saja besok-besok Elang tidak kelepasan lagi berbuat seperti itu. Mereka masih SMA, tidak seharusnya melakukan hal-hal yang diluar batas umur mereka. Pelukan itu memang bukan sesuatu yang tabu, tapi sebisa mungkin menghindari sesuatu yang dapat merugikan diri dimulai dari hal-hal kecil seperti itu. Pelukan memang hal kecil, tapi kalau kebablasan dan seterusnya melakukan hal-hal yang tidak di inginkan 'kan bisa rugi.
Wajah alika bersemu merah karena godaan Tasya. "Apa sih? Jadian apa coba?" elaknya.
"Yaudah sih. Nggak mau ngakuin? Elang buat gue kalau gitu."
"Enak aja!" Alika mengetuk dahi Tasya menggunakan pulpen di tangannya. "Jangan macem-macem ya, lo."
Tasya meng-Aduh. Mengusap dahinya yang nyeri. "Giliran digodain aja, baru gerak lo! Dasar Sumiyati!"
"Suka-suka gue ya!"
Saat ini mereka sedang duduk di kursi kayu yang berada di depan kelas. Kursinya tepat di bawah pohon, jadi rasanya sejuk saat siang panas begini. Tasya merapatkan duduknya pada Alika. "Jadi lo sama Elang itu... backstreet dong?" bisik Tasya.
Alika sebenarnya juga bingung mau di bawa kemana hubungannya bersama Elang. Tapi, untuk saat ini, hanya ada pilihan Backstreet, atau tidak berhubungan sama sekali.
"Ya lo pikir aja, baru kemarin abang gue nyuruh jauhin Elang. Masih anget-angetnya. Kalau doi tau gue pacaran sama Elang, gue yakin besok udah tinggal nama." Celetuk Alika.
"Hust sembarangan!" Sebenarnya Tasya kasihan dengan nasib percintaan sahabatnya ini. Baru saja kemarin merasakan cinta pertamanya, harus mengalami ujian seperti ini. Walaupun Tasya juga sama, sih.
Tasya berdeham. "Lo nggak pernah mikir apa? Kenapa abang lo segitu nggak sukanya sama Elang? Pasti ada masalah lain."
"Masalah apa? Setahu gue, masalah mereka cuma karena abang nggak suka sama pergaulan be-" Alika merapatkan mulutnya cepat. Merasa hampir keceplosan mengatakan jika pergaulan Elang dulu itu tidak baik.
"Yaelah lanjutin aja. Gue udah tahu pergaulannya Elang." sahut Tasya santai.
Mata Alika membulat. "Tahu dari mana?!"
"Dari Elang tadi." lalu Alika mengangguk-angguk. "Jadi dia udah cerita?"
"Udah. Dan menurut gue, bukan cuma itu masalah abang lo. Atau mungkin, ya, Abang lo dan Elang pernah rebutan cewek. Makanya sekarang mereka musuhan, lebih tepatnya abang lo musuhin Elang karena si cewek itu lebih milih Elang. Iya kan?" Tasya bercerita menggebu-gebu mengenai pemikirannya ini.
Alika mendengus. "Kurang-kurangin lah nonton sinetron, Sya. Pikiran lo drama banget tahu, nggak?"
"Hahaha." Tasya menertawakan dirinya sendiri. "Oke gue serius."
"Menurut gue, Ka, abang lo itu punya alasan lain kenapa dia sebegitu bencinya sama Elang. Maksud gue, kalau memang karena Elang itu cowok, ya Bagas juga cowok. Tapi kenapa cuma Bagas aja yang diizinkan buat dekat sama lo. Pasti ada alasan lain. Terlepas dari permusuhan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Brother Affects
Teen Fiction(Follow dulu, sebagian part akan diprivate.) "For once, I would be selfish to ignore our feelings. Although it hurting me, Hurting you, Which means, Hurting us..."