Part 31

2.8K 194 24
                                    

Sudah direvisi.

🌸🌸

Mobil yang dikendarai Elang telah sampai di pekarangan rumahnya dengan selamat. Beruntung, Elang masih bisa menggunakan akal sehatnya untuk menyetir setelah apa yang telah mengguncang dirinya sore tadi.

Setelah Alika meninggalkannya lagi, untuk yang kedua kalinya setelah membahas perasaannya, Elang mematung dengan tatapan kosong. Ditemani alunan radio yang sialnya malah membuat suasana hati Elang makin keruh.

David Archuleta - Notice Me

I'd do anything to catch your eye

So you could see me in a different light

Tell me what's it gonna take cause I wish you would notice me

If you could only give me just one chance

I could be the one and here I am

What's it gonna take to understand

Wish you would notice me

Notice, notice, notice me

Sama seperti perasaannya saat ini. Lirik lagu itu sangat menggambarkan Elang. Bagaimana Elang ingin diperhatikan dan diberi satu kesempatan oleh Alika. Sayangnya, Alika tak tersentuh. Dan mungkin tidak pernah akan tersentuh.

Elang mematikan mesin mobil lalu mengambil tasnya di jok penumpang. Ia keluar dari mobil dengan gontai. Saat ia berjalan menuju pintu masuk rumah, ternyata di sana telah ada mamanya yang menunggunya dengan senyum manis dan tatapan mata teduh. Elang berjalan ke arah mamanya dan menyalami tangannya.

"Assalamualaikum, Ma."

"Waalaikumsalam, sayang." Mamanya Elang, Karina, menyambut Elang dengan senang. "Kamu udah makan?" tanyanya sambil menggiring Elang menuju ruang makan.

Elang menggeleng. "Belum, Ma."

"Yaudah. Kita makan dulu, ya?" Mama menuntun Elang untuk duduk. Kemudian mengambilkan nasi pada piring Elang beserta lauknya. "Tadi Gilang kesini, dia nyari kamu."

"Terus, dia di mana sekarang, Ma?" ucap Elang. Ia memasukkan satu sendok nasi ke dalam mulutnya. "Di kamar kamu. Mama tadi nawarin makan, katanya udah. Karena pasti kamu belum makan, jadi mama nungguin kamu."

Elang kembali memasukkan suapan-suapan makanannya ke dalam mulut sambil memikirkan kembali kejadian sore tadi. Mama menatap wajah Elang yang sedang melamun. "Kamu kenapa, sayang?" ucap Mama sambil mengusap pundak Elang.

Elang tersadar, lalu menoleh menatap wajah mamanya dengan senyuman. "Aku enggak apa-apa, Ma."

"Jangan bohong. Gini-gini, Mama juga pernah muda lho, Ta." Mama tersenyum  jahil. Ata, berasal dari namanya, Gatara. Panggilan kecil Elang dari Mama dan Papanya. Ah, omong-omong soal Papa, Elang langsung menatap sekeliling. Seperti kebiasaan papanya setiap hari, pergi pagi, pulang larut malam.

"Em... Nanti ya, Ma. Ata pasti cerita, kok. Si Gilang pasti udah bosen di kamar karena kelamaan nunggu." Elang menampilkan cengiran seolah ia sedang bercanda. Ia berdiri membawa piringnya yang telah kosong ke tempat cucian piring.

"Yaudah." Mama berdiri menuju lemari pendingin mengambil beberapa kaleng soda dan snack lalu meletakkannya di atas nampan. "Bawa ini, buat Gilang. Yang Mama kasih tadi mungkin udah habis."

Setelah mencuci tangannya, Elang mengambil nampan tersebut dan segera pamit pada Mamanya untuk menuju kamar. Ia memasuki kamar dengan diam. Setelah itu, ia meletakkan nampan itu di atas meja belajar.

My Possessive Brother AffectsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang