Part 41

3.1K 192 61
                                    

Sudah direvisi.

🌸🌸

Bagi sebagian orang, menghadapi sebuah masalah bukanlah hal yang sulit jika diselesaikan menggunakan akal sehat dan pikiran baik. Ada juga yang berpendapat jika menyelesaikan masalah tidak semudah itu. Namun, sebenarnya, masalah itu pasti ada jalan keluarnya. Bergantung dari orang yang menyikapinya.

Bayangkan jika kamu ada di posisi saya, adalah sebuah kalimat penghakiman yang selalu dilontarkan oleh orang yang memiliki masalah, tapi belum menemukan jalan keluarnya. Kalimat pembelaan untuk dirinya, untuk membungkam mulut-mulut yang pintar berbicara tapi tidak tahu situasi sebenarnya.

Mungkin menurut sebagian orang yang melihat keadaan Alika saat ini, ada yang ikut prihatin atas apa yang menimpanya. Tapi mungkin juga, ada yang berpendapat jika Alika terlalu melebih-lebihkan cerita. Beranggapan jika apa yang menimpanya itu adalah akhir dari segalanya.

Sudah setengah jam Alika berbaring di kasurnya. Berbaring meringkuk di bawah selimut, dan berusaha mengenyahkan pikirannya dari kejadian beberapa jam yang lalu.

Sejak pulang ke rumah dan menangis di pelukan Nino dan juga Bunda sambil menceritakan kejadian yang menimpanya, Alika bisa melihat reaksi beragam dari orang-orang di sekitarnya. Bunda menutup mulutnya sambil menangis. Elang tidak banyak bicara, tapi Alika yakin laki-laki itu sedang menahan kemarahannya. Dan juga Nino, laki-laki itu diam, namun sedetik kemudian ia membanting ponsel di tangannya hingga hancur lebur.

Hancurnya ponsel Nino tidak seberapa dibanding hancurnya hati mereka semua. Terlebih lagi ketika Ayah pulang ke rumah dan mendapati keempat orang itu sedang duduk di ruang tengah. Alika menangis, Bunda juga menangis. Sedangkan Elang dan Nino sama-sama menegang.

Ayah sangat marah, Ayah tidak akan pernah bisa melihat anak perempuannya menangis. Bagaimana bisa ada orang di luar sana yang membuat anaknya menangis saat ia sebagai ayah mati-matian ingin membuat anaknya selalu tersenyum.

A daughter always be a little princess for his daddy. Beruntung, Ayah masih bisa ditenangkan oleh bunda agar tidak berbuat hal yang diluar kendali.

Alika menyeka air matanya kembali. Ia sangat bersyukur orang-orang di sekitarnya sangat menyayanginya. Ia juga bersyukur tidak ada pikiran buruk dari mereka semua. Tidak ada yang menyalahkan Alika atas kejadian ini karena memang ia tidak bersalah.

"Nggak usah dipikirin, i'll be there for you, Ca. Setelah kejadian ini, jangan pernah menganggap kalau pandangan aku akan berubah ke kamu. Enggak akan pernah." ucap Elang tadi sebelum ia meninggalkan rumah Alika untuk pulang.

Alika bisa melihat sorot terluka dari mata Elang. Sosok yang biasanya memandang Alika penuh cinta, hari ini pandangannya menyendu. Campuran antara terluka dan merasa bersalah.

Alika juga bisa melihat sorot mata Nino. Mata tajam yang biasanya memandangnya lembut dan penuh rasa sayang, hari ini memandangnya dengan pandangan terpukul. Raut wajahnya menampilkan jika ia sedang sangat merasa bersalah dan kecewa di saat yang bersamaan. Merasa bersalah karena ia lah yang mengirim Bagas untuk mengantar Alika pulang, dan merasa kecewa karena Bagas telah menghancurkan kepercayaannya.
Entah bagaimana lagi menggambarkan perasaan Nino. Sesaat setelah Elang meninggalkan rumah, Nino juga menyusul. Alika melihat kakaknya itu buru-buru naik ke kamar. Mengambil kunci mobil dan juga jaket lalu berpamitan pada bunda dan ayah.

"Aku mau nenangin diri." jawabnya ketika bunda bertanya ia akan  kemana. Bunda tidak mau ikut campur. Bagi bunda, Nino butuh ketenangan dan anaknya itu sudah cukup besar untuk tahu cara menghadapi masalah.

Dering ponsel menyentak Alika dari lamunannya yang kemana-mana. Ia merabah nakas di sebelahnya, tempat terakhir ia meletakkan ponsel. Elang Gatara is calling... Nama Elang tertera di sana dan tidak butuh alasan untuk Alika menunggu lama mengangkat telepon itu.

My Possessive Brother AffectsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang