From: Ka Adlan
Besok gue jemput ya, cantik :)Cleo mengernyitkan keningnya. Dia benar-benar bingung dengan kelakuan ajaib si kembar yang satu ini. Adlina sejak kemarin di telfon dan di chat berkali-kali tetap saja tidak menjawab atau membalasnya satupun.
Cleo mendesah pasrah, mungkin Adlina sedang dapat jadi, bawaannya sensi mulu. Ya, itu adalah fikiran terbaiknya.
Dia sudah rapi dengan hoodienya. Cleo berniat untuk ke cafe shop langganannya sekedar menikmati cappucino untuk menghilangkan stressnya.
Saat sampai di sana cafe shop tersebut lumayan ramai tidak seperti biasanya. Tapi, dalam hati Cleo merapalkan doa agar tempat favoritnya masih kosong.
Tapi, sayang sekali Cleo menatap kursi di pojok dekat jendela itu sudah ada yang mengisi. Bahkan yang mengisi seorang pasangan mau tidak mau Cleo berputar mencari tempat lain. Memang masih di pojok tapi, tidak dekat jendela.Setelah pesanannya datang Cleo membuka novel yang sejak pertama kali di beli belum terjamah oleh dia sama sekali judulnya Jingga untuk Matahari yang ditulis oleh Esti Kinasih.
Cleo benar-benar sangat menginginkan sosok cowok seperti tokoh Ari dalam novel tersebut. Dia langsung menggelengkan kepalanya menghapus khayalannya semata sampai matanya menemukan sosok yang dia kenal duduk di bangku favoritnya.
"Ka Rizal," ucapnya lirih.
Rizal yang merasa diperhatikan seseorang matanya langsung mengitari seisi penjuru cafe. Sampai matanya bertemu dengan orang yang beberapa minggu ini tidak dia temui.
"Zal?" panggil perempuan cantik di depannya.
"Kenapa Cleo?" jawab Rizal. Perempuan itu mengernyitkan keningnya.
Rizal tersadar dia salah mengucapkan nama. "Maaf, kenapa Dea maksudnya gitu." Koreksi Rizal.
"Cleo siapa Zal gebetan?" tanya Dea. Dea Friska termasuk salah satu perempuan yang beruntung juga bisa dekat dengan Rizal. Semenjak duduk di sekolah menengah pertama entah bagaimana caranya juga Dea bisa berteman sampai sekarang dengan Rizal si batu es begitulah sebutannya.
Rizal bukannya menjawab dia hanya menggeleng saja. Dea mengelus dagunya sebentar. "Ini untuk pertama kalinya lagi lo nyebut nama cewe lain selain si-" ucapan Dea dengan cepat terpotong dengan pelototan tajam dari Rizal.
Dea hanya membalasnya dengan cengiran khasnya. Rizal mendengus dan lagi-lagi matanya tidak sengaja bertabrakan dengan mata Cleo. Tapi, Cleo langsung memutuskan pandangannya.
Dea langsung menjitak kepala Rizal dengan pulpen. "Buset sampe mau keluar tuh biji mata," ledek Dea sambil cekikikan.
Rizal hanya memutar bola matanya malas. Dirinya kembali fokus kepada tugasnya.
Hampir satu setengah jam akhirnya, tugasnya selesai. Rizal dan Dea mulai berkemas saat menoleh lagi-lagi Cleo masih di tempat.
Dea menyenggol lengan temannya. "Ajak balik kali kesian tuh," ucap Dea. Rizal hanya menatapnya datar.
"Elah cowok ko cemen bener." Dea sengaja memanas-manasi Rizal.
Dea benar-benar gemas akhirnya mendorong-dorong Rizal kearah cewek yang belum dia kenal sama sekali tapi, dari tadi mereka saling pandang-pandangan. Rizal sudah berontak tapi, entah bagaimana Dea bisa mendorong badan Rizal dengan tenaga super.
Sampai akhirnya Rizal tepat di depan Cleo. Cleo hanya mengangkat kepala dan terkejut dan Rizal hanya terdiam. Dea menghembuskan nafasnya lelah sekaligus gemas. "Hay, gue Dea dari tadi gue perhatiin lo ngeliat kearah Rizal mulu," ucap Dea sambil mengulurkan tangannya kearah Cleo.
Cleo menyambutnya ragu-ragu. "Aku Cleo kak," Cleo mengalihkan pandangannya ke Rizal. "Hay, Ka Rizal," ucap Cleo.
Rizal hanya menganggukan kepala membuat Dea melongo. Gila nih bocah minim ekspresi banget, dalam hati Dea.
"Gue harap lo gak lupa sama janji lo Cleo, gue udah gak bisa nahan nyokap lagi buat gak ketemu sama lo. Udah yuk Dea balik." Rizal menyeret lengan Dea untuk mengikutinya, Dea hanya pasrah saja.
Cleo mulai merenungi dampak-dampaknya bila bertemu Tante Mira. Jujur saja dia takut kalau orang suruhan Papa-nya mengetahui kedekatannya kembali. Tapi, dia sudah berjanji dengan Rizal.
Apa yang harus aku lakukan Tuhan?
***
Seperti hari kemarin bahkan, Adlina makin dingin terhadap Cleo. Cleo bahkan sudah berulang kali mengerjar Adlina untuk meminta maaf tetap saja nihil hasilnya.
Cleo berjalan gontai untuk sampai ke gerbang toh, mau jalan cepat pun dia tahu Adlan pasti sudah di depan gerbang seperti janjinya waktu menjemput.
Sesekali Cleo melirik ke belakang siapa tahu tiba-tiba Adlina ada di belakangnya tapi, tetap saja hanya ada angin di belakangnya. Dari kejauhan Cleo bisa melihat Adlan dan Alex yang masih mengobrol bersama.
Dia mempercepat langkahnya karena, tidak enak juga membuat seseorang menunggunya. Jaraknya tinggal beberapa centi lagi tiba-tiba ada yang menabrak dan Alex menangkap Cleo bertepatan dengan
"ALE-" teriakan Adlina yang terputus melihat Cleo di pelukan Alex.
Cleo masih diam mencerna semua kejadian ini. Sampai akhirnya Adlina mendorong Cleo sampai terjatuh ke tanah.
Adlan yang melihat semua kejadian itu langsung membantu Cleo. "Lo apa-apaiin sih Lin kasar tau gak!" bentak Adlan. Adlina tersentak karena, sebelumnya Adlina tidak pernah di bentak oleh kembarannya.
Adlina menyipitkan matanya. "Kenapa abang malah belaiin dia jelas-jelas tadi Cleo pelukan sama Alex!" sahutnya tidak mau kalah.
"Tadi itu ada orang yang nabrak Cleo dan Alex refleks nangkepnya." Jelas Adlan menurunkan sedikit suaranya.
Adlina geleng-geleng kepala. "Kenapa abang jadi belaiin Cleo jelas-jelas tadi aku liha-"
"ADLINA STOP!" suara Adlan makin meninggi membuat mata Adlina berkaca-kaca.
"Kenapa, emang aku salah, aku liat pake mata kepala aku sendiri Alex meluk Cleo!" Keukeh Adlina.
Alex memutar badan Adlina. "Dengerin aku semuanya hanya salah paham aku gak pelukan sama Cleo yang diomongin sama Adlan itu bener."
Adlina menghempaskan tangan Alex yang ada di pundaknya dan menatap Cleo. "Gue benci sama lo!" ucap Adlina penuh penekanan.
"Adlina lo kenapa sih dari kemarin di rumah juga hawanya marah-marah mulu kalo soal Cleo tadi gue udah bilang itu gak sengaja!" Gigi Adlan bergemelatuk dan tangannya terkepal. Adlan benar-benar bingung dengan sikap Adlina yang menjadi pencemburu dan tiba-tiba membenci Cleo.
"Katanya kamu kembaran aku kenapa belaiin dia," ucap Adlina dengan air mata yang mulai turun.
Adlan benci melihat kembarannya menangis tapi, dia tidak bisa melihat kembarannya kelewat batas. "Lo kelewatan!"
"Udah-udah," lerai Alex.
Cleo yang air matanya sudah banjir maju memegang lengan Adlina tapi, dengan cepat di tepis oleh Adlina. "Jangan sentuh gue, gue benci pengkhianat!" sentak Adlina.
"Demi Tuhan Lin, lo sahabat gue gak mungkin gue nyakitin lo apalagi ngerebut Alex." Jelas Cleo.
"Pembohong," desis Adlina.
"Lin, lo harus percaya sama gue," ucap Cleo.
Adlan merangkul Cleo untuk masuk ke mobil. Begitu pun dengan Alex. Sebelum pergi si kembar saling melempar tatapan tajamnya.
Di dalam mobil Cleo masih menangis membuat Adlan meraihnya dan memeluknya.
Sedangkan di dalam mobil Alex, Adlina menatap kosong jalan di depannya.
****
Akhirnya bisa update setlah dari kemarin lemes-lemes aja.makasih yang udah mau nunggu.
jangan lupa vommentnya😍😍💋💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Cloudy
Teen Fiction[ADLINA'S SIDE STORY] Mamanya meninggal waktu melahirkan. Papanya yang sangat membencinya Cinta pertamanya yang ikut meninggalkannya. Kehidupannya seperti awan gelap akankah awan gelap berubah menjadi cerah? Cover by: venusyura Copyright©2017 by Rat...