35 :: [Terkuak Fakta] Part II

8.8K 624 44
                                    

Adlan pulang dari rumah sakit dan dari luar dia bisa mendengar teriakan kembarannya yang sangat menyakitkan kesehatan telinga manusia.

"Astaga Adlina suara kamu tuh kedengeran sampe keluar tau," omel Adlan saat sudah sampai rumah.

Kini bukan cuma Adlan yang sedang memegangi kedua telinganya, tapi Mama dan Papa-nya juga.

"BODO AH KALIAN KOK TEGA SIH KENAPA DAFTARIN AKU DI HARVARD GAK NGOMONG DULU!"

Sungguh telinga mereka bertiga sudah sangat sakit mendengar teriakan Adlina yang dahsyat itu.
"Lin, semua orang pengen masuk Harvard lho kenapa kamu malah ngamuk gini sih?" Dumel Adlan.

"Ck, lo bisa ngomong dulu Adlan ada apaan sih?" Decak Adlina. Lupakan segala ucapan Adlina. Karena untuk saat ini kembarannya sangat amat menyebalkan.

Dan untuk pertama kalinya dia mengambil keputusan tanpa melibatkan Adlina.

"Cukup ikutin kata Abang lo ini Lin!" Tegas Adlan.

Adlina mengernyitkan dahinya. Apa-apaan ini, tumben sekali Adlan menggunakan nada penuh ketegasan.

"Lan, kenapa?"

Kedua orang tuannya hanya memperhatikan. Karena memang mereka sudah mengetahui dari Adlan. Dan menurut Papa-nya Adlan sudah mengambil pilihan yang tepat saat ini.

Saat Mama-nya ingin mengutarakan sesuatu tapi percuma dua lelaki ini sudah mengambil keputusan secara bersama dan sudah pasti menurut mereka itu sudah pasti yang tepat.

"Alex minta ijin untuk nikah sama lo dan jangan bertanya apapun lagi Adlina." Sekali lagi Adlan mengeluarkan nada tegasnya. Adlan berjalan kearah tangga untuk ke kamarnya.

Kini air mata Adlina sudah turun membasahi pipi-nya. "APA CUMA KARENA ITU LAN, TERUS APA CUMA KARENA ITU KITA PINDAH!"

Saat mendengar suara Adlina. Kini langkah Adlan terhenti di tangga.

"Stop Adlina," suara Adlan pelan.

"TERUS KENAPA LAN KENAPA, GAK ADA SALAHNYA JUGA KAN ALEX NGELAMAR LAN!"

Kini Adlan benar-benar menghadap kearah Adlina.

"STOP ADLINA! GUE UDAH PERNAH KASIH TAU UNTUK NIKAH SAMA LO, GUE BAKAL MEMPERSULIT LANGKAH ALEX!"

Mama-nya mulai memeluk Adlina. "Udah yah sayang dengerin aja ini demi kebaikan kamu," ucap Mama lembut.

Adlina menggelengkan kepalanya. "TAPI LO GAK BERHAK LAN."

"GUE BERHAK ADLINA. LO KEMBARAN GUE. LO SODARA GUE. LO PERNAH BERBAGI RAHIM SAMA GUE. DAN SI BRENGSEK ITU DENGAN ENAKNYA MINTA IJIN MENIKAH SAMA LO. KARENA UDAH NGELAKUIIN HAL YANG SALAH!" Setelah mengutarakan itu Adlan benar-benar menaiki tangga rumahnya tanpa memperdulikan Adlina lagi.

Saat sampai di kamarnya seluruh tubuh Adlan meluruh ke lantai. "Maaf Lin maaf cuma ini satu-satunya cara yang bisa gue lakuiin." Sebenarnya Adlan menyesal telah membentak kembarannya.

Sedangkan Adlina masih dalam pelukan Mama-nya masih menangis. Sampai akhirnya Papa menghampiri Adlina.

Papa-nya berjongkok di depan Adlina dan menggenggam kedua tangan Adlina. "Dengerin Papa Lin, percaya apapun yang dilakuiin Abang ini demi kebaikan kamu. Percaya sama Papa suatu hari nanti Adlan pasti bilang alasannya. Tolong yah sayang ngerti selama ini pun kita ngelakuiin buat kebaikkan kamu tolong banget," pinta Papa Adlina.

Tangis Adlina pecah. Kini dia sudah berlari kearah kamarnya dan membanting pintu kamar. Keadaan yang sama Adlina meluruh ke lantai dan memeluk kedua lututnya.

CloudyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang