1 :: [Raport]

26.2K 1.5K 53
                                    

Kini Cleo dan Adlina resmi menjadi anak kelas dua belas. Angkatan dengan hierarki tertinggi dan jelas angkatan yang sangat mengenal kedua orang ini. Tapi, bukannya saja angkatan mereka bahkan satu sekolah tau siapa mereka berdua dimana ada Cleo pasti ada Adlina begitupun sebaliknya.

Cleo sedang menunggu temannya itu. Setelah dilihat Adlina turun dari mobil Alex baru dia berlari kecil kearah Cleo. "Wah, wah, pagi-pagi dianter pangeran," ledek Cleo.

Adlina hanya terkekeh dan langsung menarik Cleo. Cleo mengernyitkan dahinya menurutnya Adlina salah jalan. "E-eh, Lin, ke mading dulu kali liat kita di kelas mana lagian belom tentu kita sekelas." Kini Cleo yang menarik paksa Adlina.

"Aduh, Cleoku sayang tenang aja gue udah tau kelas kita dimana dan pokoknya kita sekelas." Jelas Adlina.

Cleo makin binggung dengan ucapan Adlina. "Sliw. Gue udah ngerayu Bunda Bella supaya kita sekelas." Adlina tersenyum puas.

"Lo emang top markotop deh." Mereka berjalan beriringan menyusuri koridor kelas dua belas.

Baru saja Cleo ingin melangkahkan kakinya tiba-tiba sudah dipanggil oleh Bu Dewi, walikelasnya saat kelas sebelas, Cleo memutar badannya.

"Lin, lo masuk dulu aja cari tempat gue mau ke Bu Dewi sebentar," ucap Cleo.

"Ada urusan apa lo sama Bu Dewi?" tanya Adlina.

"Urusan kredit panci." Adlina langsung menoyor dan terkekeh dengan ucapan Cleo.

"Cepetan sono jan lama-lama." Usir Adlina.

Cleo mencibir ucapan temannya. "Tau diri lah yah, yang koma ampe berbulan-bulan yang mengharuskan gue jadi janda selama di kelas." Adlina tidak mengubrisnya dan langsung nyelonong masuk saja ke dalam kelasnya.

Dengan langkah kecil Cleo menghampiri Bu Dewi sebenarnya Cleo tau apa masalahnya, pasti soal raport miliknya yang belum diambil. Waktu hari pengambilan raport Papa-nya tidak datang padahal jadilah walikelasnya hanya memberi tahu kalau Cleo naik kelas saja tanpa di beri raportnya.

"Iya, ada apa bu?" tanya Cleo saat di hadapan Bu Dewi.

"Raport kamu mau diambil kapan sama orang tua kamu?"

Cleo menggigit bibir bawahnya binggung. "Emang gak bisa Bu saya aja yang ambil?" tanya Cleo ragu.

"Sayangnya tidak bisa Cleo. Ibu harus memberinya sama orang tua kamu dan Ibu juga harus menyampaikan beberapa hal." Jelas Bu Dewi.

"Mungkin sepulang Papa saya dari luar kota Bu, tidak masalah kan Bu?" Cleo berusaha memberi pengertian juga dengan Bu Dewi.
Bu Dewi menghela nafas. "Baiklah yang penting jangan lupa diambil yah, Ibu permisi dulu mau ke ruang guru." Setelah Bu Dewi pamit Cleo kembali ke kelas.

Dia binggung tidak biasanya Papa-nya tidak menyuruh assistennya mengambil raportnya. Mau bilang jelas-jelas Papa-nya jarang pulang, mau di kasih pesan juga gak pernah di balas.

Cleo menjatuhkan bokongnya di sebelah Adlina. Adlina jadi binggung sendiri. "Lo kenapa kusut banget abis ketemu Bu Dewi, lo gak punya duit buat nyicil kreditan panci?"

Cleo menoleh kearah temannya. Astaga, Cleo mengelus dadanya sabar. "Adlina lo cakep nih yah tapi, ko bloon ya."

Adlina terkekeh. "Lagian muka lo kusut banget kenapa cerita kek siapa tau gue bisa bantu."

"Raport gue belom diambil sama orang suruhan bokap gue." Jelas Cleo.

Adlina mengetuk-ngetuk keningnya seperti berfikir. "Lo mau gak nyokap gue aja yang ngambil?" usul Adlina.

Cleo langsung menggeleng dengan cepat. "Gak deh. Bu Dewi kenal juga kan sama nyokap lo yakali."

"Terus lo mau nyewa tukang ojek depan sekolah kita tuh biar pura-pura jadi, bokap lo." Usul Adlina makin ngaco.

Tawa Cleo lepas. "Anjir! Kebanyakan nonton sinetron lo ya."

"Yeh, gue mah ngasih usul, yaudah yuk ah kantin laper gue." Adlina bangun sambil menarik tangan Cleo. Karena, baru hari pertama masuk selalu free class hanya ada anak baru yang sedang di MOS.

"Gak bisa apa tuh mulut gak goyang," sindir Cleo. Berteman hampir dua tahun dengan Adlina membuat Cleo tahu kalo temannya ini sangat amat doyan makan. Bukannya menjawab Adlina langsung menarik Cleo.

***

Setelah memesan makanan Adlina langsung menyantapnya. Cleo hanya geleng-geleng kepala sambil memikirkan bagaimana berbicara dengan Papa-nya.

"Lin, si empat serangkai satu kampus yah?" tanya Cleo tiba-tiba.

Adlina menghentikan laju sendoknya yang sudah di depan mulutnya. "Empat serangkai siapa dah?"

"Adlan, Alex, Ardi sama Valdo biar cepet aja manggilnya empat serangkai." Jelas Cleo.

Adlina ber-oh panjang. "Iya, cuma beda jurusan aja si kalo Adlan sama Alex ngambil bisnis manajemen. Ka Ardi sastra Indonesia terus Ka Valdo hukum."

Cleo hanya ber-oh. "Gue butuh moodbooster deh, Lin sebelom perang sama bokap," ucap Cleo membuat Adlina tersedak.

Dengan cepat Cleo mengambil air minumnya untuk Adlina. "Kata Mbok Darmi, Lin, kalo lagi makan keselek biasanya ada yang ngomongin."

Muka Adlina merah gara-gara keselek. "Bukan gara-gara diomongin Cleo sayang tapi, lo ngomong mau perang sama bokap lo gue kaget lah, emang lo mau tembak-tembakan sama bokap lo."

"Yeh, gak lah. Minta tolong siapa yah, Lin?" tanya Cleo lesu

Adlina tidak tega juga melihat temannya. Tiba-tiba selama satu menit meja mereka hening dengan pikiran mereka masing-masing.

Sampai akhirnya Adlina dengan heboh mengguncangkan bahu Cleo. "Apaan si Adlina lo liat setan." Semprot Cleo.

"Gue tau siapa orangnya," ucap Adlina kegirangan.

"Sumpah saran lo ngaco lagi, gue siram pake air kobokan."

Adlina menyeringai misterius. "Lo deket deh sama orang ini, gue jamin dia bakal mau."

"Siapa Mbok Darmi?"

"Tante Mira."



***

Sebenernya tuh agak pusing kalo buat cerita ada judulnya gitu deh wkwkw.

Gak tau kenapa sih?

Tapi, semoga kalian tetap sayang dengan cerita ini.

Belom bisa mup on dari Adlina Alex pokoknya bakal ada si di cerita ini walaupun gak banyakk.

Vomment plis??

CloudyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang