28 :: [ Ambil Langkah ]

7.9K 522 10
                                    

Lagi-lagi Adlan tidak bisa menjemput Cleo dan Adlan telat sekali memberitahu kabar kalau dirinya tidak bisa menjemput saat Adlina sudah pergi dengan di jemput supirnya. Cleo memang juga memperhatikan beberapa minggu belakangan ini Adlina tidak diantar jemput oleh Alex. Jika, Cleo bertanya pasti jawabannya mereka lagi baik-baik saja. Tapi, benar-benar janggal mengetahui mereka adalah pasangan yang lengket seperti amplop dan surat.

Sebuah mobil merah berhenti tepat di depannya. Dan keluarlah seseorang yang sangat ingin Cleo hindari siapa lagi kalau bukan Andira. Andira tersenyum sinis kearah Cleo. "Nungguiin pangeran lo jemput yah, oh, iya Rizal udah cerita belom kalo gue ini mantan pacarnya?" tekan Andira pada kalimat akhirnya.

Cleo membulatkan matanya dan akhirnya dia tahu kenapa Andira bisa kenal dengan Rizal ternyata mereka mantan pacar. Cleo tersenyum. "Sayangnya gak akan pernah ada mantan terindah kalo sekarang punya pacar terindah," ucap Cleo sarkas dan meninggalkan Andira.

Awalnya memang Cleo sedikit takut dengan Andira. Tapi, bagaimana pun dia tidak boleh menunjukkan kelemahannya di depan lawannya sendiri. Lebih sial lagi tidak ada angkutan umum yang menuju kompleks rumahnya.

Dari arrah berlawanan ada mobil yang berhenti di depannya. Saat kaca mobil diturunkan Cleo mengenali orang tersebut. "Kak Ardi sama Ka Valdo?"

mereka berdua langsung cengegesan yah, itu si udah ciri khas mereka banget deh. "Masuk Cleo, kita berdua dapet mandat dari Pangeran Adlan untuk jemput Putrinya tapi, maap yah kita telat soalnya muacet tau sendiri lah Jakarta." Oceh Valdo. Cleo hanya terkikik geli. Kalau ada yang bisa bikin mood membaik mungkin Ardi dan Valdo orang yang paling ampuh. Cleo langsung masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi belakang.

"Padahal nih Cleo, gue udah ngeluarin jurus gue buat nyampe sekolahan tepat dan cepat pada waktunya tapi, apa mau dikata manusia hanya bisa berencana dan Tuhan yang ngatur." Jelas Ardi panjang lebar sambil mengemudikan mobilnya.

"Nah, Tul tuh Di lo lagi kemasukan apa bawa-bawa nama Tuhan?"

"Do, kata Dosen Agama gue kita harus melibatkan Tuhan dalam segala urusan dunia."

Mendengar ucapan Ardi membuat kedua orang yang sedang mendengarkan ikut takjub. Valdo bahkan memberi tepuk tangan meriah sekali. "Di asal lo tau?"

"Apaan?"

"Tampang lo yang kek gini gak cocok banget ngomong gitu." Setelah mengucapkan itu Valdo tertawa kencang. Ardi hanya mendengus sebal.

Tiba-tiba Valdo dan Ardi dengan kompak melirik Cleo yang hanya menggelengkan kepala dan tertawa pelan melihat kelakuan mereka.

"Berisik lo Do nanti kalo Cleo ngadu macem-macem sama Adlan bisa-bisa dia gak bayar bensin mobil gue,"

"Lah, lo juga nyautin omongan gue mulu."

"Lah iya yak abis mulut gue gak betah kalo diem."

Tiba-tiba Cleo bersuara. "Aku bayarin deh ka uang bensinnya kalo Ka Adlan gak mau." tawar Cleo.

Ardi melirik lewat Cleo lewat kaca. "Kalo kaya gitu bisa-bisa gue di bunuh Cleo cantik, terus kalo gue mati nanti orang ganteng di dunia ini berkurang."

"Tenang aja Di, kalo lo mati masih ada gue yang ganteng." Valdo langsung melirik Cleo sambil memainkan alisnya.

Ardi langsung menoyor kepala Valdo. "Sialan lo nyumpahin gue mati,"

"Yah, gak dong sayang kalo kamu mati aku gak punya temen tidur lagi."

Mendengar itu membuat tawa Cleo pecah dan Ardi merinding mendengar jawaban Valdo. "Anjir Do nanti si Cleo mikir kita homo beneran bego."

CloudyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang