43 :: [Detik-detik Perpisahan]

10.6K 570 56
                                    

"WAT DE PAK DEMI APA LO, CLEO?!?" Itu adalah teriakan Adlina yang membahana di koridor kelas.

Banyak anak-anak yang sedang menunggu giliran untuk melakukan ujian CBT (Computer Based Test) sambil belajar langsung menoleh kearah Adlina dan Cleo.

Cleo menghela nafas. Memang percuma bercerita dengan Adlina memakai suara pelan. Kalau ujung-ujungnya Adlina malah teriak-teriak berasa di hutan. Adlina masih dengan tampang terkejutnya tidak memperdulikan wajah-wajah penasaran yang lainnya.

Cleo akhirnya dengan tersenyum langsung berucap tanpa suara 'maaf dan maklumin aja gilanya lagi kumat'. Sebagian dari mereka yang menangkap bahasa gerak bibir Cleo ikutan terkikik geli.

Adlina dan Cleo mendapat sesi pertama, berhubung mereka sudah kelar dan belum ingin pulang. Jadilah Cleo bercerita temtang dirinya yang di lamar oleh Rizal.

Tiba-tiba Adlina bersedih mendengar itu. Adlina mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Cleo menghela nafas dia menyesal bercerita tentang lamarannya. Tapi bagaimana pun Cleo harus cerita, karena Adlina bagian dari keluarganya.

Cleo tidak mau Adlina tahu dari mulut orang lain. Cleo hanya ingin Adlina tahu dari mulutnya. Bukannya, memang sepenting itu kan sahabat? Dia orang terdepan yang tahu segalanya tentang kita.

Mengerti dengan kondisi Adlina, Cleo menggenggam kedua tangan Adlina. "Lin, lo masih punya gue sama Kak Adlan."

Adlina melempar pandangannya ke depan. "Kak Adlan mau pergi selesai kita ujian."

"Lin, masih ada gue, gue selalu di samping lo kok apapun yang terjadi."

Adlina seakan tidak mendengarkan ucapan Cleo. Pikirannya melayang jauh di hari dimana Alex meninggalkannya tanpa penjelasan yang jelas.

"Kenapa Alex gak ajak gue susah bareng sama-sama, kenapa dia ninggalin gue tanpa penjelasan yang jelas." Adlina menutup matanya sejenak.

Ini memang sulit untuk Adlina hadapi. Sebenarnya juga Cleo menerka-nerka dengan semua yang terjadi dengan Alex, aneh, di saat hubungan baik-baik saja dia mala pergi.

Ini namanya ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. Nyesek euy.

"Di saat seleruh dunia mati-matian meninggalkan lo, gue Cleo sebagai sahabat lo akan selalu ada di samping lo." Adlina dan Cleo langsung berpelukan.

Menurut Cleo, tidak ada yang lebih berharga di banding persahabatannya dengan Adlina. Adlina sahabat pertamanya semenjak bertahun-tahun dia menutup dirinya. Adlina mengurai pelukan mereka, mereka saling berpandangan sejenak dan tertawa bersama.

***

Sudah seminggu lebih mereka menyelesaikan ujian dengan baik. Yang sekarang mereka bisa lakukan hanua banyak berdoa agar lulus dan bisa masuk universitas yang mereka inginkan.

"Akhirnya kelar yah, gila dah gue mau nyontek dikit aja susah banget," ucap salah satu teman kelasnya yang kini berkumpul di lapangan.

"Gue mau nyontek sama si Bobon aja gue nanya nomer empat eh soalnya beda sama gue." Timpal Ridwan.

Adlina datang dari arah kantin sambil membawa beberapa camilan dan minuman untuk Cleo juga. Kini mereka berdua sedang terduduk di tribun sambil melihat beberapa anak lelaki bermain basket.

Adlina fokus dengan camilan dan anak basket. Cleo fokus lurus ke depan. Sampai tiba-tiba mata Cleo menangkap bayangan Ramon sedang tersenyum kearahnya sambil membawa basket.

Cleo membulatkan kedua matanya yang tiba-tiba melihat adanya Ramon. Ramon tersenyum sambil terus mendrible basket itu. Basket itu masuk ke dalam ring tidak lupa Ramon melempar kissing in the airnya ke Cleo.

CloudyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang