Jadi Penghancur Lagi?

5.4K 405 12
                                    

Risya memandangi Adrian dari jauh, berusaha sekuat tenaga menahan air yang hendak meluncur dari mata merahnya.

"K.. Kak Adrian." Suara paraunya memanyapa Adrian dengan terbata.

Adrian di tempatnya duduk melonjak kaget. Tatapanya yang tadinya kosong dan pikiran mengawang, sekarang terfokus penuh pada sosok wanita dihadapanya.

"Loh kamu... Risya.. Kok?"

"Soryy Kak, tadi aku ikutin Kakak, maaf, aku..."

Hening. Dua insan itu sama-sama tak tau apa yang harus mereka katakan. Yang Adrian tau adalah dirinya yang salah, dan Risya? Masih tetap menganggap dirinya bodoh.

*flashback*

"Ken, tungguin kek! Lari cepet banget si lo!"

"Hehe, sorry Dri, peace!" wanita dengan rambut hitam legam yang tekuncir sempurna itu mengacungkan jari manis dan telunjuknya, membentuk huruf 'v'.

"Dri, mau yang itu!"

"Ken, emang lo boleh makan kaya gituan? Jangan macem-macem deh Ken, I wouldn't you..."

"I'm okay!" Belum selesai kalimat Adrian, Kena sudah kembali menyambar dengan sentakanya.

"Okay, You'll be okay Ken, must be okay! Promise?" Adrian tersenyum sembari mengacungkan kelingkingnya.

Gadis di depanya tersenyum, amat indah, dan sedetik kemudian menyambut kelingking Adrian.

"Promise! I'll be okay jelek! Bwlee!" Kena yang menjulurkan lidahnya langsung kembali berhambur.

"Kena! Siapa tadi yang lo bilang jelek! Awas ya!" Dengan senyum yang mengrmbang di bibir, Adrian bersiap mengejar wanita yang sudah cukup jauh di depanya.

"Kak.. Adrian?" Suara itu seketika menghentikan ayunan kakinya.

"Risya?!"

"Cewek itu.." Risya hendak meneruskan pertanyaanya, tapi bibirnya terasa kaku dalam satu waktu.

"Sya, ehm, itu.." Adrian di tempatnya juga kikuk, entah kenapa semua yang ia lakukan terasa tak tepat.

'Huhh' lelaki itu menghela nafas panjang.

"Dia Kena, dia sahabat aku dari kecil" Adrian akhirnya memantapkan hati, menatap mata Kena dengan seabrek perasaa bersalah.

"Dia juga.. cinta pertama aku."

Risya dengan susah payan menelan salivatnya, tenggorokanya terasa sakit. Gadis itu mengatupkan kelopak matanya sejenak, menahan cairan kristal bening yang sebentar lagi jatuh di pipinya.

"Dan cinta itu masih berada di titik yang sama sampai sekarang?"

Adrian tergugu sesaat, menghirup oksigen sebanyak mungkin, bersiap untuk keadaan yang mulai menyesakkan hati.

"Ya." Jawaban singkat dari pria jankung di depanya cukup untuk menobak perlahan benteng di matanya. Sakit.

Sementara, Adrian yang merunduk hanya bisa merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa kali ini dia begitu bodoh?!

"Sorry, Sya.."

"Enggak Kak, gakpapa kok, mungkin kemarin-kemarin akunya aja yang terlalu ngarep" wanita itu berusaha menghapus jejak air mata di pipinya.

Menurut Adrian, Risya memiliki senyum yang amat menyenangkan, tapi kenapa sekarang melihat senyum di wajah wanita itu, seperti di tikam sembilu berpuluh ribu. Senyum itu jenis senyum yang paling Adrian benci, senyum yang selalu berhasil membuatnya merasa bahwa... Adrian manusia teregois.

Bad Boy Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang