Citra bediri kikuk dengan dua rantang makanan yang dibawanya. Satu sengaja ia siapkan untuk Aisyah dan satu lagi untuk Agra, eh untuk Bunda maksudnya! Entah mereka suka atau tidak.
Gadis dengan pasminah cream itu belum juga mau mengetuk pintu, bukan karena takut masakanya tak enak, tapi pasti Agra akan meledeknya kalau dia masuk, belum lagi mengingat kejadian semalam.
Jelas saja, karena perkara rapat hari ini seantero sekolah pun sudah tau, kalau seminggu sebelum spensa panita sudah di posisi sangat sibuk dan harus bolak-balik ke sekolah setiap pagi sampai malam.
Citra menghela napas panjang.
"Gatau ah, bodoamat sama Agra, aku cuma mau ketemu sama Aisyah sama Bunda ini" Ucapnya lirih meyakinkan diri sendiri, sejurus kemudian melangkah pasti menuju pintu kamar dengan bandul MAWAR 301, sebagai nomor ruangan.
"Eh Nak Citra" Citra baru saja hendak membuka knop pintu di depanya, tapi dengan cepat pintu terbuka, dan dalam sekejap sudah kembali tertutup sempurna, sehingga kini memamerkan sosok bunda yang tersenyum ramah.
"Assalamualaikum Bunda" Citra tersenyum, berusaha menyingkirkan kekagetanya sambil mencium tangan Bunda. Untung bukan Agra yang membuka pintu, kalau tidak bisa spot jantung dadakan dia!
"Wa'alaikumsalam sayang, Bunda sampai lupa ucap salam sangking seneng lihat kamu hahaha, Astaghfirullah" Bunda tertawa kecil diujung kalimatnya.
"Yasudah ayo masuk" ajak Bunda sambil mengamit tangan Citra.
Kalau boleh jujur sebenarnya dia ingin menolak, karena malas diledek oleh Agra, tapi apa boleh dikata, sekarang perawakanya sudah terlihat jelas oleh Agra, dan disambut dengan pertanyaan serta kernyitan dahi.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam Kak Citra!" Salam Citra seketika langsung dijawab dengan semangat oleh Aisyah.
Gadis kecil itu, entah sejak kapan dia mengidolakan Citra. Mungkin sejak Kakak Agra idolanya dibuat jatuh hati oleh gadis di hadapanya kini.
"A.. itu, gue kesini mau nganterin makanan buat Aisyah sama Bunda, tapi kayanya kalian udah makan deh" Citra berkata dengan sedikit terbata dan perasaan kikuk yang muncul begitu saja.
Semua masih menunggu lanjutan kalimat Citra yang terpotong oleh helaan napasnya.
"Eh.. itu.. yaudah, ini nanti biar aku kasih ke suster jaga aja di depan, aku pamit ya"
Belum sempat Citra mengucapkan salam, tangan Citra langsung di cekal pelan oleh Bunda.
"Ehh kenapa harus pulang? Disini saja. Bunda sama Aisyah memang sudah makan, tapi Agra belum loh"
"Dia mah kesini sengaja mau nganterin makanan buat Agra Bun, alibi tuh" Agra menjawab seenaknya sebelum Citra sempat membuka mulut, dan sukses membuat Citra membulatkan mata.
"Enak aja, sok tau!" Jawab Citra jengkel yang di balas dengan tawa renyah Agra.
"Bunda, kata dokter aku kan pagi ini musti cek lagi, kok dokternya belum dateng Bunda?" Aisyah tiba-tiba ikut andil dalam percakapan, membuat semua mata kini memandang ke arahnya.
"Yaudah biar Kak Citra panggil, sebentar ya" Citra menawarkan diri sambil menaruh kedua rantang yang di bawanya ke sofa.
"Gausah aku aja Cit. Sebentar ya sayang, Kak Agra panggilin"
"Gausah Kak Citra, Kak Agra" Aisyah memotong tepat di akhir kalinat Agra.
Citra dan Agra mengernyit bingung. Bunda yang tadinya berkernyit bingung, kini langsung semringah begitu mendapat tatapan yang entah apa artinya oleh Aisyah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Syar'i
Espiritual#8 in Spiritual 26-03-17 #10 in Spiritual 24-03-17 Takdir 'ketimpuk sendal merah' yang membuat Agra akhirnya mengenal sosok gadis itu, gadis yang menurutnya tinggal stok satu di bumi ini. Gadis yang membawa hidupnya jadi warna warni kaya pelangi.