Agra yang tadinya siap menerjang Raina, justru sekarang terpaku mentap perlawanan Citra pada Raina.
Kenapa dia begitu beda? Gak ada sedikitpun raut takut dari wajahnya pas ngadepin Raina yang segitunya. Batin Agra menatap Citra yang masih bersitegang dengan Raina dari kejauhan.
Tapi bukan berarti Agra diam saja. Begitu dilihatnya Citra pergi cukup jauh, segera di hampirinya Raina dengan tatapan siap membunuh.
Raina yang melihat kedatangan Agra segera merubah mimiknya.
"Gra, tangan gue sakit banget Gra, dipelintir sama si cewek sialan. tuh, memar!" katanya dengan wajah memelas yang dibuat-buat.
Agra bukanya menjawab malah memalingkan muka, kemudian kembali menatap Raina dengan senyum sinis.
"See, dia beda dari yang lain, dia bukan cewek cengeng apalagi lebay gak tau diri kaya lo. Bukan model murahan kaya lo! Satu lagi, gue emang percaya dia bisa jaga dirinya dengan baik tapi bukan gamungkin suatu saat kalo tangan lo ini bisa tambah parah kalo sampe ngapa-ngapain dia, karena gue gak segan-segan ngelakuin apapun kalo sampe ada tangan nyakitin dia!" Kemudian Agra melangkah meninggalkan Raina.
Tapi baru beberapa langkah dia kembali memerhatikan Citra, dilihatnya kerudung belakang Citra sobek. Agra segera membelokan langkahnya,bukan ke kelas 11 IPS 3,kelasnya tapi ke arah parkiran.
Agra memarkir motornya di depan toko busana muslimah di dekat sekolahnya.
"Mba yang kaya gitu satu ya, tapi yang putih polos." katanya menunjuk kerudung panjang sepinggang yang di pajang di etalase pada salah satu penjaga toko.
"Sebentar ya Dek, saya ambilin stok barunya."
Tak lama setelah itu, Agra kemudian membayar dan beranjak pergi. Belum juga genap langkahnya, kini ia kembali memutarkan arah.
"Mba, bisa pinjem kertas sama pulpen?" kemudian perempuan itu memberikan kertas dan pulpen pada Agra.
Agra mulai menulis sesuatu di dalamnya. Setelah selesai seulas senyum terukir di bibirnya menatap tulisan tanganya, kemudian Agra kembali ke parkiran. Menuju motornya, kembali ke sekolah.
__________________
Kringggg
Bel pertanda istirahat pertama berbunyi nyaring
"Ke kantin yuk Cit, laper!" Alfa langsung berdiri dari kurainya, tapi baru satu langkah dia dari mejanya, tangan Citra dengan gesit kembali menarik Alfa duduk.
"Fa, inget ya! jangan ember soal tadi ke siapapun, oke?" Citra berbicara sambil berbisik.
Alfa yang masih shock karna ditarik Citra, hanya menjawab dengan anggukan.
"Cit, Fa, buruan woy ke kantin! Si Letta kan ultah jadi hari ini dia yang traktir. Yang lain udah disana." Mathew yang tiba-tiba muncul dari pintu menganggetkan Alfa dan Citra.
"Yaudah, tapi gue sambil belajar ya. Soalnya kan abis ini ulangan Bahasa Jerman sama Bu Aida." ucap Citra kemudian beranjak ke kantin bersama Alfa dan Mathew.
Citra kini duduk di bangku pojok kantin dengan semangkuk bakso, es teh, dan buku bahasa Jerman. Dia sengaja memilih mengasingkan diri sementara agar bisa belajar.
"Segitu seriusnya belajar?"
Tiba-tiba suara itu terdengar di telingga Citra. Citra langsung memandang kedepan dengan dahi berkerut.
"Sejak kapan disini?!" Tanya Citra pada agra yang kini ada di hadapanya.
"Baru kok, tapi kalo di hati kamu udah dari kemaren kemaren." jawab Agra kemudian kembali menyendok baksonya.
Citra yang enggan menanggapi memilih kembali berkutat dengan bukunya sambil sesekali menyendok bakso dan menyeruput es tehnya.
"Ngomong-ngomong, makasih tadi kerudungnya." tiba-tiba suara Citra memecah keheningan.
"Jawaban tulisanya apa?" Ujar Agra dengan nada meledek.
"Apaansi receh mulu. Eh, tapi Gra lo liat semuanya? kejadian tadi gue sama cewe itu?"
Belum sempat Agra menjawab, tiba-tiba terdengar suara pukulan meja dari arah depan.
"EH, MINTA PERHATIAN SEBENTAR!" teriak seorang cewe yang kini sedang berada di depan.
Citra terbelalak melihat siapa yang berdiri di depan. Raina!
"Jadi gini, pertama nama gue adalah Raina kelas 12 IPS 1 dan gue adalah Ketua penyelenggara dari 'spensa'. Berhubung kemarin Humas dari spensa mengundurkan diri, jadi kita panitia spensa lagi buka seleksi untuk bagian humas, bagi yang mau nanti jam istirahat ke 2 bisa daftar ke ruang sekret kita. Pengumumanya nanti pulang sekolah sebelum rapat panitia, jelas semua? ada yang mau tanya?" Raina memberi jeda kemudian menatap sekeliling.
Citra dan Agra yang memang tidak berminat sama sekali mengikuti acara semacam spensa yang isinya Cup dan Pensi itu kembali melanjutkan makanya.
Sementara di sisi lain, Raina yang sudah menyadari kehadiran Citra ingin sekali mrmbalas dendam, tapi bagaimana caranya? Tak mungkin dia 'membantai' Citra, karena sekarang Agra sedang berada di sebelahnya. Tiba tiba senyum liciknya mengembang.
"Sorry, ralat semuanya. Pendaftaranya gak jadi, karena gue udah nemuin orang yang cocok. Itu lo yang di pojok, Citra kan? Lo jadi humas ya?" Tunjuk Raina pada Citra yang hendak menyuap baksonya.
Citra segera menghentikan suapanya mendengar namanya disebut. apalagi ini? adi panitia pensi dan cup sekolah sebesar dan setenar SMA Brawija? Dan ketuanya Raina?!
Agra yang menyadari aura ketidak setujuan Citra segera angkat bicara.
"lo gabisa nunjuk orang sembarangan dong!" Bentaknya pada raina yang masih menatap kearahnya dan Citra.
"Loh gue gak sembarangan, justru gue ngasih kesempatan, Citra. Menurut gue, dia sangat berpotensi ko jadi humas, dan kalo emang dia bukan idiot berotak tolol yabg cuma bisa ngerengek bantuan dari lo, pasti dia tau lah jadi humas di acara sebesar spensa itu kehormatan besar!"
"Tapi lo ga seharusnya nun.."
"Saya bersedia jadi humas kak!" Belum selesai Agra bicara Citra sudah memotongnya dengan kata kata yang membuat Agra mematung.
"Oke gue tunggu lo pulang sekolah ya!" kemudian Raina beranjak keluar kantin.
Kini Agra menatap lurus ke arah Citra.
Cit, dia bakal nyakitin lo, ngerti gak sih? Dan gue gamau lo kenapa-kenapa. Ada apa sih lo?' Batin Agra bertanya pada Citra

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Syar'i
Spiritual#8 in Spiritual 26-03-17 #10 in Spiritual 24-03-17 Takdir 'ketimpuk sendal merah' yang membuat Agra akhirnya mengenal sosok gadis itu, gadis yang menurutnya tinggal stok satu di bumi ini. Gadis yang membawa hidupnya jadi warna warni kaya pelangi.