Agra tersenyum simpul sembari menatap layar smartphonenya. Lelaki itu tak menyadari, kalau di sebrang sana, seseorang dengan tangan terlipat di dada, memperhatikanya lekat.
Adrian di tempatnya berdiri terus menatap Agra dalam. Bukan tatapan kesal apalagi benci, melainkan tatapan bersalah.
Apa harus sekarang? Tanya cowok dengan bulu mata lentik itu, dalam hatinya.
Kena sepertinya sudah lelap, sementara Citra mungkin sudah bertengger di rumahnya sejak beberapa jam lalu.
Adrian mengambil nafas panjang, untuk kemudian menghembuskanya dalam diam.
Mungkin sekarang, maaf Gra, harus ngancurin kebahagiaan lo untuk yang ke sekian kali.
Baru mulutnya hendak memanggil nama cowok yang masih dianggapnya sahabat itu, suara Kena menyambar, sukses membuat kedua pria di ruangan itu mengerutkan alis.
"Gra,"
"Loh, gue kira lo udah tidur Ken?" Pandangan Agra beralih dari layar ponselnya.
"Iya, tadi kebangun. Tiba-tiba kok gue laper ya, Gra? Kayanya pengen semangka deh! Boleh minta tolong beliin ga?" Kena sebisa mungkin berusaha agar ucapanya itu tak kentara pura-pura.
Agra yang terheran-heran dengan keinginan super ajaib Kena di tengah malam itu, akhirnya menurut.
"Yaudah, sebentar, gue beli ke mini market depan rumah sakit."
Kena menghembuskan nafas lega, begitu tubuh Agra menghilang di balik pintu. Sepeninggalan Agra pula, kilatan mata tajam seolah langsung menghujani Adrian, dan Adrian sadar betul itu.
Adrian di tempatnya bingung, bingung bukan main.
Dia tau, kalau Kena sebenarnya ingin membicarakan sesuatu, tapi kenapa pula sorot mata yang tak ingin dia terima itu terus melesat ke arahnya tanpa berhenti?
"Lo kenapa sih, Ken? Kok ngeliatin gue kayak gitu banget?" Ujar Adrian yang tak tahan dengan tatapan Kena.
"Elo yang tuh yang kenapa?!" Jawab Kena yang langsung berapi-api.
Lagi-lagi nada jawaban Kena membuat alis tebal milik lelaki itu hampir tertaut.
"Maksudnya? Gue gak ngerti?"
Kena tertawa sinis, mata merahnya tak bisa lagi ia tutupi.
"Lo.. mau misahin Citra sama Agra kan?!"
Depp.
Adrian seolah tak lagi dapat merasakan detak jantungnya. Saat itu juga udara terasa hampa, tak satupun oksigen yang masuk ke otaknya, ataupun mengalir dalam deras aliran darahnya.
Kena di tempatnya berusaha menatap Adrian, yang tertunduk sekuat mungkin.
"Kenapa sih Dri lo gak berubah? Ini yang buat lo di benci sama Agra tau gak! Agra tuh sebenernya gak pernah mau dan gak pernah bisa benci sama lo, tapi sikap lo yang sok tau kaya gini yang ngebuat dia benci sama lo! Lo sendiri yang maksa orang buat benci diri lo!" Kena tetap berusaha mempertahankan bendungan di matanya.
"Kenapa Dri?" Ujar Kena lembut, seolah kehabisan suara serta merta tenaganya.
"KENAPA?!" Bentaknya dengan suara seperti hampir tercekik.
"KARENA LO! Karena lo harus hidup! Karena gue cinta sama lo!" Adrian berteriak keras.
Kena sukses menembus pertahanan cowok jangkung di sampingnya, air mata lelaki itu perlahan semakin deras. Sementara Kena, masih mempertahankan patahan yang ada dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Syar'i
Espiritual#8 in Spiritual 26-03-17 #10 in Spiritual 24-03-17 Takdir 'ketimpuk sendal merah' yang membuat Agra akhirnya mengenal sosok gadis itu, gadis yang menurutnya tinggal stok satu di bumi ini. Gadis yang membawa hidupnya jadi warna warni kaya pelangi.