"Karena gue sayang elo Ken, walaupun 4 tahun lalu lo pergi, rasa sayang gue masih tetap berdiri tegak dan ngeliat ke elo, gak akan berubah"
Deppp
Entah kenapa jantung Citra berhenti dan jatuh seketika. Entah kenapa kalimat yang di proses otak Citra serasa amat menusuk di telingnya, bahkan sampai menembus hati dirinya.
Citra refleks menutup mulut.
Semuanya abu-abu. Dia tak mengerti tentang semuanya, tentang perasaanya, bahkan secuilpun dia tak tau. Entah karena apa untaian kata dari seorang Agra bisa membuat Citra seolah menghirup gas beracun yang perlahan memenuhi paru-parunya. Sesak.
Citra yang tadinya ingin menemui Agra karena penjenguk sudah dibolehkan lebih dari satu mengurungkan niatnya, Citra menutup pintu perlahan, kemudian berlari sekencang mungkin. Berlari tak tentu arah, entah kemana langkahnya menjejak.
_________
C
itra berjalan cepat menuju arah taman, entah kenapa kakinya terasa berat melangkah kemanapun kecuali taman rumah sakit. Tempat yang sepi dan sejuk, tempat yang aman apabila dia tak bisa menahan air mata.
"Come on Citra, kenapa lo jadi gini sih, gaada apa-apaan Citra" Citra berusaha meyakinkan diri sendiri dengan mata memanas.
Citra mempercepat langkahnya, ingin cepat-cepat sampai di bagku yang di depan sana.
Brukk
"Astaghfirullah" Citra menyeru kaget begitu tubuhnya menerjang raga milik orang lain.
"Aduh maaf-maaf mas, saya buru-buru jadi galiat jalan" Citra langsung meminta maaf tanpa menyadari siapa yang ia tabrak.
Memang dia yang salah,sedari tadi berusaha menyembunyikan bendungan di matanya, terus menunduk sampai tidak melihat ada orang besar itu berjalan di depanya.
"Citra" ucap pria yang di tabrak Citra dengan alis tertaut.
"Loh Adrian?!" Citra yang kini dapat melihat jelas wajah Adrian tak kalah bingung.
"Eh iya Cit, gue juga yang salah, tadi jalan ga liat-liat"
"Oh iya iya"
Sementara keduanya melambung dengan pikiranya masing-masing, hening mengambil alih diantara mereka.
"Oh iya Cit, keadaan Kena gimana?" Ucap Adrian setelah beberapa lama mematung di tempatnya.
Mendengar Adrian menyebut nama Kena, sekarang kalimat Agra seperti kembali terngiang di telinganya, terdengar tanpa jeda.
"Oh.. iya, itu, udah boleh di jenguk, Agra.. lagi jenguk dia" mata Citra kini kembali terasa memanas.
"Agra? Jenguk dia?!" Adrian terbelalak mendengar penuturan Citra.
Citra yang tadinya kembali terbawa perasaan kini beralih sejenak melihat ekspresi Adrian.
"Dri.."
Adrian hanya menjawab dengan gerakan wajahnya.
"Sebenernya... sebenernya ada apasih antara lo, Agra, dan Kena itu?" Citra akhirnya bertanya, sekarang dia benar-benar tak kuasa menahan rasa penasaran yang bergejolak di dadanya.
Adrian merunduk mendengar pertanyaan Citra. Rasanya kisah itu amat pedih untuk di perdengarkan kembali.
"Dri.. kalo emang gabisa diceritain gapapa kok, gue ngerti, yaudah gue balik aja deh ya duluan"
"Tunggu Cit" baru Citra hendak mengucapkan salam, tapi Adrian segerah mencegahnya.
"Kita duduk aja ya dulu disana, gaenak cerita di tengah jalan gini" Adrian menunjuk bangku putih panjang di taman rumah sakit.
Citra yang bingung harus berkata apa, hanya mengangguk dan mengekor di belakang Adrian.
_________
Adrian dan Citra kini duduk, hening kembali berkuasa atas mereka.
Citra Citra, bodoh banget si, ngapain coba nanya kaya tadi,haduhh Citra merutuki dirinya sendiri.
Citra yang merasa kikuk dan tak enak sendiri akhirnya angkat bicara.
"Dri, gue balik aja ya, gapapa ko, serius" Citra mencoba berpamit pada Adrian.
"Dulu, gue sama Agra dan Kena itu sahabat deket, bahkan lebih tepatnya disebut keluarga" Adrian membuka mulut, membuat Citra kembali duduk dan mendengarkan.
Adrian kembali terdiam, menciptakan hening dibawah langit sore.
"Terus, kenapa kalian sekarang bisa jadi gini Dri?" Lagi-lagi Citra mengutuk dirinya sendiri, kenapa mulutnya jadi tak terkontrol seperti ini?!
"Semuanya berubah sejak gue bikin rencana konyol yang malah ngehancurin Agra" sejak kata terakhirnya, otak Adrian dengan cepat menampilkan memori masalalu, memori dimanaya dirinyalah orang terbodoh di dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Syar'i
Espiritual#8 in Spiritual 26-03-17 #10 in Spiritual 24-03-17 Takdir 'ketimpuk sendal merah' yang membuat Agra akhirnya mengenal sosok gadis itu, gadis yang menurutnya tinggal stok satu di bumi ini. Gadis yang membawa hidupnya jadi warna warni kaya pelangi.