Panti Asuhan

6.8K 560 14
                                    

Agra terus menatap sosok di depanya lekat. Gadis tetangganya itu kini tergolek lemah di ranjang UKS sekolah. Mata Agra menoleh begitu mendengar derap langakah yang makin kuat.

Agra mengeraskan rahang begitu melihat sosok yang kini bertengger dengan raut khawatir di hadapanya. Lelaki jangkung dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya serta wajah indo yang melekat pada wajahnya selalu berhasil membuat Agra mengepalkan tangan dan begitu saja memutarkan memori masalalu menyakitkan yang belum juga luntur di pikiranya.

"Gra sorry gue tadi cuma panik denger Citra kejatohan pot dari lantai tiga" Ujar Adrian kikuk

Agra tetap bergeming di tempatnya, tatapanya kembali pada Citra yang masih juga belum membuka mata. Masa bodoh dengan Adrian yang terus berdiri dengan pandangan bersalah.

"Gra kejadian itu kan udah lama banget Gra, setelah bertahun-tahun apa lo gabisa sedikit aja buka pintu maaf lo buat gue?" Ucap Adrian lirih

Agra terdiam, sejurus kemudian tersenyum sinis pada Adrian mata tajamnya menatap siap menerkam pada irish biru milik Adrian.

"Harus gue maafin pembunuh?!" Tutur Agra dengan nada mengintimidasi

"Gra, gue gapernah bermaksud bikin Arinda jadi kolebs dan Akhirnya..." Adrian terdim sejenak

"Gue gapernah mau dan gapernah tau kalo yang bakal ngangkat telefon itu Arinda. Waktu itu gue ngelakuin semua itu karena panik. Dan satu yang harus lo tau, lo selalu bilang gue gangeeti apa yang lo rasain, lo salah. Gue ngerti Gra, dari dulu gue selalu berusaha ngerti, sampe sekarang lo masih gue anggep sahabat gue"

"Lo emang yang paling ngerti gue Dri dari dulu, tapi lo justru ngancurin gue dengan segala hal yang lo udah tau. Lo orang terlicik dan terjahat yang pernah gue temuin! Satu hal yang paling gue seselin adalah ketemu dan percaya sama lo!" Teriak Agra kalab.

Agra tak mampu lagi membendung amarahnya, sebenarnya dia sudah tak mau mengingat itu, tapi setiap kata-kata Adrian barusan seolah mengorek kembali lukanya.

"Pergi lo sekarang! Pergi!"

Agra rasanya sudah benar-benar muak melihat sosok Adrian. Sementara Adrian hanya menunduk dalam-dalam, kemudian mengikuti semua titah Agra.

Mata Citra mulai membuka perlahan setelah Adrian beranjak. Agra yang tadinya sudah emosi, kini mencoba menetralisir darah segar yang naik ke ubun-ubunya.

"Cit, kamu gapapa? Maaf ya tadi saya buat kamu kesel sampe motong jalan ke lapangan dan akhirnya kaya gini"

Citra tak menjawab. Dia kini hanya menatap Agra lekat-lekat. Seolah mencari sesuatu yang ada di balik sorot mata teduh di hadapanya.

"Kenapa ko ngeliatin saya gitu?" Tanya Agra dengan dahi berkerut

"Gra, gue tolong jangan bohong" ucap Citra lirih

Agra semakin larut dalam tanda tanya baru saja ingin menanyakan maksud kalimat Citra, rentetan kalimat berikutnya beringsut menyusul.

"Jangan bohongin diri lo sendiri. Gue denger semuanya tadi. Agra, gue tau lo orang yang baik, sangat baik. Gue tau sebenernya di balik setiap tatapan benci dan omongan kasar lo ke Adrian sebenernya jauh di lubuk hati lo, ada pintu maaf yang terbuka buat Adrian, sayang rasa benci dan logika lo mampu nutup itu. Mungkin gue emang gatau kesalahan apa yang udah Adrian buat ke elo, tapi apa ada orang yang bersih dari kesalahan? Apa elo gapernah ngelakuin kesalahan juga? Gra gue percaya anggapan jelek orang-orang ke elo selama ini tuh salah. Selama ini lo cuma di tutupin sama amarah aja, tolong Gra, tolong jangan kaya gini terus" Jelas Citra dengan air mata yabg entah kenapa meleleh begitu saja untuk Agra.

Bad Boy Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang