Kepergian Abi

8.9K 680 10
                                    

Kini seisi kantin menatap Citra dan Agra.

Agra kini Agra hanya mentap bingung kearah Citra.

Apa maksudnya? Apa penilaianya pada Citra salah? Apa dia juga hanya seperti segelintir cewe lain yang menomor satukan ketenaran?

"Gra, bisa ngomong gak? tapi gak disini. Keluar ya?" Kemudian Citra mendahului Agra keluar kantin dengan puluhan mata memandang mereka.

Citra kini duduk di bangku taman belakang dengan Agra yang hanya berdiri di sampingnya.

"Kamu tadi kenapa justru kontra sama saya?" Ucap Agra tanpa menatap kearah Citra.

"Pertama sorry Gra, bukanya gue mau mempermaluin lo yang udah belain gue. Tapi dengan cara gini orang-orang kaya Kak Raina bakal diem. Gue emang gak marah, tapi gue juga bukan orang yang terima aja harga diri gue di injek-injek, dan inshaallah gue yakin gue bisa." Citra menjelaskan penuh perasaan.

Baru kali ini Agra mendengar dan melihat Citra berbicara, benar-benar seperti seorang teman denganya. Biasanya Citra selalu menjawab dengan nada ketus atau datar. Dan entah kenapa juga, hati Agra begitu percaya pada setiap kalimat yang terucap dari bibir Citra.

"Saya ngerti dan jangan minta maaf sama saya, karena gak mungkin saya gak maafin bidadari." Agra malah menjawabnya dengan kembali cengengesan.

"Apaansi, Gra! selera humor terlalu rendah lo! By the way thankyou tadi mau belain gue as a friend."

Ucapan itu membuat senyum Agra otomatis mengembang. Citra menganggapnya teman bukan karena terpaksa.

"More than friendnya kapan Ni?" Canda Agra pada wanita di sebelahnya.

"Kampret ya emang lo, dikasih hati minta jantung! Udah ah balik, Assalamualaikum." kemudian Citra beranjak menuju kelasnya, dan Agra?

Agra duduk di bangku taman, masih tersenyum menatap punggung Citra yang semakin menjauh.

________________

Sesampainya di kelas, Citra sudah menyiapkan mental akan introgasi dari teman temanya. Benar saja, baru juga satu menit dia duduk di bangkunya paran), gerombolan cewek dan cowok sudah mengerubungi bangkunya.

"Eh Cit, tadi kenapa sih? cerita dong!" Kata Boby yang memulai percakapan.

"Iya Citn lo sama kak Raina kenapa sih?" Itu Letta.

"Iya Cit, terus lo sama Agra ada apaan? kok kayanya Agra ngeprotect lo banget?" Ucap Mathew.

"Eh iya! apaan Cit tadi buruan cerita, gue, Aisti, sama Cindy juga pengen tau!" ucap Deanda.

"Ehh brisik lo semua! seharuanya gue yang pertama tau, gue temen sebangkunya, jadi gimana cit?" Tanya Alfa heboh.

"Yaampun, ini gimana gue mau jawab, kalian nanya semua! Oke, intinya gue sama Kak Raina gak ada maslah apa-apa, tapi gatau kalo dia ke gue gimana. Kedua, gue sama Agra juga gak ada apa-apa, kita temen doang. Ketiga, gue bakal tetep jadi humas kaya yang kak Raina minta, sekian." kemudian suara sorakan ramai terdengar karena Citra tidak bersedia menceritakan secara detail, kecuali mungkin dengan Alfa, tapi tidak sekarang.

___________

Bel pulang sekolah sudah 10 menit yang lalu berbunyi.

"Fa, gue duluan ya!" katanya pada Alfa, setelah menyelesaikan tugas piketnya.

Citra kini sudah berada di ruang sekertariat spensa, dan disana juga sudah banyak orang orang yang tentunya tak dia kenal satupun.

"Oke kita mulai rapatnya." Kata Raina begitu masuk ke ruangan.

"Guys, jadi pengganti dari Danu adalah Citra. Citra, posisi lo sebagai humas."

"Sorry, gue telat." ucap seorang cowok tinggi berkacamata yang baru masuk.

"Gakpapa Dri, langsung gabung aja, gue baru mulai pembahasan awal."

"Semua udah pada kenal Adrian kan? Dia juga selaku ketua penyelenggara 1 dari perwakilan oragnisasi atau MPK & OSIS." ucap kak Raina kemudian rapat kembali di lanjutkan.

Rapat selesai 2 jam kemudian, dan setiap orang mendapat selebaran tentang tugas masing-masing.

Citra mencari namanya, dan ketemu!

Matanya berpindah ke kolom di sebelah kanan namanya. Dan, astaga!

Ternyata benar dugaanya, sikap Raina yang baik baik saja selama rapat bukan berarti dia terhindar dari kecaman Raina. Sekarang lihat, disitu memang hanya ada 2 macam tugas selama 2 minggu kedepan. Promosi lapangan dan pendataan, tapi kedua pekerjaan itu adalah yang capek dari semuanya. Citra hanya menepuk dahi mengucap istifhfar

"Pasti bisa Citra!" Ucapnya lirih menyemangati diri sendiri.

Uhuk uhuk,uhuk uhuk Citra berhenti dan terbatuk.

Begitu dia melihat kedepan

Agra!

Ini kan di koridor, berani banget dia ngerokok di koridor sekolah! Batinya.

"Kamu selesai? Kalo udah ayo berangkat" kata Agra yang langsung membuang rokok yang ada di tenganya.

Citra melotot.

"Lo apaansih, tiba-tiba ayo berangkat?! Janjian buat pergi juga enggak, gue juga mau pergi sama lo? enggak!" Bentak Citra pada manusia di depanya.

"Abi kamu minta tolong sama saya jemput dan anter kamu ke bandara, soalnya Bang Adam tadi gabisa ada kuliah, terus dari kampusnya nanti langsung ke bandara juga."

Citra masih mengerutkan kening tak yakin, tapi kemudian Agra menunjukan SMS dari abinya yang membuktikan bahwa omongan Agra benar.

Tapi Citra masih diam di tempatnya. Agra segera sadar apa penyebabnya.

"Saya bawa mobil kok." setelah mendengar ucapan Agra, Citra langsung bergegas menyejajari langkah Agra.

__________________

"Abii!!" Teriak Citra begitu menemukan sosok abinya di antara orang di bandara.

Citra langsung mengecup tangan dan memeluk abinya.

"Nak Agra, makasih ya sudah mau antar." ucapnya pada Agra yang hanya dibalas anggukan dan senyum oleh Agra.

"Citra, Abi harus pergi ke Aceh. Pesantren yang ada di sana sedang ada masalah, mungkin selama sebulan, kakakmu juga bakal ikut Abi tapi cuma 2 minggu. Kamu di rumah sama Bi Onah, ya." kata abinya pada Citra.

"Bi!" Tak lama Adam datang dengan langkah tergesa dan koper besar.

Mereka berbincang tak lama.

"Abi berangkat dulu ya," pamit Kiyai Mustafa pada Citra.

"Agra, Bapak titip Citra, ya. Tolong jangain dia."

Apaaa??!!!

Citra membentak dalam hati, kenapa abinya harus menitipkanya pada Agra?!

"Titip adek gue ya, Gra." Timpal Bang Adam menepuk bahu Agra.

Dan Abang  juga sekarang?!

Citra memandang kakak dan abinya yang mulai menghilang dari pengelihatan, kemudian beralih ke Agra.

Agra membalas tatapnya, tersenyum jahil penuh kemengan.

Tiba-tiba bunyi telefon mengalun dari handphone Agra.

"Sebentar ya Cit." kata Agra kemudian sedikit menjauh dari Citra.

Citra sesekali melempar pandangan kearah Agra. Ekspresi wajahnya kini sangat berubah datar, seperti menyembunyikan sesuatu.

Citra yang sedang terhanyut pada analisisnya tentang siapa yang menelepon Agra dan tentang apa, tak sadar kalau Agra kini telah berada di depanya.

"Cit!" Kata Agra sambil melambaikan tangan di depan muka Citra yang masih dibuai lamunan.

"Ehh, iya, iya."

Agra hanya tersenyum melihat tingkah Citra, kemudian mereka kembali menuju mobil.

Bad Boy Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang