Perjanjian Ketakutan

6.3K 480 33
                                    

Agra berjalan lambat dari parkiran. Sendiri, dibelakangi kawan-kawanya yang telah melesat lebih dulu.

Hari ini, dia terpaksa mengikuti kemauan Kena, pergi ke Dufan. Cewek yang satu itu memang tak pernah berubah, entah itu empat tahun lalu atau sekarang.

"Agra lama banget si jalanya, kaya siput!" Kena yang sedari tadi asik bersendau gurau bersama Adrian dan Citra, akhirnya buka suara.

"Comment mulu lo, kaya presenter bola!" Jawaban Agra sontak membuat Adrian dan Citra di depanya tertawa serempak.

Yang dilekdek justru mengguratkan seberkas senyum bahagia. Hari ini... Agra sudah tak menganggapnya asing lagi, dia tau semua itu dari bagaimana cara Agra meledeknya barusan, bahkan Kena paham betul.

"Eh Dri, tapi gue masih bingung deh" Kena mengalihkan perhatianya.

"Apa?" Jawab Adrian sekenanya, setelah meneguk setengah botol minuman kemasan di tanganya.

"Lo kok bisa dateng pagi banget si tadi? Malah kita belom pada mandi, lo udah rapih. Emang si lo rajin, tapi tumben banget bisa se-semangat itu?" Kena mengernyitkan dahi.

Citra di tempatnya juga sama bingungnya dengan Kena.

Tadi pagi, Adrian memang jadi orang pertama yang sudah stand by, bahkan belum ada yang mandi selain dirinya.

Tapi Citra memilih diam, sekedar menjadi pendengar yang baik.

"Oh itu, gue nginep semalem" jawab Adrian santai.

"HAHHH?!" Serempak Citra dan Kena menunjukan ekspresi kagetnya.

Adrian yang melihat ekspresi kedua wanita itu tertawa keras, rasanya lucu melihat ekspresi-ekspresi seperti itu.

Mendengar tawa keras Adrian di depan sana, Agra di tempatnya justru merasa seolah-olah sebentar lagi akan tersetrum. Ya, tersetrum rasa malu!

Saat Kena dan Citra masih larut dalam kebingunganya, Agra yang tadinya tertinggal di belakang tiba-tiba menyeruak, dan justru melesat lebih cepat.

"Buruan nanti tiketnya abis, jalan kaya siput!" Agra berteriak tanpa mamlingkan mukanya.

Kena hanya memasang raut sebal, kemudian kembali terfokus pada Adrian. Sementara Citra terus memacu otaknya, untuk menganalisis apa yang terjadi.

"Agra yang nyuruh kemaren. Katanya kalo bingung mau kemana, balik ke rumahnya aja" Adrian memancarkan rona bahagia yang ia tutupi dalam kata-katanya.

"HAHHH?!" Lagi-lagi kedua wanita itu menyeru bersamaan.

Adrian hanya mengangkat bahu, seolah menjawab 'gue juga gak tau kenapa'.

Kena yang cukup lama menyelami kebingunganya, akirnya mengguratkan seulas senyum.

Adrian sudah berlalu lebih dulu. Di tempatnya hanya tersisa wanita itu dan Citra. Ya, beginilah jadinya kalo cowok sudah mulai salting alias 'salah tingkah'.

"Gue seneng banget mereka mulai bisa akur lagi" Kena mentap lurus punggung kedua temanya di depan sana.

"Ya, gue juga" Citra juga menyuguhkan seulas senyum.

Tapi, kenapa senyuman itu terasa beda saat mendarat di bibir tipis Citra?

Rasanya bahagia bisa melihat dua orang itu mulai mengenali diri mereka kembali, mengerti apa yang harus dilakukan untuk satu sama lain, mengerti kalau mereka sejujurnya saling peduli. Tapi, kenapa rasa sakit juga seolah hinggap dalam waktu bersamaan?

Egoiskah Citra, kalau batinya berteriak ketika mengingat semua ini... untuk Kena dan hanya karena Kena?

"Yah kebiasaan, Ayo Cit! Kita nanti ketinggalan jauh tuh sama mereka" Kena menepuk bahu Citra lembut.

Bad Boy Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang