Berita Kota

128 14 0
                                    

Agra menghapus air matanya. Berjalan gontai ke arah parkiran dengan tatapan mata kosong.

Masa bodoh dengan penjelasan yang dijanjikan Papanya, paling-paling tak akan lebih dari alibi pembenaran diri semata.

Sekarang  Ia hanya ingin cepat-cepat pulang, mengemas baju sekenanya dan pergi entah kemana. Tentunya tanpa membawa satupun aset milik Abdullah termasuk mobil dan dompet.

"Abis ini pasti bakal pesta besar nih kita!" Suara seorang laki-laki gondrong bertubuh kekar memecah keheningan basement.

Dua orang lelaki dengan pakaian serba hitam bertengger diatas jeep cokelat di basement.

"Jelas lah, si bos naro harga buat Ratih kan ga main-main, cukup buat beli stok cocain palin banyak di Utara. Hahahahaha." Kedua laki-laki itu tertawa kencang sambil sesekali menyeruput kopi hitam masing-masing.

Agra sadar 'pesta' yang mereka maksud adalah hasil dari uang yang Papanya keluarkan demi menebus perempuan yang mereka sapa Ratih.

Persetan! Agra tak peduli! Toh setelah ini hidupnya akan jadi hidupnya sendiri, begitupula Papanya dengan perempuan simpanan itu.

Dia tetap berjalan acuh ke arah mobilnya diparkir.

"Lo tapi udah masukin takeran racunya sesuai yang disuruh bos kaga? Salah takeran sedikit bisa-bisa ketauan itu bapak-bapak matinya dikerjain orang bukan garagara keracunan gak sengaja!"

"Beres deh pokonye! Aman semua! Toni sama Ponco juga udah standbye di tangga darurat, ngilangin jejak si Bos!"

"Tumben rapih kerja lo!" Si pria berambut gondrong menepuk pundak temanya.

"Bos kite emang paling pinter kalo saol ngakalin duit! Itu bapak-bapak juga goblok banget mana mungkin Si Bos mau ngelepasin primadona kaya Ratih!"

"Udah gausah banyak komentar kita jadi kacung, yang penting Si Bos tetep bisa ngejual Ratih malah dapet untung gede dari om-om tolol yang bentar lagi bakal jadi mayat!"

Dua laki-laki itu kembali menyeruput kopi hitamnya, menunggu aba-aba dari 'Si Bos' yang tida lain adalah Mami Berlin.

"Nanti kalo udah kecipratan duitnye mau lo pake bakal apaan?"

"Jelas beli narkoboy lah! Sama lunasin utang jud—"

BRAKKK

"PRI! KENAPE LO!!" Salah satu dari laki-laki itu berseru panik melihat temanya tiba-tiba terkapar.

Refleks Satu orang yang masih tersisa menengok kearah belakang.

Laki-laki itu murka menemukan Agra tengah berdiri dibelakang tempat temanya duduk dengan sebuah batu ditangan.

"BANGSAT!" Dengan gerakan tangan begitu cepat lelaki itu berusaha mengambil pistol revolver yang terselip dibalik jaketnya.

Sayang, gerakan tanganya kalah cepat dengan tendangan melayang agra yang berhasil menskaknya dibagian kepala sampai terkapar.

Iya.. Agra memang tidak peduli kalau para sampah masyarakat itu mengambil uang Papanya, tapi langkahnya langsung terhenti begitu sadar bahwa semua ini jebakan! Abdullah dijebak!

Dia datang dijanjikan atas kebabasan seorang Ratih yang dibalas dengan uang tebusan fantastis, tapi pada kenyataanya. Dia tidak akan pulang bersama Ratih, bahkan tidak akan pernah bisa pulang dengan membawa nyawanya sendiri.

Agra menetralisir rasa paniknya agar bisa berpikir lebih jernih, Papanya didalam aana sangat membutuhkan dia. Matanya menggedar keaeluruh sudut basement sampi akhirnya menemukan sebuah batu bata yang bisa ia jadikan senjata.

Bad Boy Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang