"Non, bangun Non, udah jam enam kurang ini!" Bi Onah terus berusaha membangunkan Citra yang masih terlelap.
"Iyaa.. Hmm.. Masih jam enam juga.. EHH, APA? JAM ENAM KURANG?!" Citra langsung bangkit dari tempat tidurnya, bersiap dengan secepat kilat.
Dengan langkah gusar, Citra melangkah keluar rumah sambil terus melihat jam di tanganya.
"Astaghfirullah, kenapa tadi abis subuh bisa ketiduran sih?! Bodoh banget gue!" Citra tanpa henti memaki dirinya sendiri.
Langkahnya terhenti saat melihat Agra ada di depanya.
"Naik buruan, nanti telat." kemudian Agra menyodorkan helm pada Citra.
"Gak ada cara lain, naik angkot lama, kalo nung"
Belum juga Agra menyelesaikan omonganya Citra langsung memakai helm dan naik ke atas motor Agra, sambil menaruh tasnya di tubuhnya dan Agra.
Agra yang melihat kelakuan Citra hanya tersenyum dibalik helm full facenya, kemudian segera melaju membelah jalan ibu kota.
______________
"Tumben gak telat." Alfa menyindirnya begitu Citra duduk di bangku tepat saat bel masuk berdering.
"Hampir tepatnya." Citra menjawab Alfa sambil mengeluarkan buku Bahasa Indonesianya.
"Tadi dianterin Agra soalnya, sebenernya gue tadi gak mau, tapi yah daripada telat, yaudah." Citra menjelaskan kata demi kata dengan hati hati.
"APA? AGRA?!" Alfa langsung melotot begitu mendengar nama Agra.
"Assalamualaikum anak-anak, keluarkan buku catatan."
Baru saja Citra ingin menjelaskan lebih lanjutnya, tapi sayang, Bu Siti sudah berada di depan kelas. Akibatnya, Citra mendapat tatapan penuh selidik dari Alfa sampai jam bahasa Indonesia selesai.
"Ohh, jadi gitu. Tapi Cit, lo gak takut kena masalah lagi sama Kak Raina?" Alfa kini kembali ber 'ohh' ria setelah mendengar penjelasan Citra seusai jam Bahasa Indonesia.
Citra hanya menganggkat bahu menjawab pertanyaan Alfa, kemudian kembali terfokus pada novel karya Habbiburahman El-Shirezy yang baru di belinya dua minggu lalu.
"Ehh, woy! Reza Tridan Aditra, Bu Mei gak ada ya?" Suara Dimas yang duduk di deretan belakang menyeruak memanggil nama lengkap Reza sang ketua kelas yang duduk di paling depan.
"Free class bro, kayaknya." Kelas langsung riuh ketika mendengar penuturan Reza. Ada yang menggendang meja, berteriak, bahkan naik keatas meja. Maklumi saja, karena inilah jam yang paling ditunggu anak seragam putih abu abu. Jam kosong.
"Assalamualaikum, misi," seketika suara salam seorang cowok jangkung membuat kelas menjadi hening.
"Sorry, ketua kelas 11 IPS 2 di panggil Bu Mei di ruang guru. Sama buat panitia spensa dari kelas ini di tunggu sama panitia lain di ruang rapat." kemudian cowok jangkung itu kembali pamit melangkah keluar.
"Yaudah Cit, bareng aja jalanya, ayok!" Reza dan Citra melangkah ke ruang guru.
"Za, gue ikut masuk deh, soalnya mau ngumpulin biodata juga ke Pak Ronald." sambung Citra dengan mengunjukan kertas biodata yang dimaksud.
"Yaudah." kemudian mereka melangkah masuk ke ruang guru, hanya saja Citra melangkah ke meja pak Ronald dan Adam menemui bu Metrine.
"Assalamuakaikum Pak, mau nyerahin biodata."
"Iya taruh saja disitu." pak Ronald menunjuk rak yang bertulis namanya dengan label.
Citra menaruh kertasnya di rak pak ronald agak lambat, ia penasaran mendengar perbincangan guru yang sedari tadi membahas sesuatu yang sepertinya gawat. Sampai sampai Bu Mei harus meninggalkan pelajaran.
"Iya Bu, heran saya sama mereka, bisa-bisanya tawuran lagi. Gimana coba kalo kenapa-kenapa?!" ucap pak Ronald pada guru wanita di sampingnya.
Citra hanya mendengar percakapan itu sekilas.
Tau ah, gak perduli juga batin Citra kemudian melangkah keluar ruang guru.
"Nak! nak!" Citra yang sudah ingin berjalan keluar kembali memutar badanya, mendengar seorang guru memanggilnya.
"Iya, Bu?"
"Tolongin ibu dong, ini tadi ibu habis pinjam minyak urut dari uks. Ini tolong dikembaliin ya di rak UKS." Ujar guru yang tak Citra kenal itu. Maklumlah Citra kan murid baru.
Citra mengiyakan, kemudian beranjak keluar mendului Adam yang masih di meja bu Mei.
Citra melangkah masuk ke dalam UKS yang sepi. Benar-benar sepi, bahkan sekarang hanya dia sendiri di dalam UKS.
"Yang mana ya raknya?" Gumam Citra sambil mencari rak tempat minyak.
"Ini dia, nih!" Kemudian Citra segera menaruh minyak itu di dalam lemari kaca dan menutupnya.
Gubrakkk
Citra kaget mendengar suara yang barusan di dengarnya. Seperti suara sesuatu yang menabrak kasur UKS.
Dengan langkah pelan dia mengendap, melihat dari mana dan karena apa suara tadi.
Citra kaget bukan main melihat dari mana sumber suara tadi.
"Agra!!" Citra menyeru dengan mata terbelalak pada Agra yang kini wajahnya sudah entah sekumal apa dengan luka dimana-mana.
"Ni, kagetnya nanti aja, sekarang tolongin saya dulu! Sebentar lagi pasti guru guru bakal kesini nyari saya." kata Agra seolah tanpa peduli pada luka di sekujur tubuh dan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Syar'i
Spiritüel#8 in Spiritual 26-03-17 #10 in Spiritual 24-03-17 Takdir 'ketimpuk sendal merah' yang membuat Agra akhirnya mengenal sosok gadis itu, gadis yang menurutnya tinggal stok satu di bumi ini. Gadis yang membawa hidupnya jadi warna warni kaya pelangi.