After That Night

5.3K 363 33
                                    

Assalamualaikum,
Hallo semua!

Wuaaaa...
Setelah berapa abad(weilah lebay haha) ga update akhirnya part ini bisa terpublish juga!

Maaf udah bust kalian nunggu lama bgtbgtbg(buat yang masih nunggu, yang udah ngelupain yaudah gapapa hehe)

Curcol dikit nih, kalo kebanyakan maafin ajade ya, hehe.

Dari semenjak aku nulis part terakhir kaya banyak banget hal-hal yang harus di urus.
Mulai dari masalah fisik sampe masalah hati(ceilah). Hahaha.

Dan kalian pernah gak sih ngerasain saat udah mgerencanain dan ngimpiin sesuatu jauh jauh hari tbtb semuanya ambruk gt aja, dan gaada pilihan lain walaupun pilihan itu kalian gasuka?

Ya gt de pokonya.
Aku minta maaf bgt, karena kalo kemaren kemarenpun aku paksain nulis yang ada cerita yang udah acak-acakan ini makin absurd hehe.

Yasudahlah, intinya maafkan juga ya kalo part ini gaje gajean. Karena sudah lama ganulis hehe. Udah de segitu aja.

Sekali lagi maaf bgt kalo part yang ini ngecewain atau jelek:(

Happy reading!❤
Wassalam.

Gadis berkulit bening dengan gamis biru dongker itu sejak tadi memutar matanya mengelilingi ruangan. Ada sedikit raut berharap namun juga sekaligus kecewa.

Ya, hari ini Zahra sudah boleh pulang dari rumah sakit, bahkan sekarang wanita itu sudah rapih dan terlihat manis dengan kerudung panjang biru mudanya.

Kini sepasang bola mata bening yang indah itu tertunduk, sembari diiringi hembusan nafas kecil dari bibir mungil Zahra. Wanita itu memaksakan senyum tipis yang 'seadanya' pada diri sendiri.

'Sudahlah Zahra, dia gak akan datang. Siapa pula kamu ini sampai berani berharap dia akan datang menemuimu di hari wisudanya begini. Kamu hanya gadis lemah yang ditolongnya tiga hari yang lalu, dan dia hanyalah mahasiswa kedokteran super cerdas yang dengan baik hati mau menjadi teman mengobrol selama dua hari, sebelum aku mati bosan berdiam diri di kamar rumah sakit. Itu juga mungkin hanya karena dia merasa hutang budi, tentang perkara di Aceh waktu itu.' Untuk terakhir kali batinya bersuara. Kali ini suara batin itu benar-benar memantapkan kakinya untuk melangkah tanpa melihat wajah Adam sebelumnya.

Sejak tadi pagi dia memang sengaja memperlambat persiapanya untuk pulang ke rumah, semata-mata untuk mengucapkan terimakasih pada salah satu sisa lelaki metropolitan yang dengan tulus dan baik hati mau menolongnya. Tapi.. kenapa hanya karena tak sempat berterimakasih hatinya jadi sekecewa ini? Atau mungkin perasaanya.. ahh, sudahlah.

_____________________

Mata Adam sedari tadi terus bolak balik melihat jam tangan hitam yang melingkar di pergelanganya dan satu setel jas yang melekat apik di tubuhnya.

Hari ini memang hari wisudanya, itulah sebabnya kenapa sekarang cowok satu itu duduk dibalik stir kemudi dengan wajah pias.

*flashback*
Sejak dengan resmi mendapatkan gelar dokternya, mata Adam tak berhenti celingukan mencari sosok yang ditunggu-tunggu. Zahra.

"Hoy!"

"Astaghfirullah, Dek! Ngagetin aja kamu!" Gubris Adam yang kaget.

"Lagian udah ganteng pake toga, bengong aja. Nungguin siapa sih, Bang? Abi? Kan Abi bilang pesawat dari Jogja ada masalah, kemungkinan Abi baru bisa dateng nanti malem. Ya, walaupun Abi gak bisa liat langsung tadi betapa gantengnya Abang waktu jadi pemimpin pas baca ikrar dokter, tapi kan lewat video call tadi sama Citra, sama Abang juga." Celoteh Citra yang pagi itu nampak amat anggun dengan balutan kebaya sederhana serta rok batik panjang yang tetap tak membentuk lekukan tubuhnya sedikitpun.

Bad Boy Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang