Ungkapan Awal

8K 569 1
                                    

Agra menyelesaikan penampilanya dengan sempurna. Seluruh angota tubuhnya, ekspresinya, semua yang melekat pada dirinya seolah ikut menyanyikan setiap kata dari lirik lagu yang ia bawakan.

Agra kini menatap lurus ke arah Citra. Dilihatnya Citra dengan ekspresi melongo dan wajah meronanya yang menurut Agra sangat lucu.

Kalau boleh jujur, sebenarnya Agra ogah harus bersentuhan sama hal-hal yang menurut dia gak guna seperti ini. Apalagi harus ada drama gak penting dulu sebelumya. Tapi ini semua demi Citra. Cukup sekali bagi Agra menyia-nyiakan ketulusan yang dengan sendirinya datang kepada makhluk abstrak sepertinya. Dan kali ini dia berjanji akan membuat Citra tak menyesal telah menyerahkan sedikit perhatianya untuk brandal seperti Agra.

Agra telah melangkah keluar dari ruang audisi sedari tadi. Kakinya kini tengah melangkah menyusuri koridor sekolah.

"Agra!" Sapa seseorang lirih, membuat Agra memutarkan tubuh ke arah kiri.

Wajah Agra yang tadinya terlukis senyum tipis, kini sirnah diganti tatapan tajam.

"Kenapa sih dunia diisi banyak orang memuakan, dan lagi-lagi gue harus berurusan dengan hal-hal menjijikan kaya gitu!" Agra langsung menyerang Adrian dengan kata-katanya di awal. Wajahnya melengos malas sambil membalas sapaan Adrian dengan kata-kata setajam duri.

Untung saja Adrian sudah kebal dengan sifat Agra dan sejuta rasa benci terhadap dirinya. Adrian hanya tertawa pelan membalas segala cercaan Agra, tak lama tanganya terulur ke arah Agra.

"Selamat Gra, penampilan lo gue akuin keren banget tadi, gue harap di malam puncak nanti lo bisa tampilin lebih, dan gue percaya lo pasti bisa."

Agra bukanya membalas ucapan Adrian, dia justru kini melangkah lebih dekat dengan sosok tegap di hadapanya. Matanya kini semakin menampilkan sorot kebencian pada pria yang dengan tulus memberinya ucapan selamat.

"Gue gak butuh. Satu lagi, gue gak perlu pembelaan lo kaya tadi!" kemudian Agra membenturkan bahunya dengan bahu Adrian, dan meninggalkan Adrian dengan tangan yang masih terulur tulus.

Adrian masih terdiam. Tanganya yang tadinya terulur kini kembali ke tempat semula. Sekali lagi Adrian sudah cukup sering di perlakukan seperti ini oleh Agra, bahkan lebih. Tapi dia rasa memang pantas semua perlakuan ini untuknya. Semua ini masih tak sebanding dengan kehancuran yang telah ia buat.

__________________

Citra berdiri di sambil memeluk dirinya sendiri, sekedar melindungi diri dari dingin hujan. Ya, musim memang sedang tak tentu, sedetik panas terik kemudian detik berikutnya hujan badai.

Citra masih setia menunggu angkot menuju rumahnya. Sesekali melirik ke arah jam tangan yang sudah menunjukan pukul setengah tiga sore.

Hujan dan kendaraan yang tak kunjung datang membuatnya harus menunggu, dan menunggu di kala seperti ini lagi-lagi membuat pikiranya kembali terparkir tentang Agra. Entah kenapa belakangan ini otaknya terpenuhi tentang tetangganya yang satu itu.

Apa dengan audisi itu yang dia maksud tadi ya? Tanya Citra dalam lamunanya.

Tapi tadi juga Kak Adrian kenapa malah belain Agra? Padahal kemaren mereka berntem udah kaya apaan tau. Ada apaansih diantara mereka berdua?!

Citra masih memandang kosong ke depan, terbawa oleh lamunanya. Batinya terus menunjukan pergolakan, menimbulkan tanda tanya yang terus lahir dari pikiranya.

"Mikirin saya ya?"

Tiba-tiba suara seorang pria muncul dan memecah segala pertanyaan Citra dalam hatinya, membuat dirinya yang sudah hanyut dalam lamunan seketika kembali pada dunia nyata.

Bad Boy Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang