Lebih baik dari dia?

2.5K 211 41
                                    

'Ya Allah, ini gimana, baca atau enggak? Tapi ini bukan hak aku.' Mata gadis itu menatap ragu ke arah buku di tanganya.

Lima detik kemudian, kepalanya menggeleng keras dengan mata terpicing, sembari kembali menaruh binder kulit di sebelahnya.

Tadi saat di rumah Agra, cowok itu memang sempat pulang sampai membuat Citra jantungan setengah mati dan tak sadar kalau buku milik Agra masih Ia genggam di tanganya. Tapi untung saja tadi Agra langsung pergi lagi sebelum sempat bertemu denganya. Tapi ya, memang dasar Citra Aini Azzahra. Sangking panik dia mendengar kalau Agra sudah pulang, sampai Agra pergi lagi pun dia masih tak sadar kalau buku itu tetap di genggamnya. Alhasil, jadilah sekarang dia bimbang sendiri atas buku yang tak sengaja terbawa itu.

Citra menaruh buku milik si 'misterius Agra' di kasurnya, kemudian kakinya beranjak. Tapi baru dua langkah, dia kembali memutar arah, mengambil buku itu dengan raut sebal.

'Ahh yauda deh baca aja bismillah, maaf ya Allah maaf.' Batinya teriak putus asa.

Perlahan Citra nembuka buku itu. Di lembar pertama, tak ada tulisan apapun. Hanya ada sebuah foto bocah laki-laki bersama seorang wanita yang menggendong bayi perempuan.

Citra menatap lekat foto itu. 'Ini.. Agra?' Tebak Citra sekenanya. Matanya menelusuri foto itu dan terpaku pada wajah wanita bergamis biru yang terlihat amat anggun dan manis. Mungkin.. itu ibunya Agra?

Wanita yang selama ini hanya Ia dengar dari cerita singkat Agra dan Bunda, ternyata amat cantik. Senyumnya terlihat begitu keibuan dan lembut.

Tanganya membuka lembar kedua. Kali ini bukan foto, melainkan sebuah kertas usang yang ditempel kembali di buku itu.

Kak, kemarin guru ku suruh buat puisi, aku buat puisi tentang kakak. Bagus deh!

Kakak Ku..
Kakak ku jarang mandi
Kakak ku malas gosok gigi
Kakak Ku gak pernah belajar
(Tapi aku bingung kenapa dia pintar)

Kakak ku selalu marah..
Kalau aku tak mau minum obat
Lalu akhirnya dia panik ketika aku menangis hebat

Kakak Ku..
Kalau pergi sekolah pakai celana biru
Lalu saat pulang mukanya suka ikut membiru

Awas, jangan berantem lagi!

-ciptaan: orang yang benci liat Kak Agra berantem.

Citra tertawa kecil membaca puisi untuk Agra itu. Ditengah tawanya tiba-tiba, ia berhenti. Tiba-tiba rasa bersalah menyeruak di hatinya. Selama ini dia mungkin sudah terlalu memojokan Agra. Memaksa cowok itu untuk berubah, tanpa dia menghargai biat dan proses Agra untuk mau berubah.

Dalam hati dia memaki dirinya sendiri. Lo itu bodoh baget Citra! Egois! Sentaknya dalam hati.

Baru dua lembar halaman buku itu yang ia lihat, tapi gadia itu sudah bisa membayangkan bagaimana menyenangkanya kehidupan Agra dulu. Jauh dari kata sempurna, tapi dikelilingi dengan wanita-wanita seperti ibu dan adiknya lalu tiba-tiba ditinggalkan semua orang termasuk ayahnya, lebih dari cukup untuk mewakili kata hancur.

Selama ini lo gak ngerti apa-apa soal rasa sakitnya Agra. Citra sungguh merutuk dirinya sendiri. Selama ini dia terlalu takkabur, berharap dia bisa merubah Agra, padahal hidayah itu hanya Allah yang bisa memberi.

Bad Boy Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang